DIAKON SVD, BUKAN PENGANGGUR TETAPI PELAYAN

Para diakon yang menerima tahbisan pada hari ini, 31 Januari 2008, berjumlah 9 orang dengan perincian sebagai berikut. Tiga (3) orang dari O.Carm. Tiga (3) dari SMM. Tiga (3) dari SVD yaitu Emut, Markus dan Agus Yustinus. Mereka menerima tahbisan diakonat dari Uskup Malang, Mgr. Herman Yosef Pandoyoputro, O Carm.


Ada tiga hal yang uskup tekankan dalam Pentahbisan ini. Pertama, Kharisma dan spiritualitas Tarekat adalah sebuah kekayaan bagi tugas seorang diakon. Seorang diakon berangkat dari sebuah pijakan kharisma dan spiritualitas ordonya yang kuat untuk melayani Tuhan dan Sesama.

Kedua, Iman yang rasional yang diterima di STFT adalah modal yang kaya sekali untuk melaksanakan tugas dengan baik dalam tugas sebagai pelayan.

Ketiga, Kharisma dan spiritualitas serikat serta iman yang rasional yang telah diterima di STFT itu sebagai pipa yang bagus untuk penyaluran rahmat Yesus kepada dunia, melintas batas.


Dalam Sambutan Diakonat menekan kembali hakekat seorang diakon yang telah menerima tahbisan diakonat ada tiga hal yaitu sebagai pelayan sabda, pelayan altar, dan pelayan karya amal. Tugas sesederhana papaun, adalah suci adany. Tugas sederhana apapun adalah mulia. Kerjakanlah dengan semangat yang mengalir keluar dari hati yang gembira dan suci. Hati yang sebagai model adalah HATI YESUS YANG AMAT KUDUS.

MENGAPA PERLU MEMUPUK KEBERSAMAAN SSpS-SVD PROVINSI JAWA DALAM PERAYAAN SEABAD WAFATNYA ST. YOSEF FREINADEMETZ & ST. ARNOLDUS JANSSEN?



"Tempat Perayaan Seabad Wafat St. Josef Freinademetz"

Hari ini Selasa 29 Januari perayaan seabad wafatnya santo Yosef Freinademetz . Perayaan kebersamaan puteri-putera santo Arnoldus dan santo Yosef Freinademetz berlangsung di RKZ Surabaya. Perayaan Ekaristi dilaksanakan di Kapel RKZ.


"Tablo Postulan SSpS"

Diawali TABLO oleh para postulan SSpS tentang pada mulanya adalah Firman. Firman itu telah menjadi SVD dan SSpS. SVD dan SSpS adalah saksi tentang Terang Kristus di dunia zaman ini. Santo Yosef adalah teladan saksi terang di negeri Tirai Bambu dengan bahasa Cinta yaitu bahasa hati yang dimengerti umat di Cina. Menjadi saksi Kristus tidak selamanya berjalan mulus. Ada banyak gelombang bahkan tantangan yang mengancam nyawa. Santo Yosef telah berkomitmen hidup-mati untuk cina. Dia meninggalkan kampung halamannya ke Cina menjadi saksi tentang Terang Kristus sampai mati di sana. Luar biasa satu cinta Santo Josef yang tidak pernah akan lenyap dalam benak para pengikutnya. Teladan itulah tetap hidup sampai saat ini dan tentu seterusnya.


"Bukan Sekedar Koor Dadakan"


Perayaan Ekaristi hari ini diiringi oleh koor gabungan SVD dan SSpS yang memang luar biasa memeriahrayakan dengan suaranya yang mengagumkan. "Menyanyi baik sama dengan duakali berdoa". Seorang penyanyi adalah pendoa ulung. Maka jadilah penyanyi yang handal. Untuk itu kalau ada kesempatan latihan koor atau mengasah seni suara khsusnya menyanyi lagu Gereja Katolik, rebutlah waktu itu agar rahmat diterima secara berlimpah. Mengapa tidak? Sekali nyanyi baik, sama dengan dua kali berdoa. Kalau diuangkan sekali doa, stipendiumnya 100000, maka sekali menyanyi baik, stipendiumnya 200000. Rebutlah rahmat secara ekonomis, dan itu hanya dalam menyanyi, Bukan?



Anggota koor dari SVD adalah kelompok bas terdiri dari Br. Sandy SVD, Br. Rony Rencong, SVD, P. Andre Kedati, SVD, P.Yosef Due, SVD, P.Paul Rahmat, SVD, P.Beny Mali, SVD dan P. Ferry Dau, SVD. Sementara di lini tenor diperkuat oleh Br. Zhoel, SVD, Br. Silvester Huba, SVD, Br. Anton Made, SVD, Br. Jakobus Jay, SVD. Pokoknya koornya mantap sekali. Semua konfraters yang bersedia koor itu karena adanya pendekatan personal human dari Br.Made, SVD dan Beny Mali, SVD. Para konfraters mau terlibat, asal didekati secara baik. Ini adalah bukiti mulai menghidupi “menghargai martabat sesama” yang menjadi fokus perayaan seabad wafatnya kedua santo kita, yang dicetuskan oleh SSpS dan SVD Jawa. Kita memulai menghargai martabat manusia dalam komunitas intern sebagai basis bagi kita sekaligus menjadi kesaksian bagi orang lain untuk menghargai martabat sesama di luar lingkungan kita. Apalah artinya kalau dalam komunitas kita hidup kita bagaikan tikus dengan kucing sementara kita gerak keluar sebagai pejuang kemanusiaan dalam semangat empat lima?



" Isi Introduksi Provinsial SVD Jawa"



Pada waktu introduksi dalam misa, P. Martin M Anggut, SVD sebagai provinsial SVD Jawa, mengatakan dua hal ini.


Pertama, Perayaan seabad meninggalnya Santo Arnoldus dan Santo Yosef freinademetz ini memberi kita satu kesadaran baru bahwa kita yang jauh dari Tuhan Yesus karena dosa-dosa, dengan perantaraan kedua Santo ini kita mau kembali mendekatkan diri dengan Tuhan dalam pikiran, perkataan dan perbuatan kita.


Kedua, Kita merayakan Perayaan seabad wafatnya kedua santo selama setahun dari hari ini selasa 29 Januari sampai 15 Januari 2009, adalah satu moment panjang untuk mengadakan animasi panggilan dan publikasi tentang kedua santo kita ini kepada intern komunitas kita masing-masing dan juga secara keluar kepada umat pada umunya. Ada komisi-komisi SSpS dan SVD yang harus bergerak untuk menerjemahkan program besar ini dalam program kerjanya sehingga semangat hidup kedua santo ini senantiasa dikontekstualkan dalam perziaran iman putera dan puteri kedua santo ini.


"Isi Kotbah Provinsial SVD Jawa"


Misi



Dalam kotbah, Provinsial menekan bahwa St. Freinademetz adalah seorang misionaris. Misi adalah cinta Tuhan kepada manusia dan cinta manusia kepada Tuhan dan sesama. Misi Allah adalah tidak lain dan tidak bukan, Misi Yesus. Yesus diutus kedunia untuk menyelamatkan dunia. Yesus melaksanakan misi Bapa itu, tidak sedikit mengalami aneka tantangan dan godaan. Pencobaan di padang gurun oleh iblis. Iblis memberi banyak kemudahan yaitu harta dan kedudukan atau kuasa. Tetapi Yesus tidak mengambil jalan gampang atau jalan pintas yang ditawarkan setan itu. Pada waktu Yesus mengadakan perbanyakan roti, mereka yang mengalami mujizat itu memaksa Dia untuk menjadi Raja. Yesus tidak terpengaruh dan tidak terperangkap oleh pujian umat itu. Yesus pergi menyendiri dan mengadakan pembedaan Roh, untuk menemukan apa sesungguhnya kehendak Allah atas DiriNya. Dia selalu mengutamakan kehendak BapaNya, bukan kehendak manusia, bukan kehendak iblis.


Ujian terhadap Komitmen Misi


Ujian-ujian yang dihadapi dalam pelaksanaan misi Allah oleh Yesus itu diumpamakan seperti emas yang semakin dibakar dengan api semakin tampak kemurnian keemasannya. Demikianlah Yesus yang menghadapi berbagai godaan dalam melaksanakan misi Allah. Ujian itu memurnikan komitmennya kepada misi Allah yang diembanNya.



Yesus melaksanakan misi Allah dalam dua hal pokok ini. pertama, misi Kemanusian dan keilahian, sebagai dua pilar agung yang mengokohkan seluruh Karya MisiNya. Dia bermisi agar manusia semakin beriman semakin mengutamakan kemanusiaan. Semakin menghargai martabat manusia semakin beriman. Dalam kosa kata ajaran iman, misi Yesus adalah mencintai Tuhan dan mencintai sesama manusia seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat terpisahlepaskan.


Mendeteksi Diri Sendiri


Kita menggunakan pola kacamata permenungan di atas untuk mendeteksi kehidupan komunitas kita. Pertama, secara ke dalam komunitas intern kita, apakah kita semakin beriman semakin berlaku mengutamakan kemanusiaan terhadap yang yunior dan karyawan-karyawati kita? Atau apakah juga yang yunior menghargai martabat mereka yang telah tergolong senior? Apakah pemimpin komunitas menghargai martabat anggota komunitas dan sesama konfrater dan karyawan-karyawati yang menjadi mitra kerja kita setiap hari? Atau apakah kita mengabaikan mereka? Kalau kita melupakan yang ini, apakah artinya tema Perayaan seabad wafatnya kedua santo ini, yaitu Menghormati martabat manusia? Di manakah kesaksian kita sebagai kaum berjubah tentang menghormati martabat manusia? Mari kita tata menghormati martabat manusia dari dalam diri kita masing-masing, dalam komunitas kita masing-masing sebagai basis bagi kita untuk menjadi saksi keluar bagi sesama di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Apa aksi konkrit untuk ke depan selama setahun ini, untuk menghargai martabat manusia?



Aksi Konkret


SVD SOVERDI SURABAYA SEBAGAI RUMAH INDUK Provinsi SVD Jawa mempunyai kegiatan dalam memeriahrayakan seabad wafatnya kedua santo kita ini. Aksi konkrit mengisi kegiatan ini adalah, Doa umat setiap hari minggu disusun khas SVD dan didoakan setelah Doa Umat pada setiap Hari Minggu selama setahun perayaan seabad meninggalnya kedua santo kita. Rekoleksi komunitas enam kali selama setahun wafatnya kedua santo. Dua kali Rekoleksi Karyawan/ti SOVERDI. Publikasikan tentang kedua santo di papan publikasi yang disediakan komunitas, bagi para tamu yang datang ke SOVERDI agar kedua santo dikenal umum.Misa diakhiri dengan makan bersama. Makan bersama ini atas inisiatip komunitas SSpS RKZ. Pada awalnya tidak ada rencana makan bersama. Bahkan undangan yang beredar pun tertulis, tidak ada makan bersama, dan makan di komunitas masing-masing. Hal ini diadakan bukan karena mahalnya biaya makan bersama. Makan sederhana. Terpenting kebersamaan anak-anak Santo Arnoldus dan Josef dihidupi dalam makan bersama di meja altar dan meja makan. Kebersamaan dihidupi juga dengan SOVERDIA dan PARK yang hadir. Kebersamaan itu terungkap keluar dari acara-acara hiburan yang dipimpin Provinsial SSpS Jawa dengan SOVERDIA dan PARK. Roh Kudus lah mendorong komunitas RKZ untuk memupuk kebersamaan di meja makan dan panggung rekreasi ala kadarnya setelah kebersamaan di meja altar dalam Perayaan Eakristi.


YANG PENTING PESANNYA BUNG

Bahasa Cinta adalah Bahasa Asing yang Dimengerti "Orang Kafir"

Hari ini Selasa 29 Januari 2008, Societas Verbi Divini (SVD) merayakan seabad meninggalnya Santo Josep Freinademetz. Perayaan ini bukan misa arwah. Perayaan ini adalah perayaan kebangkitan Santo Josep Freinademetz. Perayaan ini adalah perayaan kehidupan abadi. Perayaan ini adalah perayaan membangkitkan kembali ide-ide gemilang Santo Freinademetz bagi kita para misionaris pada zaman ini. Perayaan ini adalah satu perayaan yang meneguhkan misionaris oleh teladan Santo Freinademetz yang mendharmabhaktikan seluruh hidupnya hanya untuk Cina.



Perayaan kehidupan abadi yang bagaimana? Secara fisik Josef Freinademetz sudah tidak ada lagi. Tetapi secara rohani Josep masih tetap hidup. Ada tiga hal pokok yang mengungkapkan bahwa terbukti masih ada kehidupan kekal Santo Joseph Freinademetz yang kita alami dan rasakan dewasa ini di dalam perziarahan iman kita menuju kesempurnaan dalam Allah.


Pertama, kata-katanya yang langsung keluar dari dirinya, merupakan satu ungkapan iman dan teladan hidup yang mendalam bagi kita yang hidup pada zaman ini dan bagi semua yang akan hidup pada zaman yang akan datang di dunia sebagai kemah sementara ini. Kata-katanya itu terdapat dalam surat-surat pribadi dan refleksi pribadinya.


Satu kalimat asli yang keluar dari Santo Josep Freinademetz yang selalu hidup dalam diri saya adalah "Bahasa Kasih merupakan Bahasa Asing yang dapat dimengerti oleh semua orang, baik orang beragama maupun orang kafir". Penulis menangkap kalimat hidup Santo Josep Freinademetz itu, tekanan utamanya terletak pada pelayanan dan tugas yang diberikan kepada Josep, yang dia lakukan pertama-tama dengan HATI. Dimanapun kita lihat, kebanyakan orang memberi simbol KASIH dengan HATI. Hati menjadi pusat cinta dan pelayanan Josep.


Hati yang bagaimana? Hati yang seperti apa? Hati itu adalah Hati Terkudus Yesus sumber Bahasa Kasih yang sejati. Ini adalah kata yang menegaskan bahwa Josep masih tetap hidup dalam pikiran, hati dan tingkahlaku serta tugas pelayanan kita, kalau teladannya itu menjadi contoh yang patut kita hidupi dalam diri kita.


Kedua, Josep tetap hidup dalam relasi kita dengan dia secara rohani. Relasi rohani mengatasi relasi yang hanya dibatasi oleh fisik, harta kekayaan, kegantengan atau kecantikan atau materi lainnya. Relasi rohani ini adalah relasi yang terungkap secara konkret dalam doa-doa kita kepada Allah lewat perantaraan Santo Josep Freinademetz sebagai orang kudus bersama para kudus di sekeliling Allah melayani Allah dan mendoakan kita manusia di dunia ini agar kita tetap setia kepada Allah dalam sebuah benteng komitmen yang kokoh di tengah-tengah tembakan peluruh tantangan dan godaan zaman. Doa-doa yang keluar dari hati yang tulus dan bersih, sungguh menjadi sebuah doa persembahan yang layak di hadapan Allah.



Ketiga, Kehidupan Sempurna dalam Allah, yang telah dialami Santo Joseph Freinademetz di surga. Santo Josep Freinademetz berbahagia di surga bersama persekutuan para kudus dan para malaekat yang selalu memuji Tuhan di sekitar altar Allah di Surga dan yang selalu mendoakan kita sebagai anggota Gereja yang sedang berziarah di bumi ini sebagai kemah sementara dan Gereja yang sedang menderita di dunia dan di tempat pemurnian api penyucian. Doa-doa para santa dan santo serta para malaikat di surga berorientasi menyelamatkan semua dan menuntun semua kepada Allah di Surga sumber kesempurnaan sejati. Santo Yosep doakan kami agar kami setia menghidupi bahasa Kasih dalam teladan hidup kami bagi dunia.

Oies dan Kucing Katolik

Oies dan Tirol, dua nama itu untuk pertama kalinya akrab di pendengaranku ketika tahun 1994 aku menginjakkan kakiku di bukit Kuwu-Ruteng, untuk menjalankan tahun novisiat SVD. Bahkan teringat waktu itu, ada satu kelompok olahraga pada event “family feast” yang di berinama “TIROL” (Titi Rontok langsung Lako”). “Lako” dalam bahasa Manggarai artinya; jalan. Satu spirit yang dihidupi anggota kelompok ini bahwa setiap pertandingan (babak pengisian) adalah final, karena itu harus memenangkan pertandingan itu, dengan semboyan “titik, rontokkan dan langsung lako (jalan, tinggalkan kelompok yang kalah) sebagai tanda kemenangan. Tatapi ketika toh kelompok ini menderita kekalahan, hamper pada setiap pertandiangan, kelompok lain mempletisir kelompok TIROL dengan ; Titi, Rontok, langsung Loyoh. Asyik huga ya…he…..


Oies dan Tirol, dua nama yang dapat dipisah-lepaskan dari Yosep Freinademetz, figur misionaris misionaris perdana SVD ke Cina daratan, yang di kirim langsung oleh Arnold Jasen dari rumah misi Steyl-Belanda. Itulah Josep Freinademetz, atau si Ujop, nama pangilannya di kampung Oies. Satu kampung nan indah di perbukitan wilayah Alta Badia, yang selalu diselimuti putihnya salju manakala musim dingin tiba.



Kala itu, 10 Maret 2007, bersama 7 teman lainnya (4 Indonesia, 2 India, 1 Polandia, 1 Filipina, 1 Slowakia), kami sekelompok student dari Collegio Verbo Divino-Roma membuat satu ziarah ke rumah, tanah kelahiran Santo Freinademetz. Perjalanan dari Roma ke Oies menempuh jarak sekitar 600 km lebih. Kerinduan untuk mengijakkan kaki di tanah kelahiran dan berdiam di rumah kediaman seorang santo, tidak membuat kami merasa lelah. Di Verona, Pater Romanno Gentili, SVD bersama dua missionari muda (P. Agus Anunut dan P. Damianus Rya Pai, SVD) telah menati kedatangan kami. Dan bersama mereka kami menuju Oies. Ketika memauski wilayah Tiro Selatan dan melewati pelbagai jalan menanjak menuju Oies, suasana indah, tenang, sunyi dan damai bagaikan kata-kata “sapaan” menyambut semua yang berdatangan ke sana. Oies, kampung kecil yang sekarang hanya empat rumah, terletak di ketinggian bukit “Alta Badia”, yang darinya kita mengarahkan pandangan ke seluruh lembah dan perbukitan lain. Di situalah keseharian hidup Ujop Freinademetz.



Berdiam selama tiga hari di Oeis, cuman satu keluarga yang kita bisa jumpai, persis di depan rumahnya si Ujop, yang juga adalah famili dari Ujop. Kala itu kami berkenalan dengan tiga bersaudara ; Marta (4 thn), Andrea (9 thn), Samuele (11 thn): tiga bersaudara penghuni bukit Oies. Ketika melihat kedatangan kami, si Andrea bertanya, “Apakah kalian dari Cina”?. Ya…. Cina…. nama yang mendunia lantaran ekonomi yang melaju; tapi, “tidak” bagi ketiga bocah Oies ini. Mereka hanya tahu Cina, karena sang Ujop adalah misionaris perdana SVD yang di utus ke Cina. Ketiga bocah bersaudara itu tahu “Cina” karena seringnya banyak peziarah (dari Cina) yang berdatangan ke Oies. Oies dan Cina kini menjadi dekat, berpadu dalam Ujop, dan mungkin bagi semua orang Katolik di Alta Badia dan Tirol Selatan.





Ada satu pengalaman menarik bersama ketiga bocah Oies. Ketika pada suatu sore, kami sedang bermain bola kaki bersama mereka (Andrea, Samule) di depan rumah Freinademetz, kami di kejutkan oleh satu berita kematian. Si Martha (saudari Samuele e Andrea) memanggil kedua saudaranya dan memberitahukan bahwa “sahabat mereka”, kucing, ditemukan mati, persis di belakang rumah Freinademetz. Satu kesedihan yang amat mendalam, yang belum pernah saya lihat kalau binatang kesayangan itu mati. Andrea dan Samule meninggalkan area permainan. PErmainan kami otomatis stop. Kami dibubarkan oleh berita kematian kucing. Yang menariknya adalah bahwa ketiganya menempatkan kucing mati itu dalam sebuak kotak dan mereka mengarak “janazah” kucing dalam sebuah prosesi, layaknya seorang anak manusia Katolik. Di depan mereka, si kecil Marta memegang lilin bernyala, si Andrea memegang salib dan si Samuele memikul kucing mati dalamsatu kotak. Mereka berdoa, menguburkan kucing dan memasang salib dan lilin bernyala di atas kubur kucing. Seusai upacara penguburan kucing, seorang teman menanyakan, “Mengapa kalian menguburkan kucing secara Katolik”? Si Andrea menjawab, “dia adalah kucing Katolik, karena kucing ini di temukan mati di belakang rumah Santo Yosef Freinademetz”. Kata-kata yang mengalir dari bibir seroang bocah di Oies ini sesungghunya keluar dari satu kesadaran paling original seorang bocah akan pengaruh sang Yosef Freinademetz.



Oies dan spirit Freinademetz, bagi ke tiga bocah yang lahir di tahun 2002, 1999, 1992 , jauh dari rentang masa hidup Josef Freinademetz di tempat yang sama, menerbitkan satu kesadaran akan ke-santo-an Freinademetz. Mereka hanya tahu bahwa Freinademetz adalah Santo yang pernah menjalankan misi di Cina. Keyakinan akan figur santo membentuk seluruh cakupan pikiran dan hidupnya sebagai sebuah dinamisme kerohanian yang mendalam. Originalitas perkataannya membangkitkan satu refleksi mendalam bagi kita pengikut si Ujop dari Oies.

Selamat merayakan Pesta 100 thn kematian St. Yosef Freinademetz

salam
Bernard Hayon

"Mengapa SVD Merata Melayani Orang Sederhana dan Kelompok Elit?"

Pada pertengahan Januari 2008, misa penutupan peti seorang tokoh umat dipimpin oleh pemimpin tertinggi Gereja Lokal setempat. Seorang abang becak juga menghadiri perayaan tutup peti itu. Penulis duduk berdampingan dengan si abang becak. Dia sangat rindu untuk melihat pemimpin tertinggi Gereja Lokal. Kini kerinduannya terobati dengan hadir dalam perayaan Ekaristi tutup peti yang dipimpin oleh pemimpin tertinggi Gereja lokal setempat. Dia rindu menerima berkat sang Gembala pemimpin gereja lokal setempat. Perasaannya itu dia ungkapkan kepada penulis di awal perayaan tutup peti itu.



Waktu kotbah, si abang becak ini dengan polos berbisik di telinga penulis. Katanya: “Mas, apakah suatu ketika di wilayahku yang kumuh dan pinggiran itu, salah satu anggota lingkunganku meninggal, saya mengundang pemimpin tertinggi ini untuk memimpin misa penutupan peti, apakah beliau bersedia?” Penulis kaget dan lama diam dan lalu menjawab secara agak kikuk demikian, kalau saya yang jadi pemimpin tertinggi, maka pasti saya datang melayani permintaan Anda. Pertanyaan dan jawaban penulis itu terus menggema dalam hati penulis selama mengikuti Perayaan Ekaristi tersebut.



Dalam hati kecil bertanya, Roh apa yang menyuruh si abang becak ini bertanya seperti itu? Penulis adalah gembala umat, merekam pertanyaan itu, merupakan suatu rekaman yang akan terus diputar ulang dalam memori dikala menyambut permintaan umat untuk dilayani. Penulis merasa bahwa pertanyaan itu muncul dari satu harapan umat sederhana agar mendapat pelayanan yang sama dari gembalanya. Si abang becak itu merindukan agar pelayanan para gembala dewasa ini tidak hanya pada para elite secara ekonomis. Gembala ada untuk melayani semua dombanya tanpa mengkotak-kotakan dalam pemberian pelayanan.


Pertanyaan si abang becak itu langsung disampaikan di telinga penulis seorang SVD. Maka bagi penulis, pertanyaan itu akan menggema dalam telinga hati penulis dikala menerima setiap permintaan pelayanan dari umat Allah beriman tanpa membeda-bedakan dalam menjawabi pelayanan tersebut. Pelayananku indah kalau mengalir keluar dari roh keimanan dan roh kemanusiaan yang menjadi motor yang menghidupi pelayananku. Tuhan Sempurnakan pelayanan saya kepada domba-dombaMu yang Kaupercayakan kepadaku. Engkau datang untuk menyatukan semua manusia ciptaanMu yang secitra dengan diriMu. Engkau datang untuk menyelamat semua manusia.

Mengapa Misionaris Bermisi di Suku Bunaq tanpa Permisi?

Bendera misionaris adalah membawa suara kenabian kemana saja dia ada dan dia hidup. Semua yang melencenga dari dua rel kembar yaitu rel kreta api iman dan rel kemanusiaan, harus diarahkan bahkan diangkat dipindahkan masuk kedalam kedua rel tersebut.


Misonaris merasa selalu tidak aman jika satu sistem kecil mapun besar menjadi gembok yang mengunci pintu keluar masuk kemanusiaa dan keimanan manusia pada umumnya khususnya mereka yang membutuhkan sistem dalam melangsungkan kehidupan mereka. Misinaris sebagai sang nabi gethol membuka gembok yang mengunci pintu saluran air kemanusiaan dan keimanan kepada kehiduapan segar semua manusia. agar semua hati manusia disejukkan oleh air kemanusiaan dan keimanan yang mengalir keluar dari pintu sistem air kemanusiaan dan keimanan. Misionaris sang nabi bermisi tanpa permisi mencuci semua kekotoran yang ada dalam sistem hidup bersama itu, agar air kemanusiaan dan keimanan dapat mengalir keluar masuk dalam sistem itu secara lancar , dan memberi kesejukan bagi mereka yang hidup dalam sistem itu.

Misionaris menjalankan peran kenabiannya menghadapi peluruh kata-kata dari para pemuka adat atau sistem setempat " Kurang Ajar Misionaris Bermisi Tanpa Permisi". Demikianlah resiko panggilan misionaris sebagai insan Allah yang menjalankan peran kenabiannya. Mau jadi nabi? Siap dicerca : "Kurang Ajar, Bermisi tanpa Bermisi".

Apa Penyakit Orang Sukses?

Pada dasarnya setiap manusia ingin sukses. Bukan hanya dalam hal duniawi tetapi juga dalam kehidupan rohani. Bacaan hari ini Kis 9:1-22. Pada hari ini pesta Bertobatnya Santo Paulus. Paulus bertobat pertama-tama karena adanya campur tangan Allah. Allah tidak langsung menobatkan Saulus menjadi Paulus. Allah menggunakan peranatara. Perantara itu adalah Ananias. Dia diutus Tuhan untuk menyentuh dan menyembuhkan Saulus dan menobatkan Saulus menjadi Paulus.

Paulus bertobat dan menjadi orang yang memiliki nama besar dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. Dia dikenal sebagai Theolog Perjanjian Baru. Dia dikenal sampai hari ini sebagai sosok yang mengalami pertobatan dan militan menjadi pewarta Kristus.


Nama Ananias tenggelam setelah menobatkan Saulus menjadi Paulus. Paulus semakin besar namanya. Ananias tenggelam namanya. Pada hal kalu dipikir dan ditimbang-timbang, keberadaan Ananias sangat menentukan kehebatan Paulus.

Kita ini menjadi Pastor yang hebat atau biasa-biasa saja, dikenal oleh banyak orang, ditolong oleh banyak penderma, sehingga kita tidak kelaparan dan tidak mengalami kesulitan serius seperti sama-saudara kita yang tinggal di luar biara, berjuang mempertahan hidup dan kehidupan dalam dunia persaingan dewasa ini, karena semua kehebatan kita itu kita raih dan alami serta peroleh karena adanya orang lain yang membuka jalan lebar menuju imamat kita. Mereka barang kali para katekis. Mereka itu barang kali Guru BP di sekolah kita. Mereka itu barang kali kepala sekolah kita. Mereka itu barangkali para guru Agama. Apakah mereka itu menjadi orang yang selalu terkenal dalam diri, pikiran dan terutama dalam DOA-DOA kita kepada mereka? Ataukah kita menjadi insan sukses yang dikuasai oleh peribahasa "kacang lupa kulitnya"? Mari kita membangun kembali relasi rohani dengan para penjasa dan pendukung kita di jalan panggilan ini dengan DOA-DOA kita bagi mereka dan senantiasa setia pada Panggilan imamat-biarawan ini sebagai ucapan terimakasih kita kepada para pendunkung dan pembuka jalan bagi kita sehingga kita menjadi imam yang setia dan sukses dalam tugas telah dipercayakan kepada kita.

Mengapa Sukses Yunior Sulit Dterima Para Senior ?

Hari ini tanggal 24 Januari tahun Liturgi A. Bacaan Pertama diambil dari 1Sam 18:6-9; 19:1-7 tentang keberhasilan Daud mengalah orang Filistin dan Goliad dibenci oleh Saul. Saul membenci Daud si kecil itu karena kemenangan Daud dalam peperangan melawan Goliad itu mengancam status qua kuasa kerajaannya. Daud akan melengserkan Saul. Kedudukan dan kuasa Saul akan kalau Daud si yunior ingusan itu dibunuh.


Yonatan Putra Saul mengetahu rencana jahat ayahnya untuk membunuh Daud. Yonatan punya prinsip kemanusiaan yang kuat. Rencana jahat Saul untuk membunuh Daud itu disampaikan kepada Daud agar dia menyembunyikan diri di hadapan pencarian Saul yang hendak membunuhnya. Yonatan pun tidak hanya menyelamatkan Daud dari ancaman pembunuhan Saul ayahnya. Yonathan menjernihkan pikiran kotor ayahnya untuk membunuh Daud yang tidak berdosa. Yonathan memberi pencerahan kepada Saul untuk sadari bahwa keberhasil Daud adalah keberhasilan Saul. Kemenangan Daud dalam perang melawan Goliad itu merupakan kemenangan Saul.


Yonathan memiliki peran sentral menegakkan yang benar. Yonathan menobatkan Saul ayahnya yang sangat emosional dan egois menjadi pencinta Daud. Saul setelah mendengar pendapat Yonathan, dia menjadi peramah dan bersahabat dengan Daud. Saul tidak melihat keberhasilan dan keberhasilan serta kemenangan Daud si yunior ingusan itu sebagai ancaman terhadap kerajaannya setelah pertolongan Yonathan putranya yang sanagt jujur, adil, dan human dalam menghadapi semua persolan yang dihadapi oleh ayahnya yang dikuasai oleh pola pikir kuno yaitu yang tua itu pemilik keberhasilan, kuasa, harta dan kebenaran. Peran Yonathan memang patut kita teladani.


Dalam kehidupan sosial, komunitas seringkali kelompok senior meremehkan keberhasilan yunior. Padahal jika ditakar, bobot usaha yunior tidak dapat diragukan. Ini soal pola lama yang masih menguasai para senior yaitu yang lahir lebih dulu harus menjadi yang pertama dalam segala hal. Lalu dimanakah Humanitas dalam hidup bersama? Dimanakah penghidupan iman akan Allah yang menciptakan semua manusia secitra Allah?

Mengapa Sulit Kotbah Tentang Kematian?

Pada hari ini, kamis 24 Januari 2008, misa pemberangkatan Jenazah Bapak. Michael Budi Adiwinata di RKZ Surabaya. Pemimpin misa adalah Pater Agus Sumarwan, SVD. Dalam introduksi dikatakan bahwa Ekaristi pusat iman Kita. Perayaan Ekaristi menghadirkan kembali, menghidupkan kembali Iman akan Kristus Yang Mati Untuk Kebangkitan dan kehidupan yang kekal. Perayaan Ekaristi adalah satu Perayaan Iman Yang Kudus. Maka kita sebagai umat Allah, pertama-tama menguduskan diri terlebih dahulu agar kita dengan hati yang bersih merayakan Perayaan Ekaristi ini. Kita mengakui dosa-dosa kita di hadapan Tuhan dengan rendah hati.

Kotbah bersumber pada kedua bacaan. Bacaan pertama dari I Kor 5 : 1-12 tentang kemah sementara dan kemah abadi dan Bacaan Injil dari Yoh 14 : 1-7 tentang Yesus Kristus Sang Sulung Kebangkitan dan Kehidupan Kekal.


Kematian adalah sebuah misteri. Setiap kita, entah sebagai yang tua atau muda, sakit atau sehat, cepat atau lambat, suatu ketika kita harus mengalami misteri kematian ini. Kita tidak dapat menghindar atau mengelak misteri kematian ini. Kita pasti akan mengalami kematian sebagai satu misteri iman. Kematian sebagai satu bagian dari hidup kita karena iman kita akan Yesus yang telah mati untuk kebangkitan dan kehidupan kekal. Yesus sebagai yang sulung, bangkit dari kubur. Setelah dia bangkit, Dia mendahului kita manusia ke Rumah Bapa. Di Rumah Bapa atau Surga Dia menyediakan tempat bagi kita.


Iman kepada Allah yang hidup inilah membuat kita yakin bahwa kematian bukan akhir segalanya. Kematian adalah sebuah hidup yang diubah. Maka dalam permenungan saya pribadi saya menyampaikan sebuah perumpamaan. Dua orang bayi yang kembar hidup dalam rahim ibu hanya mengenal dunia rahim ibunya. Dalam kebersamaan mereka dalam dunia rahim ibu, mereka berdua saling membagi suka duka hidupnya dalam dunia rahim ibu. Ketika satu bayi telah lahir mendahului yang satu, maka bayi yang satu akan merasa kesepian, kehilangan dan bergulat dengan dunia rahim ibu. Sedangkan bayi yang telah lahir telah mengalami kehidupan baru di luar rahim ibunya. Dunia kehidupan rahim ibu dan dunia kehidupan di luar rahim ibu, merupakan dua tempat kehidupan yang berbeda, tetapi keduanya mengalami yang sama yang namanya kehidupan. Kematian bisa dimengerti sebagai satu perubahan kehidupan dalam lingkungan kehidupan di atas dunia manusiawi nyata ini kepada kehidupan yang baru dan abadi serta mengalami kepenuhan dalam kemah abadi di rumah Bapa. Kehidupan tetap ada di dunia ini dan di dalam kemah abadi di Rumah Bapa yang telah disediakan oleh Tuhan Yesus yang mati bangkit dan pergi ke Rumah Bapa mendahului kita menyiapkan tempat untuk kita.


Iman kepada Allah yang hidup ini menghasilkan tiga buah kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Kematian bukan akhir dari segalanya. Kalau melihat kematian sebagai akhir dari segalanya maka manusia akan mengalami kedukaan yang berkepanjangan dan penderitaan yang tiada akhir. Kematian adalah sebuah hidup yang diubah. Kematian adalah satu kehidupan yang baru. Kehidupan semacam apa yang dirasakan setelah secara fisik seseorang meninggal. Kita masing-masing mempunyai pengalaman indah dengan sesama yang telah meninggal. Pengalaman pribadi sengan Om Saya yang telah meninggal adalah bahwa selama hidupnya Om saya ini sangat aktif dalam Gereja, berkorban melayani umat di Gereja dan terutama mempunyai Hati yang peduli kepada para imam. Dia selalu berdoa agar para imam tetap setia. Dia memberi sumbangan kepada pendidikan calon imam. Teladan indah dari Om yang demikian dibiarkan terus hidup dalam pikiran saya, dalam renunngan dan tugas pelayanan saya. Teladan baik itu saya turuti dan hidupi dalam kehidupan bergereja dan tugas dan tanggungjawab yang dipercayakan kepada saya. Nilai pengorbanan, peduli dan rela membagi yang dimiliki oleh OM yang telah tiada itulah yang saya hidupi dalam kehidupan saya kapan dan dimana saja saya berada. Di situ dan dengan cara itu saya mengalami kehidupan Om yang telah tiada secara fisik.

Kedua, Relasi yang hidup dengan sesama yang telah meninggal tetap dijalin. Relasi semacam apa yang mengungkapkan bahwa adanya pengalaman kehidupan setelah seseorang telah meninggal, mati secara fisik? Relasi yang dimaksud adalah bukan relasi fisik. Relasi yang dimaksud adalah relasi rohani yang mengatasi relasi fisik. Relasi rohani yang selalu menghadirkan sesama yang telah meninggal, telah jauh dapat dialami dalam sebuah komunikasi dengan Allah, dalam sebuah relasi doa sebagai ungkapan relasi kasih yang sangat mendalam. Maka kepergian fisik saudara kita ini tidak menjauhkan dia dari diri kita. Kita merasa dia dekat dan hadir di sekitar dan dalam hati yang penuh cinta dalam doa-doa kita. Cinta sejati adalah cinta Rohani yang selalu menghadirkan dan merasakan yang tidak kelihatan secara fisik, tetapi secara rohani selalu ada dan dialami dalam hati. Secara fisik dia jauh tetapi secara rohani dia dekat di hati dalam doa kita. Ini adalah inti keutamaan iman kita yaitu Cinta Kasih yang sejati yang dapat dialami dalam satu relasi rohani mendalam yang tercetus dalam doa yang lahir dari hati yang tulus.

Ketiga, Kematian adalah hidup yang diubah, dari yang kurang penuh-sempurna menuju kehidupan yang penuh-utuh-sempurna. Kehidupan yang sempurna ada dalam Tuhan. KehidupanNya adalah kekal. Kematian sebagai jembatan bagi manusia untuk memasuki kehidupan yang kekal. Lewat kematian, hidup kita yang terbatas secara historis ini, diangkat kepada satu derajat yang sempurna yaitu mengalami kehidupan yang kekal dalam Rumah Bapa yang telah disediakan oleh Yesus setelah kematian dan kebangkitanNya. Ini adalah harapan akan masa depan sebagai yang paling sempurna.




Tulisan ini adalah olahan penulis atas kotbah Rm. Agustinus Agus Sumarwan, SVD yang memimpin Perayaan Ekaristi Penutupan Peti Bapak Michael Budi Adiwinata di RKZ St. Vinsensius A Paulo Surabaya

Kesaksian Yohanes Benar : Yesus adalah Terang dan Anak Domba Allah

Satu hal yang tidak dapat dipungkiri dalam kehidupan kita manusia adalah bahwa seringkali kita memberi prasangka yang keliru dan salah terhadap orang lain. Prasangka itu disebarkan kemana-kemana bahwa orang itu binal, orang jahat, orang itu jelek, orang itu pengkhianat, orang itu pemalas, orang itu sukuis, orang itu sombong. Kita masing-masing dapat memberi sederetan kesaksian yangkeliru dan salah kepada seseorang.


Prasangka salah itu akan lain ketika kita bertemu langsung dengan orang yang menjadi obyek prasangka kita. Ternyata setelah hidup bersama dengan sesama yang sebelumnya kita jadikan obyek prasangka buruk itu, orang itu sangat baik, sangat matang, sangat pedulu pada sesama, orang itu tampail sangat bijaksana, orang mengutamakan kebenaran dan keadilan.


Kalau kita juga masih memiliki sejumlah prasangka negatif terhadap sesama, pada hari Minggu Biasa Kedua ini, Kita belajar dari Yohanes yang memberi kesaksian yang benar tentang Yesus adalah TERANG dan ANAK DOMBA ALLAH. Dua point perenungan ini terungkap dalam Bacaan Liturgis Tahun A yang diambil dari Yes 49 : 3.5-6; 1 Kor 1 : 1 - 3 ; Yoh 1 : 29 - 34. Yohanes memberi kesaksian tentang Yesus sebagai terang sejati bagi manusia. Terang sejati itu terungkap dalam diri Yesus senagai Anak Domba Allah, yang berkorban untuk menerangi dunia, menyelamatkan dunia, sebagai misi Yesus ke dunia sekaligus komitmennya kepada Allah di Surga.


Kita sebagai orang-orang yang beriman kepada Yesus sebagai Terang, ANak Domba Allah, Putra Allah, Anak Manusia, Guru, Dokter, dan Nabi. Apakah gelar-gelar yesus itu menjadi gaya hidup kita dalam peziarahan kita dalam komunitas tempat dimana kita hidup?


Dalam dunia modern ini iman kita kepada Kristus kadang hanya mengambang. Kita kehilangan komitmen dalam mengimani Yesus Kristus karena kesaksian kita masih berwarna egoisme. Komitmen kita kepada Kristus sebagai TERANG dan ANAK DOMBA ALLAH yang berkorban bagi keselamtan universal masih kabur. Maka Sabda Allah hari ini menegur kita agar kita sadar bahwa kita ini adalah insan-insan beriman. Itu diungkap dalam membuat niat-niat baik di hadapan Tuhan dan kembali ke dalam tugas kita sehari-hari untuk melaksanakan niat-niat itu dengan benteng komitmen yang kokoh di tengan aneka badai godaan yang kreatif merusak benteng komitmen kita kepda Tuhan Yesus Kristus pusat iman, harapan, kasih dalam hidup kita.


Dengan demikian kita tidak lagi menjadi orang yang kreatif menebarkan prasangka negatif tentang sesama tetapi sebaliknya kita menjadi insan beriman kokoh kepada Kristus yang mengutus kita untuk bersaksi secara benar tentang Sang Terang Sejati yaitu Yesus Kristus, Anak Domba Allah yang menghapus dosa-dosa dunia. Kita menjadi Terang berarti kita mau berkorban untuk menyelamatkan sesama, keluarga sebagai gereja yang paling kecil, gereja pada umunya, negara dan dunia.



Kapel Soverdi Sto. Arnoldus Janssen Surabaya
Hari Minggu Biasa II Tahun A, 20 Januari 2008
P. Beny Mali, SVD

Nama Kita : Serikat Sabda Allah. Mengapa bukan Serikat Santo Arnoldus?

Tanggal 30 Januari 1901 tibalah suatu khabar Gembira bahwa Sri Paus Leo XIII telah mensahkan nama konggregasi menjadi SERIKAT SABDA ALLAH. Pada siang hari itu Bapak Arnoldus Janssen bergerak dari bilik untuk menyampaikan berita sukacita itu. Dan pada malam harinya diadakan suatu upacara syukur, dimana dinyanyikan madah syukur TE DEUM. Sekrang Bapak Arnoldus Janssen benar-benar percaya bahwa semua samasaudaranya pasti yakin bahwa mereka merupakan anggota dari suatu Serikat Religius dengan Tuhan sebagai pendirinya.


1. Arti Sabda Allah


Dalam Peraturan tahun 1885 ( dirumuskan oleh Kapitel Jenderal I ), Pater Arnoldus Janssen menjelaskan bahwa Sabda Allah harus dipahami dalam kerangka hubungannya yang istimewa dengan setiap pribadi Ilahi, yaitu Sabda Bapa, Sabda Putra dan Sabda Roh Kudus.


1.1. Sabda Bapa

Tidak lain adalah Putra, Pribadi kedua Tritunggal Mahakudus. Menurut theologi St. Yohanes Sabda Allah sebagai sebagai Sabda Bapa mengandung dua arti, yakni cinta dan kehidupan Bapa di satu pihak, dan di lain pihak mengungkapkan panggilan kita sebagai warga Sabda Allah, untuk memberikan kesaksian tentang Sabda itu kepada semua orang. Sabda Bapa bukan pertama-tama berarti penyampaian pengertian atau gagasan atau pemikiran tentang Allah. Melainkan merupakan pengungkapan diri Bapa atau penyampaian diri Bapa. Ketiga pribadi itu saling memberikan kehidupan, saling menyerahkan diri mereka masing-masing atau dengan ungkapan manusia yang lazim : MEREKA SALING MENCINTAI. Sabda Bapa mengungkapkan panggilan kita untuk memberi kesaksian tentang Sabda itu kepada semua orang. Hal itu berarti bahwa kita dipanggil supaya membuka diri bagi Sabda Bapa; supaya Dia meresapi hidupku dan mengubah seluruh hidup dan karyaku menurut hidup dan karyaNya.

Karena itu jelaslah bagi kita bahwa Yesus adalah Sabda Bapa yang diungkapkan kepada kita, dan melalui kita kepada semua orang. Suatu konsekuensi yang sulit ditawar ialah bahwa secara utuh menyerahkan diri sebagai warga Sabda Allah kepada Sang Sabda : "HidupNya adalah hidup kita dan perutusanNya adalah perutusan kita" (Pembukaan Konstitusi SVD).

1.2. Sabda Putra

Ialah Injil Yesus Kristus. Yesus Kristus sesungguhnya adalah kasih Bapa, sebab Ia mewartakan cinta kasih Bapa dengan mengutamakan orang-orang miskin sebab "milik merekalah Kerajaan Allah". Pater Arnoldus Janssen pernah menulis: "Cinta Bapa, Putra dan Roh Kudus dinyatakan melalui perasaan-perasaan kasih sayang, kemesraan dan kelemahlembutan Kristus Sebagai manusia".


Yesus Kristus sebagai Abdi Yang Menderita (Ebed Yahwe), Sabda Allah yang dikasihi Bapa memberikan diriNya secara utuh kepada Bapa. Kristus telah menjadikan pengabdianNya yang penuh kasih dasar hidupNya sendiri dan juga dasar hidup kita para pengikutNya.

"Para pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka, hendaknya ia menjadi hambamu, sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani" (Mat 20:25-28). Yang menarik pada Yesus bukannya karena Ia adalah Allah, melainkan bahwa sebagai Allah Ia memberikan diri sehabis-habisnya kepada manusia. Dalam diriNya sebagai Allah, terdapat pengabdian yang penuh kasih. Yesus ingin menunjukkan bahwa kebesaran yang sejati bukan terletak dalam melaksanakan karya-karya agung. Manusia disebut agung dan luhur, karena ia dengan bebas dan tanpa syarat memberikan dirinya kepada orang lain melalui pengabdian yang melupakan diri sendiri. Allah Putra datang sebagai utusan Bapa dan mengutus Gereja untuk melanjutkan tugas membangun Kerajaan Allah. Perutusan inilah yang merupakan alasan kehadiran kita sebagai Serikat Sabda Allah.



1.3.Sabda Roh Kudus



Yaitu seluruh Kitab Suci, perkataan para nabi, rasul dan imam sejauh mereka menulis dengan bantuan ilham Roh Kudus. Kristus hadir dalam Gereja oleh Roh Kudus yang berbicara melalui Kitab Suci serta membentuk Gereja, Tubuh Mistik Kristus. Roh Kudus itulah yang memberikan kekuatan untuk mewartakan Kristus. Jadi oleh Dia, dengan Dia dan melalui Dia serta dalam Dia kita mampu menjadi misionaris (Konst. 105).



2. Buah Karya Roh Kudus

Sekalipun nama Serikat kita merupakan pilihan dari Pendiri kita Santo Arnoldus Janssen, namun ia merupakan karya Roh Kudus. Bahwa kita sebagai Serikat Sabda Allah adalah hasil karya Roh Kudus, dapat kita ketahui dari penegasan mantan Superior Jenderal Josef Grendel SVD pada tahun 1934 dalam surat edaran itu beliau menulis sebagai berikut : "Sesuai dengan rencana Allah, Pater Arnoldus Janssen mendirikan Serikat Sabda Allah dan memberi kepadanya sebuah nama yang istimewa. Gagasan itu bukan berasal dari dia sendiri, melainkan diberikan kepadanya oleh Allah. Dengan kata lain, Arnoldus Janssen hanyalah merupakan alat dalam tangan Tuhan. Sebab dari kekal Serikat kita telah ada dalam pikiran Allah sebagai SabdaNya yang kekal" (Nuntius SVD, II, 1934 - 1938, p.74). Bagaimanapun juga kita harus akui, bahwa pemakluman nama Serikat Sabda Allah sungguh menjadi kebanggaan dan kemenangan, karena merupakan hasil perjuangan yang hebat melawan beberapa penantang dari Curia Romana. Kegembiraan dan keputusan itu masih dirasakan sampai hari ini, karena ditulis cukup jelas dalam konstitusi kita "Kasih karunia Allah telah menghimpun kita dari pelbagai bangsa dan benua ke dalam suatu persekutuan misioner-religius yang dibaktikan kepada sabda Allah dan oleh karena itu dinamakan Serikat Sabda Allah" (Pembukaan Konstitusi SVD).




3. Nama Sebagai Ekspresi Identitas



Tak dapat dipungkiri bahwa nama yang diberikan kepada satu Serikat Religius, mengungkapkan suatu keistimewaan atau kekhasan. Dari kitab Suci nama itu bukan sekedar suatu etiket yang diberikan kepada seseorang. Sebaliknya, nama itu merupakan ekspresi dari identitas pribadi yang dasariah. Identitas tampak dalam tujuan yang sudah ditetapkan oleh Pendiri untuk kelompok. Bila Allah sendiri adalah Pendiri, maka tujuan kita sesungguhnya merupakan sesuatu yang istimewa, karena mengacu kepada prinsip dasar yang memberikan kekuatan dan orientasi. Berdasarkan hal ini, Serikat kita mempunyai dasar dan tujuan ialah pengabdian kepada Sabda Allah dan keputusan untuk hidup dalam kesetiaan yang sempurna.


Pembukaan konstitusi kita memberikan kita jawaban yang menggembirakan: "Di dalam nama Serikat kita, terungkaplah pengabdian yang khusus kepada Sabda Allah dan perutusanNya: HidupNya adalah hidup kita dan perutusanNya adalah perutusan kita". Pernyataan ini meminta dari kita penyesuaian diri yang radikal dengan hidup dan perutusan Yesus dari Nazareth, sebagai misionaris yang diutus Bapa ke dunia "untuk mewahyukan nama Bapa dan memaklumkan Kerajaan cintaNya" (Pembukaan Konstitusi SVD). Dialah Sabda Allah. Karena itu semua orang menerima hidup dari padaNya dan kita juga menerima panggilan sebagai misionaris diinkarnasikan ke dalam persekutuan:


"Dengan bimbingan Roh Kudus-Nya kita mengikuti Dia dan berdasarkan bimbingan tersebut ke mana pun kita diutus oleh Gereja, haruslah kita memaklumkan Injil "(Pembukaan Konstitusi SVD). Kita siap mengikuti jejak Kristus Pewarta Injil, Pembawa Khabar Sukacita kepada orang miskin yang memerlukan penebusan. Kalau benar bahwa Yesus Kristus merupakan satu-satunya Guru bagi semua pengikutNya, maka pasti benar juga bahwa tiap Serikat Religius berdasarkan panggilannya yang khusus, menggarisbawahi dalam hidupnya satu aspek dari kepribadian Yesus. Kita sebagai misionaris Serikat Sabda Allah, merupakan utusan dan pembawa khabar gembira.Oleh karena itu karya misioner merupakan dasar dan tujuan Serikat kita. Semua kegiatan meskipun berbeda-beda akhirnya berorientasi pada usaha membantu Gereja menunaikan tugas perutusannya" (Pembukaan Konstitusi SVD).


TULISAN INI DIAMBIL TANPA PERUBAHAN DARI "REFLEKSI TENTANG KONSTITUSI SERIKAT SABDA ALLAH" oleh P. Dr. Nikolaus Hayon, SVD, yang diterbitkan oleh Sekretariat Provinsi SVD, ENDE, halaman 12-16.

PESTA PERAK HIDUP MEMBIARA BR. OSCAR ROMERO SVD, YANG SELALU TAMPIL BEKERJA DENGAN HATI


Br. Oscar, SVD Bersama para penari di hari bahagianya


Kami tiba di Matraman hari sabtu siang 5 Januari dan disambut pastor paroki Matraman. Kemudian kami melihat soverdi yang sudah diruntuhkan. Soverdi itu bagaikan Yerusalem yang telah diruntuhkan. Tapi akan dibangun lebih baik.


Sore hari Sabtu, saya pimpin misa aksi panggilan para frater SVD Seminari Tinggi Surya Wacana Malang, di Paroki Sto. Yosef Matraman. Fr. Ramlan SVD sharing panggilan mengganti kotbah. Ada tanggapan positif dari umat Matraman. Buktinya kalender seminari tinggi SVD Malang langsung laku dan habis. Aksi Panggilan ini adalah satu kegiatan besar Seminari Tinggi Surya Wacana Malang yang tahun ini merayakan pesta peraknya.



Acara perayaan 25 tahun hidup membiara Br. Oskar dimulai pada jam 6 sore, Minggu 6 Januari 2008, persis pada Hari Raya Penampakan Tuhan, di Gereja St. Yosef Matraman- Jatinegara- Jakarta Timur. Misa dipimpin oleh Pater Martin M Anggut SVD, Provinsial SVD Jawa. Perayaan perka kaul Br. Oscar ini dihadiri 24 imam SVD conselebran.



Dalam Kotbah, Provinsial, Pater Martin M Anggut, SVD menekankan beberapa point penting. Pertama: Hari ini Gereja merayakan Hari Raya Penampakan Tuhan. Tuhan sesungguhnya telah menampakkan diriNya kepada semua orang, semua bangsa, semua suku, semua golongan. Tetapi tidak semua orang melihatNya. Ada halangan-halangan yang menutupi mata manusia untuk melihat Tuhan. Halangan-halangan itu disebut oleh Provinsial dengan sebuah kata TOPENG.



Kedua: Apakah kita juga masih mempunyai topeng sehingga kita sulit melihat Tuhan yang telah menampakkan diriNya kepada kita? Lalu apa arti dan makna Hari Raya Penampakan Tuhan yang kita rayakan pada hari ini?



Dari kedua point di atas, Provinsial SVD Jawa mulai menggulirkan bola kotbahnya. Ada empat Topeng yang menghalangi manusia untuk melihat Tuhan yang telah menampakkan diri. Atau ada empat topeng yang diciptakan manusia dan dikenakannya sehingga manusia tidak dapat melihat Tuhan yang telah menampakan DIRINYA kepada manusia.



Topeng-topeng itu adalah sebagai berikut. Pertama, Topeng Kuasa. Ini jelas terlihat dalam diri wakil penguasa dunia sepannjang zaman yaitu dalam diri HERODES. Dia dikuasai oleh Topeng Kuasa yang membutakan mata hatinya sehingga dia tidak mampu melihat Tuhan. Atau walaupun mata fisiknya melihat jelas bahwa Tuhan telah menampakkan diri kepadanya, tetapi mata hatinya tetap gelap, tertutup, tak rela mengakui dan menerima Tuhan. Dia tidak memberi respons positif. Dia keras sekali memberi satu respons negatif karena dia melihat Tuhan sebagai ancaman terhadap Kuasanya yang sedang jaya pada saat itu.




Kedua, Topeng materialisme. Topeng ini dibuat dan digunakan oleh manusia sebagai penghalang mata hati manusia dalam melihat Tuhan yang telah menampakkan diri. Materi dijadikan tujuan bukan sebagai sarana dalam hidup. Satu efek nyata yang ditemukan dari Topeng Materialisme ini adalah anak muda zaman ini kejar harta duniawi, sulit mengejar hal rohani, terutama sulit mengikuti panggilan Tuhan lewat hidup membiara. Realitas ini menjadi tantangan bagi umat Katholik untuk bertanya diri. Apakah pada zaman ini menjadi biarawan atau imam itu suatu kebodohan? Memilih panggilan hidup sebagai imam, biarawan-biarawati, bruder, frater, pada zaman ini adalah sungguh suatu kebodohan Kalau ditakar oleh ukuran materialisme. Tetapi kalau ada kerinduan umat untuk mencari dan mengalami Tuhan adalah pusat kebahagiaan sejati, dalam kehidupan dunia dengan segala tantangan dan kesulitannya, maka imam sama dengan ada Perayaan Ekaristi pusat iman Katholik. Kesederhanaan dan kesetiaan imam, biarawan, biarawati, frater, bruder pada panggilan hidupnya adalah jembatan umat untuk mengalami dan merasakan penampakan Tuhan. Kesetiaan kaum berjubah dalam hal sederhana dan kelihatan kecil, memberi sentuhan hati umat untuk setia juga dalam panggilan hidupnya sebagai awam, sebagai bapa dan ibu keluarga. Umat melihat penampakan Tuhan dalam teladan hidup kaum berjubah.




Bruder Oskar Yosef Yakob Romero, SVD telah 25 tahun hidup membiara. Kekuatan dia adalah kesetiaannya dalam hal kecil. Kekuatan dia adalah dukungan dari sesama konfrater dalam hidup berkomunitas. Dia setia dalam hal kecil. Dia yakin bahwa hanya setia dalam hal kecil, dia pasti akan setia dalam hal yang besar.



Keunikan lain yang sempat diungkapkan Provinsial dalam kotbah itu adalah bahwa Oscar suka membantu dan rela berkorban serta punya HATI pada tugas dan tanggungjawab yang dipercayakan kepadanya. Banyak konfrater yang datang di SOVERDI Matraman merasakan bahwa Br. Oscar melayani dengan hati. Banyak orang yang datang ke Soverdi Jakarta mengalami kehadiran Tuhan yang hari ini kita rayakan Hari Raya PenampakkanNya, dalam diri Br. Oskar. Keberadaan Br. Oscar ini terungkap dalam moto pesta Perak hidup Membiara yang diambil dari Yoh 1.39: " Marilah, dan kamu akan melihatNya". Tuhan hadir dalam diri manusia. Menghargai dan menghormati serta melayani sesama dengan HATI berarti melayani TUHAN. Manusia yang melihat orang yang melayani dengan HATI, disitu pula dia melihat Tuhan yang menampakkan diri kepadanya.



Ketiga, Topeng Harga Diri. Banyak orang dibutakan oleh topeng harga diri sehingga tidak mampu melihat Tuhan yang telah menampakkan diri kepada manusia. Pribadi manusia yang demikian hanya menjadikan diri sebagai pusat dalam hidupnya. Yang utama adalah aku bukan TUHAN.



Keempat, topeng sukuisme. Topeng ini menutup diri manusia untuk melihat penampakan Tuhan. Orang menggunakan topeng ini, melihat sukunya paling benar. Orang yang bertopeng yang satu ini merasa diri lebih unggul, lebih utama, sedangkan golongan lain, suku lain adalah inferior.



Lalu bagaimana sikap kita sebagai umat beriman yang hadir dalam Hari Raya Penampakan Tuhan ini? Kita sebagai umat beriman yang datang Merayakan Hari Raya Penampakan Tuhan ini, benar-benar mau membuka diri, membuka mata hati kita untuk melihat penampakan Tuhan dan menerima Tuhan itu dalam diri kita agar kita menjadi utusan Tuhan pada zaman ini untuk menampakan Tuhan kepada dunia, kepada sesama dalam kesetiaan kita kepada Allah dalam tugas pelayanan kepada gereja dan dunia. Kehadiran kita menjadi bintang TUHAN kepada dunia. Agar kita mampu dalam hal yang satu ini maka kita harus secara jujur dan dengan rendah hati membuka dan melepaskan topeng-topeng yang kita ciptakan dan kita gunakan agar secara jelas kita melihat Tuhan yang telah menampakan diri kepada kita dan menerimaNya dalam hati sehingga pancaran KasihNya dapat menerangi dunia dan sesama lewat diri kita masing-masing yang mengimaniNya.



Sementara itu dalam sambutan P. Yosef Jaga Dawan SVD, rektor distrik Jakarta, dikatakan bahwa Bruder Oscar adalah orang sederhana, pendiam, tidak banyak bicara, tetapi lebih banyak berbuat, melakukakan tugas, perkerjaan dan tanggungjawab yang dipercayakan kepadanya. Br. Oscar mencintai pekerjaan pokoknya. Dia bekerja dengan HATI. Dia sedikit bicara tapi banyak sekali melaksanakan. Dalam dunia, dimana orang lebih banyak bicara tetapi sedikit melaksanakan, kehadiran Br. Oscar membalik kebiasaan dunia itu, lewat gaya hidupnya yang khas yaitu sedikit bicara banyak bekerja dengan hati.


Dalam sambutan sang Yubilaris, Br. Oscar mengungkapkan isi hati sanubarinya bahwa dia dapat memasuki 25 tahun hidup berkaul dalam SVD karena relasi intimnya dengan Tuhan lewat doa dan Ekaristi. Dia merasa diteguhkan oleh sesama konfrater SVD yang mendukung karyanya dan menerima keterbatasan dan kelemahannya.


Selamat berbahagia di perak Kaul dalam SVD. Teladanmu Bekerja dengan Hati dalam komunitas SOVERDI sungguh memberi inspirasi bagi kami. Kami melihat Tuhan lewat kerjaMu dengan HATI yang penuh Kasih. ***Beny Mali, SVD***

IDENTITAS SVD DI JOGJAKARTA

1. Pengantar
Serikat Sabda Allah mulai berkarya di Jogyakarta, Keuskupan Agung Semarang pada tahun 1981. Tulisan ini memuat refleksi atas perjalanan karya kerasulan kategorial Serikat Sabda Allah di Jogyakarta, Keuskupan Agung Semarang. Untuk mengantar pembaca lebih mengenal jati diri Serikat Sabda Allah (SVD) secara terfokus, penulis memandu pembaca melewati tata urutan sebagai berikut: Sejarah SVD Internasional, Sejarah SVD Indonesia, Identitas SVD yang tercetus dalam Visi, Misi, Spiritualitas, Karya-karya SVD, Sejarah SVD di Jogyakarta, Keuskupan Agung Semarang.
2. Sejarah SVD Internasional
Santo Arnoldus Janssen adalah pendiri Serikat Sabda Allah. Arnoldus dilahirkan pada tanggal 5 November 1837 di Goch (Jerman) dan ditahbiskan menjadi imam projo Keuskupan Muenster-Jerman pada tahun 1861. Pada 8 September 1875 beliau mendirikan SVD (Societas Verbi Divini) atau yang akrab dikenal dengan nama Serikat Sabda Allah, sebuah tarekat biarawan misioner yang beranggotakan imam dan bruder.
Arnoldus Janssen mendirikan SVD di Steyl pada usia 37 tahun 10 bulan dan usia imamatnya 14 tahun. Sesungguhya sebuah konteks usia Arnoldus yang diwarnai oleh kekayaan imajinasi kreatif yang berbuah tampak keluar melalui mendirikan SVD bagi Misi Allah dan Misi Gereja sejagat untuk menyelamatkan manusia.Imajinasi kreatif Arnoldus tidak mati setelah mendirikan SVD.
Imajinasi kreatif Arnoldus terus mengalir dengan mendirikan sebuah serikat biarawati “Suster-suster Abdi Roh Kudus” (SSpS = Congregatio Servarum Spiritus Sancti) pada 8 Desember 1889 di Steyl. Suster-suster SSpS ini disebut sebagai suster-suster misi yang diutus ke seluruh dunia sebagai misionaris Allah. Bagi Arnoldus Janssen misi SSpS ini masih lebih berfokus pada pembangunan lahir.
Misi aktif keluar harus mengalir dari dasar yang kuat yaitu hidup doa yang kokoh. Aksi misi harus bertumbuh dan berkembang dari sumber doa dan kontemplasi yang mendalam.Untuk mewujudkan imajinasi kreatif itu, Arnoldus Janssen mendirikan lagi serikat biarawati “Suster-suster Abdi Roh Kudus Penyembah Abadi” (SSpS AP = Congregatio Servarum Spiritus Sancti de Adoratione Perpetua), pada 8 Desember 1896 di Steyl - perbatasan Belanda-Jerman. Arnoldus Janssen memiliki suatu keyakinan kuat dalam dirinya bahwa misi pertama-tama adalah suatu karya doa.
Dia yakin bahwa rumah misi induk yang didirikan di Steyl harus dilengkapi oleh satu bagian lain yaitu SSpS AP yang secara khusus berdoa bagi karya misi selain SVD dan SSpS.Karena itu sejak awal dia menerima anggota-anggota yang menunjukkan minat dan bakat untuk hidup dalam kesunyian guna melaksanakan karya doa yang tak berkeputusan dalam SSpS AP. Tugas para suster SSpS AP ialah berdoa siang-malam di depan Sakramen Mahakudus untuk para imam, para misionaris dan pelaksanaan karya misi.
Tiga serikat misi telah didirikannya sebagai sumbangan yang sangat berharga kepada Gereja pada umumnya dan mewartakan Sabda Allah pada khususnya. Semoga teladan hidup Arnoldus Janssen menggerakkan kita untuk selalu solider dengan Gereja dan melibatkan diri dalam karya kerasulannya. Hidup Arnoldus Janssen yang mirip dengan sebuah petualangan untuk Kerajaan Allah, kiranya memberikan inspirasi untuk menjadi misionaris. Teladan Arnoldus Janssen tetap menarik banyak pengikutnya sampai detik ini.
Tiga belas tahun kemudian, setelah mendirikan SSpS AP, tepatnya tanggal 15 Januari 1909 Arnoldus Janssen tutup usia di Steyl. Berkat karya-karya agung yang lahir dari imajinasi kreatifnya, Arnoldus Janssen digelarkan Beato pada 19 Oktober 1975 dan menjadi Santo Arnoldus Janssen pada 5 Oktober 2003.
2.1. Konteks Awal Arnoldus Mendirikan SVD
2.1.1. Kulturkampf
Kulturkampf adalah perselisihan antara Gereja Katolik di bawah Paus Pius IX dengan Kerajaan Prusia atau kekaisaran Jerman di bawah Kanzler Otto von Bismark antara tahun 1871 dan 1878.
Alasan kulturkampf adalah: Pertama, penerbitan atau pengumuman sebuah ajaran Paus Pius IX yang salah satu isinya mengucilkan atau menolak ajaran-ajaran seperti sosialisme, komunisme, nasionalisme dan liberalisme.
Kedua, dikeluarkannya salah satu dogma tentang „ketidakdapatsalahan paus“ ketika Paus berbicara atau mengeluarkan ajaran tentang iman dan kepercayaan. Dogma ini menuai protes terutama di daerah-daerah yang berbahasa Jerman dan menimbulkan perpecahan dalam Gereja. Selain itu Departemen Katolik dalam kementerian kebudayaan mengijinkan digunakannya bahasa Polandia di daerah-daerah yang berbahasa Polandia dalam pelajaran di sekolah-sekolah. Hal ini membangkitkan semangat kebangsaan orang-orang Polandia yang waktu itu berada di bawah kekuasaan kekaisaran Jerman. Orang-orang Polandia juga menggunakan jalur Gereja dan mulai menentang pendudukan kekaisaran Jerman di daerah mereka.Sebagai akibatnya, pada 8 Juli 1871 Departemen Katolik dalam kementerian kebudayaan dihapus. Penghapusan ini mendapat tantangan dari Gereja Katolik. Bismarck membuat pemisahan antara gereja dan negara. Ia melihat pengaruh politik Gereja Katolik sebagai sesuatu yang membahayakan kepentingan negara. Karena itu ia mulai menekan dan menindas Gereja Katolik sebagai musuh kerajaan.Setelah itu ia mengeluarkan aturan yang melarang seorang rohaniwan untuk melakukan pewartaan Injil dan kegiatan-kegiatan kerasulan lainnya. Barangsiapa yang melanggar larangan ini akan diancam dengan hukuman penjara. Akibatnya para rohaniwan dengan latar belakang politik ditangkap dan banyak uskup ditahan. Tahun 1872 Bismarck mengeluarkan larangan terhadap Serikat Yesuit dan pemutusan hubungan diplomatik dengan Vatikan pada tahun yang sama.
Puncak kulturkampf adalah dikeluarkannya Maigesetze atau Undang-undang pada bulan Mei tahun 1873 yang memuat aturan-aturan sebagai berikut: Pertama, rohaniwan hanya boleh menduduki suatu jabatan kerja setelah mengikuti atau menyelesaikan ujian kebudayaan negara (ujian yang dibuat oleh negara).
Kedua, semua rohaniwan harus melapor dan mendaftarkan diri kepada negara. Ketiga, mempermudah urusan keluar dari gereja (bagi yang mau meninggalkan Gereja Katolik). Akibat lanjutnya adalah pada Februari 1875 dibuat perkawinan sipil yang dilimpahkan oleh gereja kepada negara. Pada bulan Mei 1875 penghapusan kehidupan membiara.
2.1.2. Kerasulan Doa
Kulturkampf berorientasi menempatkan identitas Jerman di atas segala segi bidang kehidupan. Dampaknya terasa sampai pada wilayah religius dan agama. Arnoldus Janssen hidup dalam suatu zaman yang tidak menguntungkan Gereja di tanah airnya. Kehidupan Gereja dilumpuhkan oleh tindakan pemerintah yang anti agama. Imam-imam diusir. Seminari-seminari dan biara-biara ditutup.
Sebaliknya Kulturkampf atau perjuangan kebudayaan merajalela di seluruh Jerman. Banyak imam kehilangan pekerjaan. Bruder-bruder pun mengalami pengangguran. Larangan ketat Bismark terhadap kegiatan keagamaan semakin menyuramkan masa depan perjalanan Gereja. Saat itu imajinasi kreatif Arnoldus Janssen mulai menampilkan jati dirinya. Ia mulai mengumpulkan para imam projo, bruder, awam dan guru-guru ke dalam kelompok kerasulan doa yang mendoakan keprihatinan akan kehidupan iman dalam negeri dan juga untuk karya misi universal agar hati Yesus Yang Mahakudus hidup di dalam hati semua manusia baik di dalam negeri para elite politik Jerman dan para kafir di Timur Jauh yang belum mengenal Kristus. Timur jauh yang dimaksudkan pada waktu itu adalah China.
Kerasulan doa ini perlu disosialisasikan ke paroki-paroki agar semakin banyak orang yang menjadi anggota kerasulan doa yang dikoordinir Arnoldus Janssen. Usaha ini membutuhkan banyak uang untuk mencetak majalah dan brosur kerasulan doa yang isinya, “Di hadapan terang Sabda Allah dan Roh pemberi karunia, lenyaplah kegelapan dosa dan kebutaan manusia tak beriman. Dan semoga Hati Yesus hidup dalam hati semua manusia”. Uang-uang itu diperoleh dari derma kelompok kerasulan doa dan sumbangan dari para penderma yang memiliki kepedulian terhadap perkembangan iman dalam negeri yang tidak menentu karena kulturkampf dan karya misi universal. Di saat serba sulit ini Arnoldus Janssen menemukan jalan yang tepat yaitu melalui doa. Dengan doa semua kesulitan dapat ditemukan jalan keluarnya karena Arnoldus Janssen percaya kepada bimbingan Roh Kudus dalam merintis karya media komunikasi untuk memberi informasi secara mendalam kepada umat mengenai misi dan karya pewartaan Injil.
2.1.3. Mengapa Steyl ?
Sosialisasi Kerasulan doa lewat media cetak ke paroki-paroki berdampak positif yaitu banyak paroki yang menjadi anggota aktif kerasulan doa yang dikoordinir Arnoldus Janssen. Anggota kerasulan doa ini adalah awam, suster, para imam dan bruder yang kehilangan pekerjaan karena kulturkampf. Arnoldus berpendapat bahwa doa untuk perkembangan iman di dalam negeri dan karya misi universal khususnya di daerah-daerah kafir di Timur Jauh tidaklah cukup. Arnoldus memiliki imajinasi untuk mengutus misionaris-misionaris ke daerah-daerah kafir yang belum mengenal Sabda Allah yang menjelma dalam diri Yesus Kristus.
Arnoldus ingin menyiapkan tenaga-tenaga imam yang tidak dipakai lagi di Jerman karena kulturkampf untuk karya pewartaan Injil ke daerah-daerah Timur Jauh. Pilihan tempat yang tepat bagi pembinaan tenaga-tenaga misionaris adalah Steyl. Arnoldus Janssen beralih ke Belanda dan mendirikan SVD di Steyl dekat Goch (perbatasan Jerman-Belanda). Steyl adalah tempat yang baik dan memudahkan ruang gerak pembinaan rohani bagi para calon misionaris karena berada di luar pengaruh kulturkampf yang memanas pada waktu itu.
Misionaris yang telah dipersiapkan diutus ke segala penjuru dunia. Prinsip dasar perutusan para misionaris ke negeri kafir adalah “Di hadapan terang Sabda Allah dan Roh pemberi karunia, lenyaplah kegelapan dosa dan kebutaan manusia tak beriman. Dan semoga Hati Yesus hidup dalam hati semua manusia”.Negeri kafir yang dimaksud pada saat itu adalah negeri Timur jauh, yang secara khusus disebutkan adalah Cina. Sasaran misi pertama SVD adalah Cina. Yosef Freinademetz, misionaris pertama SVD diutus ke Cina pada tanggal 2 Maret 1879. Pada 18 Januari 1882 karya misi SVD di China dimulai di Puoli-Shantung Selatan.Perutusan Josef Freinademetz, misionaris pertama SVD ke Cina ini sekaligus membuka pintu bagi perutusan misionaris-misionaris lain ke seluruh dunia. Arnoldus Janssen mengirim dan mengutus hampir 800 misionaris ke daerah-daerah misi misalnya ke Papua Nugini, Togo, Jepang, Filipina, Argentina, Brasilia, Chile dan Amerika Utara.Ketika Arnoldus Janssen wafat pada 15 Januari 1909, jumlah anggota serikat-serikat misi yang didirikannya sebanyak 430 orang imam, 660 orang bruder, 236 orang mahasiswa biarawan, 600 orang suster misionaris dan 35 orang biarawati kontemplatif. Sejak awal berdirinya, SVD dikhususkan oleh Arnoldus Janssen untuk karya misioner di seluruh dunia terutama di tempat di mana Injil belum dikenal. Karya misi SVD dewasa ini telah berkembang di 66 negara yang berasal dari lima benua yaitu Asia, Australia, Amerika, Afrika dan Eropa.
3. Sejarah SVD Indonesia
Misionaris-misionaris Portugis mulai bermisi di Flores dan Timor pada abad ke- 16. Tahun 1863 Serikat Yesuit mengirim beberapa misionaris ke pulau Flores dan Timor. Pada waktu itu umat Katolik masih sangat kecil jumlahnya kira-kira 9.000 orang sebagai buah-buah misi para misionaris Portugis. Para misionaris Yesuit bekerja melayani kelompok umat yang kecil itu. Hasilnya jumlah umat Katolik mencapai kurang lebih 30.000 orang 50 tahun kemudian.Pada tahun 1913 para misionaris SVD mulai bermisi di Kepulauan Sunda Kecil yang meliputi Bali sampai bagian Barat Pulau Timor kecuali pulau Flores. Serikat Yesuit ingin terus bermisi di Flores sebagai wilayah kerja mereka.
Akibat perubahan pola pikir dalam bermisi pada waktu itu, akhirnya pada tahun 1914 Serikat Yesuit menentukan pilihan menyerahkan pulau Flores kepada para misionaris SVD. Pulau Flores berada di bawah penjajahan Hindia Belanda ketika para misionaris SVD memulai karya misi di pulau ini.
Para misionaris pertama yang masuk wilayah daerah misi Flores berjumlah tiga orang yang semuanya berbangsa Belanda, yaitu Pater Petrus Noyen, yang sebelumnya misionaris di Cina, Pater Arnoldus Verstraelen, yang sebelumnya misionaris di Togo dan Pater Fransiskus de Lange, yang sebelumnya misionaris di Amerika Serikat.Mgr. Noyen, Prefek Apostolik pertama di Kepulauan Sunda Kecil menentukan Ende sebagai tempat strategis dan sekaligus menjadi pusat untuk mengendalikan seluruh misi SVD di Indonesia. Tahun 1921 Mgr. Noyen menutup usianya ketika sedang mengikuti Kapitel Jenderal di Steyl. Mgr. Verstraelen menggantikannya dan memperluas karya misi secara lebih baik berkat dukungan para misionaris baru. Sepuluh tahun sebagai Vikaris Apostolik, dia wafat karena kecelakaan mobil. Pater Henrikus Leven SVD menggantikannya dan memimpin wilayah misi ini dari tahun 1933 sampai 1951. Pada zaman Pater Henrikus Leven ini misi Flores terbagi dalam tiga Keuskupan.Benih-benih iman yang telah dihasilkan oleh misi Yesuit di Flores, terus berkembang dalam tangan karya misi para misionaris SVD.
Bangunan strategi misi yang paling tepat adalah melalui bidang pendidikan formal. Seminari Menengah dan Seminari Tinggi yang didirikan para misionaris menjadi dasar yang kokoh bagi pertumbuhan dan perkembangan iman.
Hasilnya tampak jelas pada saat uskup mentahbiskan dua imam SVD pribumi pada tahun 1941. Lalu pada tahun 1942-1943, Uskup mentahbiskan tiga imam SVD pribumi. Imam diosesan Flores untuk pertama kalinya ditahbiskan pada tahun 1944.Pertambahan jumlah panggilan menjadi SVD dan imam projo yang dari tahun ke tahun ini karena berkat berlimpah dari Allah atas karya, upaya dan perjuangan para misionaris.
Misi di pulau Flores ini berkembang pesat juga karena berkat kurban dan doa para misionaris SVD, para suster SSpS, Santa Ursula, CIJ dan Putri Renha Rosari (PRR). Iman yang ditanam di NTT oleh para misionaris sungguh berakar dalam membentuk sumber daya manusia beriman yang kini diutus tersebar ke segala pelosok dunia baik sebagai awam maupun imam, bruder dan suster menjadi pewarta Sabda Allah yang menyelamatkan manusia.
SVD terus berkembang dalam karya misinya bukan hanya di NTT, tetapi juga di pulau lain seperti Jawa. Pada tahun 1954 SVD diserahi paroki Santo Yoseph Matraman, Jatinegara, Jakarta Timur. Ada lima paroki yang dilayani oleh SVD di Keuskupan Agung Jakarta hingga saat ini yaitu Paroki St. Yoseph Matraman, Paroki St. Arnoldus Janssen Bekasi, Paroki St. Alfonsus Rodriguez Pademangan, Paroki St. Mikhael – Kranji, dan Paroki St. Bartolomeus Taman Galaxi.SVD terus berkembang dalam karya misinya.
Pada tahun 1963 SVD mulai berkarya di Keuskupan Surabaya. Paroki pertama yang diterima oleh SVD dari Keuskupan Surabaya adalah Paroki St. Yohanes Pemandi. Paroki ini telah melahirkan anak parokinya yaitu Paroki Gembala Yang Baik Jemur Handayani, Paroki Salib Suci Tropodo, Paroki Sakramen Mahakudus Pagesangan, Paroki Santo Paulus Juanda, Paroki Roh Kudus Rungkut.
Selain itu para misionaris SVD juga berkarya di Aceh, Medan, Nias, Batam, Kalimantan, Bali-Lombok, Malang. Pada tahun 1981 SVD masuk Keuskupan Agung Semarang tepatnya di Jogyakarta.
4. Identitas SVD
4.1.Visi SVD
Visi SVD adalah “Mengambil bagian dalam misi Allah (Missio Dei) untuk membangun Kerajaan Allah dalam misi sebagai dialog profetis, di mana kita menjangkau semua orang dengan penuh cinta, penghargaan terhadap martabat manusia dan mengupayakan keadilan dan perdamaian bagi semua orang”.
4.2. Misi SVD
4.2.1. Mengupayakan perwujudan Kerajaan Allah dalam semangat dialog dengan prioritas empat patner dialog:
1.1. Dialog dengan orang miskin dan terpinggirkan;
1.2. Dialog dengan orang dari berbagai budaya lain;
1.3. Dialog dengan orang dari berbagai agama lain;
1.4. Dialog dengan para pencari iman dan penganut ideologi sekular.
4.2.2. Memberi warna pada misi sebagai dialog dalam koridor matra-matra khas SVD, yakni Kitab Suci (Biblical Word), Komunikasi (Communicating Word), Animasi Misi (Animating Word) Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (Justice, Peace, and Integrity of Creation).
4.3. Spiritualitas SVD
Serikat Sabda Allah memiliki spiritualitas khusus warisan Bapa Pendiri sebagai semangat dasar yang menjadi sumber kekuatan dalam menjalankan seluruh karya misinya:
4.3.1. Spiritualitas Triniter.
Kasih kepada Allah Tri Tunggal menjadi dasar hidup dan kekuatan bagi kerasulan SVD. Inilah intisari dan kekuatan yang membantu semua orang dan anggotanya untuk memperoleh kepenuhan martabat manusia yakni mengambil bagian hidup komunitas Allah Tritunggal dalam hubungan yang mesra dengan semua manusia dalam Allah Tritunggal. Hal ini diwujudkan dengan semangat hidup berkomunitas, persaudaraan dan internasionalitas.
4.3.2. Spiritualitas Misioner.
Sebagaimana Bapa mengutus Putera, dan Bapa serta Putera mengutus Roh Kudus, demikian juga SVD mengambil bagian dalam tugas perutusan, mewartakan Sabda Allah sebagai seorang misionaris.
4.3.3. Spiritualitas Passing-over.
Seorang misionaris SVD harus memiliki semangat beralih (passing-over), di mana setiap misionaris rela dan berani berpikir luas mengatasi kepentingan bangsa, suku, budaya atau kelompok serta berani untuk meninggalkan kemapanan diri yang eksklusif menuju semangat keterbukaan yang inklusif dengan orang dan budaya lain dalam melaksanakan karya misionernya.
4.4. Bidang-bidang Karya SVD
Karya misioner sesuai dengan kharisma SVD. Oleh karena itu para anggota SVD terjun langsung sebagai pelayan pastoral teritorial maupun kategorial misioner. Bidang karya yang mendapat prioritas utama:
4.4.1. Kerasulan Kitab Suci
4.4.2. Pendidikan dan pembentukan komunitas religius misioner, termasuk animasi misioner dan pengembangan kesadaran misioner Gereja universal; dialog antar agama.
4.4.3. Penelitian dan pendidikan misiologis.
4.4.4. Media komunikasi dan media cetak, penerbitan majalah, surat kabar, radio / TV, studio rekaman.
4.4.5. Keadilan dan perdamaian (JPIC), termasuk karya pastoral misioner wilayah pinggiran / rintisan; pelayanan kelompok-kelompok tersisih.
4.4.6. Kerasulan Keluarga.
4.4.7. Pendidikan formal dan non-formal atau kejuruan dari Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi.
4.4.8. Pastoral Parokial
5. Sejarah SVD Jogyakarta
5.1. Mengapa Jogyakarta?
Karya pelayanan Serikat Sabda Allah di Keuskupan Agung Semarang bermula dari perkembangan Sejarah Misi Katolik dan Sejarah Misi Serikat Sabda Allah di Kawasan Asia Pasifik dan di Indonesia khususnya. Para misionaris SVD membaca secara lugas Sabda Tuhan “ Pergilah kepada segala bangsa..., dan ajarilah mereka melaksanakan semua yang sudah Kuperintahkan kepadamu...” (Matius 28: 19-20). Para misionaris diutus ke segala bangsa dengan strategi bermisi yaitu mengajar dan merintis pendidikan dalam arti luas yaitu pendidikan formal atau sekolah, pendidikan non formal atau kursus-kursus ketrampilan dan pendidikan informal yaitu melalui latihan rohani, retret, rekoleksi dan pengajaran agama.
Di sini tampak jelas bahwa pendidikan menjadi karya pastoral dan karya misioner strategis Serikat Sabda Allah.Kapitel Jenderal SVD 1976 dan tahun 1982 mengingatkan seluruh anggota serikat bahwa pendidikan kaum muda adalah bagian integral dari karya misi SVD. Pendidikan kaum muda dan sekolah adalah karya misioner strategis dengan karakter esensial yaitu berpihak kepada kaum pinggiran, lintas batas, agama, budaya, suku dan ras yang bersifat inklusif. Kapitel Jenderal mengingatkan kapitel-kapitel provinsi dan seluruh anggota serikat akan perlunya mendalami masalah pendidikan kaum muda sebagai salah satu prioritas karya missioner serikat.Jogyakarta sudah sejak lama dikenal sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tinggi. Universitas Besar seperti Universitas Gajah Mada, Universitas Atmajaya, IKIP Sanata Dharma (kini Universitas Sanata Dharma) dan sekolah-sekolah Tinggi seperti STIKAT ( Sekolah Tinggi Kateketik – kini IPAK - Ilmu Pendidikan Agama Katolik, di bawah Universitas Sanata Dharma) tumbuh dan berkembang di kota Jogyakarta.
Mengingat kebutuhan pihak SVD Provinsi Ende, Timor, Ruteng akan tenaga-tenaga ahli dan profesional untuk menyelenggarakan karya pastoral misioner bidang pendidikan, komunikasi, katekese, ekonomi, musik gerejani dan bahasa, Serikat Sabda Allah mengirim banyak imam SVD dan bruder SVD untuk melanjutkan studi di beberapa perguruan tinggi dan universitas bermutu di Jogyakarta.
Karena belum adanya rumah komunitas SVD di Jogyakarta, maka para imam SVD dan bruder SVD yang sedang belajar di Jogjakarta dititipkan di beberapa biara seperti di Biara Caritas Nandan, Realino Gejayan atau di rumah-rumah kost. Dari situasi ini para imam SVD dan bruder SVD yang sedang belajar memohon kepada pihak SVD Provinsi Jawa untuk menyediakan rumah komunitas imam dan biarawan SVD di Jogyakarta. Permohonan tersebut ditanggapi secara positif oleh Provinsi SVD Jawa.
Rencana pendirian rumah Biara SVD Jogyakarta dibicarakan dalam rapat anggota SVD di Jogyakarta pada 23 September 1979. Kunjungan Ekonom General Pater Bob Scmitz SVD ke Jogyakarta pada 30 Maret 1980 memantapkan rencana pembangunan rumah Soverdi Jogyakarta. Tanggal 3 Juni 1980, Pater Provinsial SVD Jawa, Pater Adrianus Wetzer SVD menulis surat permohonan ijin kepada Mgr. Yustinus Kardinal Darmojuwono, Uskup Agung Semarang untuk mendirikan rumah SVD di Jogyakarta sebagai komunitas mahasiswa para imam SVD dan bruder SVD di Jogyakarta dan untuk memberi pelayanan kepada mahasiswa NTT yang berada di kota Jogyakarta. Setelah mendapat surat persetujuan dari Mgr. Yustinus Kardinal Darmojuwono tertanggal 23 Juli 1980 dengan nomor surat 1210/A/XII/4/80, Pater Provinsial SVD Jawa, Pater Adrianus Wetzer SVD dengan bantuan Bapak Sutiyoso, SH membeli sebidang tanah di desa Santan, Kalongan, Maguwoharjo, Jogyakarta.
5.2. Masa-masa “nomaden”
Karya pelayanan pastoral Serikat Sabda Allah di Keuskupan Agung Semarang dimulai dengan ditugaskannya Rm. Daniel Siga, SVD di Jogyakarta pada tahun 1981. Beliau diberi tugas sebagai promotor panggilan hidup imamat dan hidup membiara sekaligus sebagai pengajar agama Katolik di Universitas Atmajaya Jogyakarta.
Selama dua tahun Rm. Daniel Siga, SVD tinggal di sebuah rumah sewaan di Jl. Dirgantara, Babarsari Jogyakarta. Setiap pagi, pada misa harian, rumah dipenuhi mahasiswa yang menghadiri Ekaristi Kudus. Pada sore hari, banyak anak-anak sekolah datang mengadakan berbagai kegiatan rohani seperti doa, pendalaman iman atau rekoleksi.
Selain itu, pelayanan pastoral sakramental kepada umat secara umum juga menjadi tugas Rm. Daniel Siga.Sesudah dua tahun, Rm. Daniel pindah ke rumah sewaan di Janti. Di rumah ini, karya pelayanan juga berjalan dengan baik. Rumah selalu dipenuhi mahasiswa dan umat yang menghadiri perayaan Ekaristi harian. Kenyataan ini mendorong munculnya pemikiran bahwa rumah Soverdi Jogyakarta yang direncanakan untuk dibangun juga akan digunakan sebagai pusat pembinaan mahasiswa ( Student Center).
Rumah Soverdi harus menjalankan karya misioner pendidikan mahasiswa yakni pendidikan informal (pendidikan nilai dan kepribadian, pendidikan rohani) melalui retret, rekoleksi, pelayanan-pelayanan kerohanian-sakramental, seminar, ceramah dan pertemuan-pertemuan mahasiswa di Jogyakarta.
5.3. Berdirinya Soverdi “Dharma Wacana.”
Sebagai tindak lanjut pembelian tanah di Dukuh Santan Maguwoharjo yang direncanakan untuk pembangunan rumah SVD, pada tanggal 30 Agustus 1983, Pater Provinsial SVD Jawa, Pater Pancratius Mariatma, SVD menulis surat kepada Yang Mulia Uskup Agung Semarang, Mgr. Julius Darmaatmadja, SJ., dengan Nomor Surat : 0109/PJ/VIII/83, berisi tentang permohonan dan kesediaan Yang Mulia, Uskup Agung Semarang untuk bertatap muka dengan Provinsial SVD Jawa guna membicarakan rencana pembangunan sebuah rumah biara bagi para imam dan biarawan SVD yang sedang belajar di Jogyakarta.
Permohonan Provinsial SVD Jawa tersebut ditanggapi secara positif oleh Uskup Agung Semarang, Mgr. Julius Darmaatmadja, SJ., melalui suratnya tertanggal 3 September 1983, tentang agenda Yang Mulia Mgr. Julius Darmaatmaja, SJ., untuk bertatap muka dengan Provinsial SVD Provinsi Jawa. Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 14 September 1983, pukul 16.00 WIB, di Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan, Jogyakarta.Pertemuan “Kentungan” tanggal 14 September 1983 antara Uskup Agung Mgr. Julius Darmaatmadja dengan Provinsial SVD Jawa Pater Pancratius Mariatma, SVD itu menjadi langkah awal pembangunan rumah Biara Soverdi “Dharma Wacana” Jogyakarta. Pada tahun yang sama mulai dirintis rencana pembangunan rumah Biara.
Pembangunan rumah Soverdi Jogyakarta dimulai pada 15 Pebruari 1984 dengan pembentukan panitia pembangunan sebagai berikut:Ketua : Pater Pancratius Mariatma, SVDWakil/Ekonom : Pater Franz Schaaf, SVDPelaksana : Ir. Agus NursalimPengawas Lapangan : Sr. Ir. Bernardia, CBArsitek & Konstruktur : Prof. Dr. Ir. A. Sulistiawati danStaff. PT Bina Cipta Utama – Denpasar - Bali Pada akhir bulan April 1985, pembangunan rumah dinyatakan selesai dan rumah siap untuk diberkati dan ditempati.
Tanggal 1 Mei 1985, Pater Provinsial SVD Jawa, Pater Pancratius Mariatma, SVD menulis surat kepada Bapa Uskup Agung Semarang Mgr. Julius Darmaatmadja, SJ. Melaui surat itu P. Pancratius Mariatma, SVD menyampaikan kepada Yang Mulia, Mgr. Julius Darmaatmadja, SJ bahwa : Pertama, gedung pastoran dan pusat pembinaan mahasiwa di Jogyakarta sudah selesai. Kedua, Pater Provinsial SVD Jawa memohon kesediaan Bapa Uskup Agung Semarang untuk memberkati gedung pastoran dan pusat pembinaan mahasiswa tersebut.Biara Soverdi Jogyakarta diberkati pada 10 Juli 1985. Upacara pemberkatan dipimpin oleh Vikjen Keuskupan Agung Semarang. Sehari sebelum pemberkatan, Bapa Uskup Agung Semarang menandatangani Prasasti Peresmian di Wisma Imam Praja, Jetis Jogyakarta.
Rumah biara Soverdi kemudian diberi nama Pastoran Soverdi “Dharma Wacana.” “Dharma” berarti kebenaran atau kebaikan dan Wacana adalah Sabda. Maka “Dharma Wacana” berarti Sabda Kebenaran. Dari rumah biara ini, diharapkan memancar Sabda Kebenaran bagi sesama dan bagi siapa saja yang tinggal dan datang di rumah ini. Secara khusus, rumah pastoran soverdi “Dharma Wacana” dipersembahkan kepada Hati Yesus Yang Maha Kudus.
5.4. Maksud dan Tujuan Pendirian “Soverdi Dharma” Wacana
Berbagai surat dan dokumen awal pendirian menunjukkan bahwa maksud dan tujuan rumah ini didirikan mengalami perkembangan sesuai dengan perjalanan waktu dan perkembangan jaman. Pertama-tama, rumah biara Soverdi “Dharma Wacana” didirikan dengan maksud untuk menampung para imam dan biarawan SVD yang bertugas belajar di Jogyakarta dan untuk memberi pelayanan kepada mahasiswa Nusa Tenggara Timur yang berada di Jogyakarta.
Uskup Agung Semarang Mgr. Justinus Kardinal Darmojuwono menyatakan persetujuannya tetapi dengan syarat agar kelompok yang dimaksud, entah para imam maupun mahasiwa yang dilayani, tetap berintegrasi dengan masyarakat, baik dalam dunia kemahasiswaan maupun lingkungan parokial.Kemudian lebih jauh, rumah berkembang menjadi Student Center bukan hanya sebagai tempat para mahasiswa yaitu imam dan pruder SVD tinggal, tetapi lebih dari itu sebagai tempat pendidikan informal bagi para mahasiswa. Pendidikan informal ini berupa pendidikan nilai dan kepribadian melalui retret-retret, rekoleksi, latihan kepemimpinan, bimbingan mental, ceramah, seminar dan juga pelayanan sakramental kepada mahasiswa.
Maka dalam perkembangannya rumah ini kemudian menjadi tempat ret-ret, tempat di mana mahasiswa dan kaum muda Katolik mengadakan latihan kepemimpinan, latihan kepribadian dan tempat pembinaan nilai serta pembinaan rohani bagi mahasiswa. Rumah ini digunakan pula sebagai tempat aksi panggilan, tempat pembinaan rohani, ceramah, maupun seminar-seminar yang membuka wawasan para mahasiswa Katolik dan kaum muda katolik pada umumnya.
5.5. Para Praeses Soverdi “Dharma Wacana” Jogyakarta
5.5.1. Rm. Daniel Siga, SVD (1981-1985)
Rm. Daniel Siga, SVD adalah misionaris pertama SVD yang ditugaskan secara resmi untuk berkarya di Jogyakarta. Selain sebagai dosen agama di Universitas Atmajaya, beliau juga sebagai promotor panggilan untuk menjaring calon-calon SVD putera-putera Jawa. Rumah Soverdi “Dharma Wacana” Jogyakarta menjadi pusat pembinaan bagi para calon SVD yang berasal dari Jawa Tengah. Sebelum komunitas “Dharma Wacana” dibangun, Rm. Daniel Siga SVD tinggal di kost. Tahun 1985 Soverdi “Dharma Wacana” selesai dibangun dan Rm. Daniel Siga, SVD ditunjuk sebagai praeses pertama. Sejak awal mula SVD di Jogyakarta, karya kerasulan yang dilaksanakan Rm. Daniel adalah memberi retret, rekoleksi, seminar dan pendampingan rohani kepada para mahasiswa serta membantu pelayanan pastoral umat, khususnya di wilayah Lingkungan Janti dan Babarsari. Boleh dikatakan Rm. Daniel Siga, SVD adalah perintis terbentuknya Stasi Babarsari.
5.5.2. Rm. Cyprianus Setiawan, SVD (1985-1986)
Rm. Cyprianus Setiawan, SVD diangkat sebagai asisten pastor mahasiswa Daerah Istimewa Jogyakarta, oleh Yang Mulia Mgr. Julius Darmaatmadja, SJ., Uskup Agung Semarang melalui surat pengangkatan tertanggal 16 Desember 1985 dengan no surat: 356 / B / V / b-3 / 85. Disamping berkarya dalam pelayanan rohani kepada para mahasiswa awam, Rm. Cypri, demikian beliau lebih sering disebut, banyak membantu dalam pembinaan rohani mahasiswa biarawan atau biarawati khususnya para suster yang sedang studi di Jogyakarta.Kepedulian beliau terhadap perkembangan kaum muda baik perkembangan rohani maupun juga perkembangan intelektual mendorong Rm.Cypri untuk mendirikan perpustakaan bagi kaum muda dan mahasiswa di Soverdi “Dharma Wacana” Jogyakarta. Untuk itu dirintis pembelian buku-buku yang bernilai rohani, budaya, sosiologi, dan psikologi. Pada tanggal 9 Mei 1986, Provinsial SVD Jawa Pater Pancratius Mariatma menyetujui pendirian perpustakaan di Soverdi “Dharma Wacana” untuk pembinaan kaum muda dan mahasiswa di Jogyakarta.
5.5.3. Rm. Pius Kila, SVD (1986-1993)
Terhitung mulai tanggal 2 November 1986, Rm. Pius Kila, SVD diangkat oleh Yang Mulia Mgr. Julius Darmaatmadja, SJ., Uskup Agung Semarang menjadi asisten pastor mahasiswa Daerah Istimewa Yogyakarta. Rm. Pius adalah pimpinan komunitas terlama yakni selama tujuh tahun. Dalam karya pelayanan pastoral, beliau mengajar Agama di IKIP Sanata Dharma (sekarang Universitas Sanata Dharma).
Rm. Pius juga banyak berkecimpung dalam training-training berupa latihan kepeloporan dan kepemimpinan mahasiswa atau Student Spiritual Encounter – disingkat SSE. Latihan ini dimaksudkan untuk memberi bekal kepada para mahasiswa dan kaum muda Katolik dalam perkembangan mental, disiplin dan pembangunan nilai intelektual dan spiritual. Untuk mendukung kegiatan ini, keberadaan perpustakaan bagi mahasiswa dan kaum muda disempurnakan dan jumlah buku dilengkapi.
Di samping itu Rm. Pius juga memberikan retret, rekoleksi bukan hanya kepada para mahasiswa dan kaum muda, tetapi juga kepada umat di wilayah Lingkungan Janti dan Babarsari, Wilayah paroki Kristus Raja Baciro dan memperhatikan pelayanan pastoral berupa rekoleksi dan ret-ret bagi para karyawan-karyawati dari biara-biara di Daerah Istimewa Jogyakarta. Atas persetujuan Vikep Jogyakarta, dibentuklah paguyuban karyawan-karyawati Katolik. Paguyuban ini terdiri dari dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok bujangan dan kelompok yang kedua adalah dari mereka yang sudah berkeluarga. Pertemuan dan misa perdana dimulai tanggal 6 Januari 1991. Sejak itu pertemuan diadakan secara berkala, setiap bulan satu kali. Rm. Pius menjadi pembimbing rohani mereka.
5.5.4. Rm. Remigius Sene, SVD (1993-1995)
Tertanggal 24 Juni 1993, Rm. Cyprianus Setiawan SVD, Provinsial SVD Jawa, menempatkan Rm. Remigius Sene, SVD sebagai pemimpin komunitas Soverdi “Dharma Wacana” Jogyakarta. Yang Mulia Uskup Agung Semarang Mgr. Julius Darmaatmadja, SJ., mengangkat Rm. Remi sebagai asisten pastor mahasiswa Daerah Istimewa Jogyakarta dalam surat tertanggal 9 Agustus 1993, No. 322/B/V/b-3/93. Selain itu beliau juga sebagai tenaga pastoral membantu Paroki Kristus Raja Baciro secara khusus melayani pelayanan pastoral di wilayah stasi Babarsari.Selain pelayanan pastoral kepada mahasiswa dan warga sekitar, pelayanan para imam dan biarawan SVD tetap pada tujuan utama yaitu melayani kehidupan rohani para mahasiswa. Rumah biara senantiasa terbuka untuk digunakan sebagai tempat ret-ret, rekoleksi bagi para mahasiswa-mahasiswi, kaum muda, siswa-siswi SMP-SMA dan umat pada umumnya.
5.5.5. Rm. Hermanus Sigit Pawanta, SVD (1995-1996)
Rm.Hermanus Sigit Pawanta, SVD diangkat menjadi pimpinan komunitas Soverdi “Dharma Wacana” Jogyakarta oleh Provinsial SVD Jawa, Rm.Cyprianus Setiawan SVD melalui surat keputusan Provinsial SVD Jawa tertanggal 25 Februari 1995, No. PJ-1d/SK/433. Beliau melanjutkan apa yang telah dilaksanakan dalam pelayanan-pelayanan pastoral para pendahulunya.Di bidang pelayanan kaum muda, wisma dipergunakan untuk retret-retret kaum muda, rekoleksi, seminar-seminar dan pertemuan kelompok-kelompok doa.
Secara khusus Rm.Sigit memberi pelayanan retret kepada para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi dan akademi di Jogyakarta seperti Universitas Sanata Dharma, YKPN, UPN dan Universitas Atmajaya. Rekoleksi dan retret juga diberikan kepada siswa-siswa SMP dan SMA. Para siswa atau mahasiswa Katolik yang belajar di sekolah atau universitas Negeri diberi perhatian dan dukungan secara khusus.
Selain pelayanan kepada mahasiswa dalam berbagai macam bentuknya baik yang bersifat intelektual maupun spiritual, pelayanan diberikan juga kepada umat di Stasi Babarsari dan Pangkalan serta beberapa wilayah Stasi dari paroki Kalasan. Para imam selalu siap untuk melayani segala permintaan yang bersifat pelayanan sakramental, sejauh sudah membawa restu dari pejabat, entah itu paroki ataupun wilayah yang bersangkutan. Selain itu, Soverdi “Dharma Wacana” dibuka untuk para peziarah dari berbagai kota, seperti Jakarta, Surabaya, Malang, yang mengadakan perziarahan ke Jawa tengah dan Jogyakarta.
5.5.6. Rm. Elenterius Bon, SVD (1997-1998)
Terhitung sejak tanggal 1 Januari 1997, Rm. Elenterius Bon, SVD menjalankan tugas menjadi pemimpin komunitas Soverdi Dharma Wacana, pembimbing rohani para suster SSpS yang tinggal di Jogyakarta, tugas kerasulan pastoral kaum muda dan mahasiswa di Jogyakarta, berdasarkan surat Wakil Provinsial Rm.Bosco Isdaryanto, SVD tertanggal 2 Desember 1996, No: NAS – 4 / KAS / 1151.
Tidak jauh berbeda dari para pendahulunya, beliau tetap menyediakan rumah, yang kemudian lebih dikenal sebagai wisma untuk tempat ret-ret, rekoleksi dan seminar bagi kaum muda dan mahasiswa. Pelayanan kepada umat Stasi Babarsari dan lingkungan-lingkungan sekitarnya masih dilaksanakan sesuai dengan permintaan umat. Pelayanan kepada kelompok peziarah juga semakin mendapat perhatian mengingat semakin banyak kelompok yang datang untuk menginap maupun sekedar transit di Wisma Soverdi “Dharma Wacana.”
5.5.7. Rm. Peter Bruno Sarbini, SVD (1998-2002)
Mulai tanggal 21 Agustus 1999, Rm. Sarbini SVD diangkat untuk menjalankan tugas sebagai pemimpin komunitas Soverdi “Dharma Wacana.” Selain ditugaskan sebagai pimpinan komunitas, beliau juga ditugaskan untuk belajar Islamologi di Universitas Islam Indonesia di Jogyakarta. Tidak jauh berbeda dari para pendahulunya, beliau tetap menyediakan rumah untuk ret-ret, rekoleksi dan seminar bagi kaum muda dan mahasiswa. Pelayanan kepada umat stasi Babarsari dan lingkungan –lingkungan masih dilaksanakan sesuai dengan permintaan umat. Kerjasama dan dialog dengan berbagai kelompok beda agama khususnya kaum muslim mulai dirintis. Pelayanan kepada kelompok peziarah juga tetap mendapat perhatian. Permintaan pelayanan pastoral dari berbagai wilayah seperti Maguwo, Brebah, Kalasan, Wonosari, terus dilayani sesuai kemampuan para imam dan juga kebutuhan umat.
5.5.8. Rm. Yosef Purwo Tjajanto, SVD (2002 – 2006)
Tertanggal 31 Agustus 2002, Rm. Martin Anggut, Provinsial SVD Jawa mengangkat Rm. Yosef Purwo Tjahjanto, SVD menjadi pimpinan komunitas Soverdi “Dharma Wacana” Jogyakarta. Karya pelayanan anggota serikat tetap melanjutkan karya pelayanan para pendahulu. Prioritas pelayanan tetap pada pelayanan rohani kepada kaum muda dan mahasiswa. Pelayanan pastoral umat berjalan bersama dengan koordinasi dari Romo Paroki Baciro dan Kalasan. Permintaan pelayanan sakramen secara aksidental tetap dilayani oleh para imam yang tinggal di Soverdi.
5.5.9. Rm. Hermanus Sigit Pawanta, SVD (2006 sampai sekarang)
Rm. Sigit kembali ke Soverdi Jogyakarta sebagai pimpinan komunitas setelah menerima surat pengangkatan dari Rm. Martin Anggut SVD, Provinsial SVD Jawa tertanggal 6 Februari 2006. Rm.Sigit dibantu oleh wakil pimpinan komunitas Soverdi “Dharma Wacana”, Rm. Martinus Fatin SVD, dalam menjalankan karya pelayanan pastoral kategorial di Jogjakarta, wilayah Keuskupan Agung Semarang.
Meskipun semakin menekankan fungsinya sebagai rumah studi, rumah soverdi tidak melupakan komitmen awalnya yaitu untuk menjalankan pelayanan bagi kaum muda dan para mahasiswa. Pelayanan sakramental kepada kaum muda dan mahasiswa setiap hari diberikan. Pada hari Minggu sekitar dua ratusan kaum muda selalu berkumpul untuk merayakan perayaan Ekaristi di Kapela Soverdi. Kapel diperluas dan diperbaiki untuk menampung lebih banyak orang dan supaya memungkinkan kaum muda melaksanakan berbagai aktivitas rohani. Kapela dibuka untuk berbagai kegiatan rohani kaum muda dan mahasiswa seperti ret-ret, rekoleksi, latihan koor atau kelompok doa. Sepanjang hari kapela disediakan sebagai tempat doa bagi kaum muda dan mahasiswa yang membutuhkannya.
Pelayanan umat pada umumnya terus berjalan dalam bekerjasama dengan pastor paroki Baciro dan Kalasan. Pelayanan Ekaristi selain setiap hari diadakan di Biara Soverdi, para imam juga melayani biara-biara seperti di biara SSpS, OP, PRR, SPC dan Bruderan CSA.
6. Penutup
Lebih dari dua puluh lima tahun SVD masuk Jogyakarta sejak tahun 1981. Serikat Sabda Allah sedikit banyak memberi sumbangan kepada Gereja lokal pada umumnya dan kaum muda dan mahasiswa pada khususnya. Mungkin bukan sebuah sumbangan yang istimewa, namun kehadiran Biara SVD di Jogyakarta telah mampu merangkul sekian banyak mahasiswa dan kaum muda “yang tercecer” seperti domba tanpa gembala. Tanpa bermaksud untuk menunjukkan jasa-jasa, namun sejarah membuktikan bahwa ada cukup banyak mahasiswa dan kaum muda yang tertampung dan terakomodasi bahkan terbantu oleh keberadaan SVD di Jogyakarta, Keuskupan Agung Semarang.
Perjalanan waktu dan kenyataan menunjukan bahwa puluhan orang muda setiap hari dan beberapa ratus kaum muda dan mahasiswa pada hari minggu berkumpul berdoa di rumah Biara Soverdi “Dharma Wacana”, semakin membesarkan hati kami dan meneguhkan niat kami untuk tetap pada komitmen awal kami yaitu menyediakan tempat untuk pembinaan rohani mahasiswa dan kaum muda yang tidak terjaring oleh pelayanan paroki maupun organisasi Katolik lainnya. Tidak terlalu banyak yang bisa kami kerjakan, namun semoga niat dan usaha kami yang kecil ini dapat menjadi sumbangan bagi mekar dan berkembangnya Gereja Keuskupan Agung Semarang.***
Sumber:
Alex Beding SVD (penerjemah), ARNOLDUS YANSSEN, Misi-misinya : Misi-misi kita, Komisi Komunikasi Provinsi SVD Ende, 1992
Alex Beding SVD (penerjemah), SEJARAH SERIKAT SABDA ALLAH, ANALEKTA SVD-54, Komisi Komunikasi SVD Ende, 1993
Alex Beding SVD (penerjemah), ARNOLDUS YANSSEN Seorang Beriman Menempuh Jalannya, Komisi Komunikasi Provinsi SVD Ende, 1989
Zakharias Kadju SVD (Penerjemah), HANYA SATU PILIHANKU KEHENDAK ALLAH YANG KUDUS, Komisi Komunikasi Provinsi SVD Ende, 1988


Diposting tepat hari meninggalnya Mgr. Darius Nggawa, SVD pada hari Rabu, 09 Januari 2008