AKSI NYATA JPIC PROVINSI SVD JAWA

Ben, Salam ke Galvestone. Kita tentu most welcome rencana Fr. Bob u membantu VIVAT di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Beliau pernah singgung (share) pemikiran seperti itu ketika saya bertemu dg. beliau tahun lalu di Bordentown. Bagi kami di Indonesia, rencana ini menjadi sangat relevant ketika JPIC SVD-SSpS Indonesia sedang merencanakan dan mendesign pembentukan VIVAT Indonesia sebgai badan penghubung antara VIVAT International dan gerakan JPIC kita di akar rumput.

sebuah info kecil: pagi ini saya ke Wonorejo, pantai timur Surabaya u survey lokasi penghijauan. Tgl.14 Juni yad JPIC SVD-SSpS Jawa bersama paroki-paroki SVD di Surabaya akan menanam 6.000 pohon manggrove dalam rangka perayaan seabad kematian St.Arnold & St. Josef, serta berpartisipasi dalam peringatan Hari Mangrove se-dunia. Kegiatan ini juga bersifat partispatif dan inklusif, diikuti oleh berbagai elemen masyarakat lokal seperti tani & nelayan setempat, pemuda Ansor, mahasiswa Papua, aktivist lingkungan dari UPN dan Forum Peduli Lingkungan dari Kec. Rungkut Surabaya. Para frater novis dan studiosi kita dari Malang dan Batu, Mudika dari paroki-paroki SVD Surabaya dan suster SSpS tidak ketinggalan dalam ikut menyukseskan program ini. Sekitar 300 orang akan ambil bagian dalam aksi "penyelamatan ibu bumi" ini dari ancaman global warming & abitrasi pantai. Diharapkan kehadiran Bambang DH, walikota Surabaya untuk membuka acara tersebut.

Salam banyak buat Fr. Fisher dan selamat berakhir pekan u semua rekan Alles.

Paul

PEDULI SIGIT DAN SEPEDA SANG PENDOA

met pagi Yen, apa kabar? sehat? semoga deh!
pagi ini seperti biasa aku bangun, trus doa pagi. senin dan kamis, kami misa sore dan acara pagi diisi doa komunitas.

pagi tadi seperti biasa kami berdoa. ada dua orang yang ikut bergabung. ibu pertama seorang ibu yang lebih muda. sangat asing untuk saya. sedangkan ibu kedua, adalah ibu tua berumur 65 tahun. Ibu yang lebih muda, tidak masuk ke kapel, ia hanya duduk di depan pintu masuk kapel kami. sementara yang tua, duduk di tengah kami.

tidak ada yang istimewa dalam doa pagi, kecuali mendaraskan masmur dan doa-doa gereja biasa. juga doa-doa pribadi. yang istimewa adalah bahwa setelah selesai doa, saya keluar, ibu muda yang di luar kapel tadi tidak ada. kemudian ketika ibu tua selesai doa, dia mrebes mili (mata berkaca-kaca) menangis karena sepeda tua yang dimilikinya hilang. saya juga tidak melihat sepeda lagi, padahal sebelum masuk kapel, saya melihat sepeda itu ada.

ibu tua itu lapor kepada saya. antara bingung, nyesal, kehilangan. dia bercerita kalau dia datang untuk mendoakan anaknya. ibu itu rajin sekali datang. hanya hari ini ada intensi khusus untuk anaknya, makanya dia doa pagi (harusnya kan dia datang sore untuk misa).
saya merasa kasihan karena rumahnya jauh dan sepeda itu satu-satunya sarana transportasi yang ia miliki. dan akhir saya mengirim seorang bruder untuk menghantar dia ke rumahnya. cukup jauh, sekitar 3 km dari rumah kami. saya hanya berjanji untuk mencarikan sepeda itu, siapa tahu nanti kami bisa temukan di kampung atau di pasar loak.

setelah membantu ibu itu untuk bisa pulang, saya masuk ke kamar makan dan berbicara. ibu yang lebih muda untuk sementara kami duga sebagai yang mengambil. kata beberapa teman, ibu muda itu sering menipu beberapa orang diantara kami sehingga beberapa orang menduga bahwa ia kemungkinan adalah orang yang membawa sepeda tua itu. dan ada rasa simpati untuk ibu yang kehilangan sepeda itu.

kehilangan memang tidak selalu mudah diterima. saya pernah merasakan sendiri apa arti sebuah kehilangan. kehilangan orang yang kita cintai, kehilangan benda atau harta yang kita miliki, seringkali membawa "luka" atau "duka" yang tidak selalu mudah untuk diterima. anthony de mello, menjelaskan bahwa duka, luka dan rasa sakit ini karena seringkali kita manusia begitu "melekat" dengan entah barang, entah orang atau pribadi. kelekatan ini yang sering menjadi penyebab penderitaan dalam kehidupan kita manusia.

bagus, kalau dalam kehidupan kita ini, kita tidak melekat. ini sebuah idealisme. tidak melekat dengan barang, orang, dengan jabatan, tempat tinggal atau tempat berkarya. tapi jujur, MENGHILANGKAN KELEKATAN INI TIDAK SELALU MUDAH. Tidak selalu mudah mengalahkan diri kita dari kelekatan. pengosongan diri, penyangkalan diri (kenosis) atau barangkali yang disebut "nirwana", sangatlah tidak mudah untuk banyak orang. kita sebagai manusia justru cenderung untuk melekat pada begitu banyak pribadi, harta kekayaan, jabatan atau apapun yang menjadikan kita merasa lebih "hebat, kaya, berkedudukan, bla bla bla bla bla bla". kita hanya manusia biasa. kita belum bisa seperti yesus yang menyangkal diri. kita belum seperti budda yang mengosongkan diri. kita masih menjadi diri kita yang SEDANG BERJUANG, JATUH BANGUN, untuk menjadi lebih baik. untuk tidak melekatkan diri kepada apapun dan siapapun kecuali melekatkan harapan, iman, dan cinta kita kepada Sang Pencipta Kehidupan. tapi kita sedang berjuang dan terus akan berjuang. dan kita tahu, bahwa perjuangan kita, seringkali gagal. tidak selalu perjuangan kita berhasil.

akhirnya Yen, kamu kan sering bantu aku. aku ijin ya, sebagian uang itu akan aku gunakan untuk membelikan sepeda untuk ibu tua itu. saya tahu persis siapa ibu tua itu. saya tahu, setidaknya sejak saya di yogya ia merupakan salah satu orang yang paling rajin berdoa, pergi ke kapel dan gereja. karena itu kalau kita bantu dia dengan sepeda, saya cukup yakin, dia pasti akan berdoa untuk kita.

wis ini dulu.
salam dan doa