Homili Misa Arwah Senin 6 Mei 2013


PENDUDUK : Ilegal vs Legal
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Kita sebagai penduduk dunia, kelegalan kita dan ketidaklegalan keberadaan kita ditandai oleh beberapa persyaratan yang semestinya dipenuhi dan dimiliki. Penduduk legal memiliki persyaratan tertentu. Seorang yang terpanggil menjalani kehidupan berkeluarga memiliki akte atau sertifikat nikah sipil maupun nikah Gereja. Seorang yang terbaptis dalam Gereja Katolik memiliki Surat Baptis dan namanya tercatat di dalam Buku Baptis Parokinya. Seorang imam seperti saya yang memimpin Perayaan Ekaristi ini memiliki Sertifikat Tahbisan Imam yang ditandatangani oleh Uskup yang yang menahbiskan saya. Seorang yang hendak bepergian ke luar negeri memiliki Pasport dan Visa. Sebaliknya orang yang tidak memiliki syarat-syarat di atas, dia akan digolongkan ke dalam penduduk ilegal.

Penduduk Surga pun  memiliki persyaratan tertentu. Namanya tercatat di dalam Kitab Kehidupan. Syarat nama tercatat di dalam Buku Kehidupan adalah kesetiaan dalam suka dan duka kepada Tuhan Yesus. Kitab Masmur 69 : 29 mengatakan bahwa orang yang setia kepada Tuhan namanya tercatat di dalam Kitab Kehidupan. Kitab Keluaran 32 : 32 - 33 mengatakan bahwa orang yang tidak setia dan tenggelam dalam dosa, namanya terhapus dari Kitab Kehidupan.  

Kita semua terlibat aktif di dalam Kegiatan Spiritual  dengan satu tujuan yaitu menabung perbuatan baik berdasarkan kehendak Allah yang menjadi manusia di dalam nama Tuhan Yesus, agar nama tercatat di dalam Kitab Kehidupan, sebagai bukti legal untuk masuk ke dalam Rumah Bapa di Surga dan menjadi Keluarga Allah.  Mengapa setia kepada Tuhan Yesus untuk masuk ke dalam wilayah penduduk Surga, menjadi penduduk anggota keluarga Rumah Bapa di Surga?

Yohanes 14 : 6 mengatakan bahwa Yesus adalah jalan, kebenaran dan hidup. Yesus adalah jalan dari dunia ke Surga. Kita tidak pernah melihat satu  jalan fisik dari terminal dunia langsung menuju Surga. Kita tidak pernah melihat satu bandara dunia yang mendaratkan sebuah pesawat khusus dan istimewa yang secara langsung menerbangkan seorang dengan take off dari bandara di atas dunia langsung landing di bandara Surga. Kita juga tidak melihat satu kapal laut yang melayarkan seorang manusia secara langsung dari satu pelabuhan di atas planet bumi ini menuju kepada pelabuah surga. Kita juga tidak pernah melihat seorang yang dibawa oleh Kreta Api dari stasiun di atas bumi ini menuju stasiun  di Surga. Kalau dari atas Bumi ini berjalan menuju Surga tidak melewati jalan darat, laut dan udara, maka jalan apa yang dilewati? Jalan utama yang dilewati dari dunia ke Surga adalah Jalan Tuhan Yesus. Mengapa Jalan Tuhan Yesus adalah jalan ke Rumah Bapa di Surga? Yesus adalah jalan utama ke Surga (Yoh 14:6). Dalam nama Yesus ada Keselamatan (Kis 4:12).  

Yesus adalah Jalan Ke Surga. Yesus berasal dari  Kerahiman Allah Bapa di Surga menuju dunia melewati Rahim Bunda Maria yang mengandung dan melahirkanNya ke dunia kemudian hidup dan berkarya menyelamatkan semua manusia langgar batas yang percaya kepadaNya. Puncak karya keselamatan adalah dengan memberikan seluruh diriNya kepada keselamatan semua orang langgar batas yang percaya kepadaNya. Yesus hidup, berkarya dalam Sabda dan mujizat, diterima tetapi ada yang membenci. Puncak kebencian kepadaNya adalah menyalibkanNya di kayu salib, wafat dan dimakamkan ke dalam Rahim Bumi atau Rahim Ibu Pertiwi. Yesus tinggal di dalam Rahim Bumi selama Tiga Hari, kemudian bangkit pada Hari Ketiga, lalu mengadakan penampakan secara berkali-kali kepada Para MuridNya untuk menyembuhkan kembali luka bathin yang hebat yang dialami para Rasul karena kematian tragis Yesus Guru mereka. Kemudian pada hari yang empat puluh, Yesus naik ke Surga kembali ke Kerahiman Allah Bapa di Surga.

Jalan Yesus ke Surga adalah Jalan model terbaik bagi kita berjalan menuju Surga. Kita pun melewati JalanNya sebagai jalan kita ke Surga. Kita dari Kerahiman Allah Bapa di Surga, ke dunia dalam Rahim Biologis ibu kita, yang mengandung dan melahirkan kita. Kita hidup dan berkarya untuk melayani sesama agar sesama mengalami kehadiran kita yang membawa berkat bukan menyalibkan sesama. Kemudian pada titik Batas yaitu Kematian, kita masuk ke dalam Rahim Ibu sebelum masuk ke dalam Kerahiman Allah di Surga.  

Kita mengharapkan usia panjang dan abadi di atas bumi ini.  Kita berencana menyogok Tuhan untuk membeli kehidupan pada Allah Sang Pemilik kehidupan di atas bumi ini. Tetapi Tuhan tidak mau disogok untuk terus menerus memberikan kehidupan selamanya kepada kita di atas planet bumi ini dengan berbagai alasan manusiawi. Kalau Tuhan bisa disogok maka yang hidup di dunia ini hanyalah orang-orang yang kaya dan berduit. Tuhan menampakan keadilanNya dalam Kematian setiap orang baik kaya maupun miskin. ***


                                                      Yoh 14: 1-6
Why 20 : 11 – 15

Perayaan Ekaristi dengan Intensi Keselamatan Abadi bagi Ibu Dayati dan Bapak Pius Wuryanto, di Rumah Keluarga Bapak Agustinus Widyatmoko, Lingkungan St. Agustinus dengan Ketua Lingkungan :  F. Ellen I, Wilayah  VI St. Agustinus dengan Ketua Wilayah : L.Widiastuti, Paroki St. Stefanus Surabaya dengan Pastor Kepala Paroki : RD.ST.KHOLIK KURNIADI, PR. Senin 6 Mei 2013 Pukul 19.30  WIB - 20.30 WIB.

http://youtu.be/6Qeeul-4ElQ