Hari Raya St. Petrus & St. Paulus



PETRUS &  PAULUS:
BERBEDA TETAPI SALING MELENGKAPI
*P.Benediktus Bere Mali, SVD*


Setiap manusia itu unik. Sekalipun manusia itu kembar tetapi tetap berberda satu terhadap yang lain. Perbedaan itu bukan saling menyingkirkan tetapi saling melengkapi menuju kesempurnaan. Itu berarti perbedaan dilihat sebagai berkat atau rahmat atau kekayaan bukan sebagai kutukan atau konflik yang saling meniadakan satu terhadap yang lain.

St. Petrus dan St. Paulus adalah dua sosok yang unik. Perbedaan keduanya sebetulnya terletak di dalam perannya, dimana Petrus fokus pada soal institusi Gereja sedangkan Paulus fokus pada pelayanan di lapangan. Dengan kata lain Petrus adalah tokoh iman yang berada di balik meja sedangkan Paulus adalah tokoh yang terjun di medan misi di lapangan yang nyata.  

Perbedaan peran itu saling melengkapi. Apa yang disusun team Petrus di balik meja untuk misi dengan ide-ide yang segar dapat diterjemahkan oleh team Paulus di dalam pelayanan konkret di lapangan. Senjang antara apa yang dibalik meja dengan apa yang di lapangan menjadi input bagi team Petrus dan team Paulus untuk dievaluasi dan membangun sebuah perubahan misi yang kontekstual menjawabi kebutuhan umat di lapangan, dalam meningkatkan kualitas iman umat pada umumnya.

Kita dalam hidup karya pelayanan, terdiri dari kelompok yang berada pada posisi struktur Gereja, Biara, dan ada yang berada pada posisi pelaksana atau pelayan di lapangan. Keduanya seperti dua sisi mata uang yang merupakan satu kesatuan dalam memberikan pelayanan kepada umat secara lebih sempurna. Hal ini dimiliki dalam diri St. Arnoldus Janssen dengan St. Josef Freinademetz. St. Arnoldus ada di kantor atau di balik meja dalam SVD sedangkan St. Josef Freinademetz adalah sosok misionaris di lapangan. Keduanya boleh disebut sebagai penerus gaya Petrus dan Paulus dalam menyebarkan Kerajaan Allah ***






Tritunggal Maha Kudus : Satu untuk Misi



TRITUNGGAL MAHA KUDUS : SATU UNTUK MISI
Hari Raya Tritunggal Maha Kudus, 15 Juni 2014
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Telinga kita sudah cukup akrap dengan semboyan  atau moto Amerika Serikat  E Pluribus  Unum” dan moto Indonesia “Bhineka Tunggal Ika”.  E Pluribus Unum dari bahasa Latin dan secara harafiah berarti: "Dari banyak menjadi satu".  Secara konseptual ini agak berbeda dengan moto Indonesia; Bhinneka Tunggal Ika, yang bisa diartikan bahwa  “perbedaan itu manifestasi daripada keesaan”.  Satu pesan yang saya ambil dari dua moto tersebut adalah perbedaan itu dipandang secara positif bukan secara negatif atau  perbedaan itu berkat sedangkan pembedaan itu kutuk.  Kalau pembedaan yang ditonjolkan, maka hal itu mengantar orang menganggap dirinya lebih baik, lebih benar, diselamatkan sedangkan yang lain dipandang salah, buruk, kafir, musuh yang harus ditiadakan; tetapi kalau perbedaan itu dipandang sebagai berkat maka keanekaan budaya, kemampuan, bakat, talenta, potensi, keunggulan setiap pribadi adalah kekayaan yang dapat diatur dan disatukan untuk membangun kehidupan bersama yang baik, benar, adil dan damai tanpa diskriminasi tertentu. Perbedaan sebagai berkat inilah menjadi fokus perhatian sekaligus jiwa moto tersebut, yang memberi roh atau spirit bagi perilaku manusia yang memiliki moto tersebut.
Komunitas Tritunggal  Maha Kudus terdiri dari Bapa Pencipta yang kreatif menciptakan, Putera yang menyelamatkan, dan Roh Kudus yang melanjutkan, dan ketiganya bersekutu dalam kesempurnaan dan keutuhan cinta Kasih sejati, untuk bermisi kepada semua manusia agar Allah Tritunggal  Maha Kudus hidup di dalam hati semua manusia. Hati manusia yang dipenuhi Allah Tritunggal Maha Kudus adalah pribadi manusia yang berperilaku menyesuaikan diri dengan lingkungan Allah Tritunggal Maha Kudus, yaitu kehadirannya secara kreatif menciptan suasana yang baru bagi sesama untuk lebih bersemangat hidup; kehadirannya untuk menyelamatkan semua orang bukan menghancurkan atau mematikan; kehadirannya melanjutkan yang baik, benar, adil dan damai bukan yang buruk, yang salah, yang tidak adil dan kekerasan.

Bacaan pertama menampilkan Allah Tritunggal Maha Kudus dalam awan dan menampakan diri kepada Musa yang mengenal  Allah itu sebagai pengasih dan penyayang, panjang sabar dan penuh kasih setia-Nya, terhadap tegar tengkuk bangsa Israel di hadapan Allah.  Bacaan kedua menampilkan usaha manusia untuk sempurna dan hidup dalam damai sejahtera senantiasa diberkati oleh Tuhan Yesus. Yesus hadir dalam diri manusia yang hidup berjuang menuju kesempurnaan dan damai sejahtera. Bacaan Injil menampilkan Kasih Allah yang sempurna kepada manusia dengan mengutus Yesus ke dunia untuk memberi kehidupan yang kekal kepada manusia. Allah mengutus anakNya ke dunia untuk menyelamatkan bukan menghakimi. Setiap manusia yang membuka hati dan pikiran menerima Yesus yang datang ke dalam dirinya untuk membawa hidup dan keselamatan, maka ia memperoleh hidup yang kekal.

Kita hidup dalam keanekaragaman budaya, suku, agama dan latarbelakang. Keanekaan ini sebagai berkat dari Tuhan. Keanekaan itu dipandang sebagai berkat maka kita akan berperilaku menyesuaikan diri dengan keanekaan sebagai berkat. Artinya kita bertindak menyatukan berbagai potensi positif yang berasal dari keragaman itu diatur dan disatukan untuk membangun kebaikan hidup bersama yang dicita-citakan bersama. Pola kognitif yang sama dalam keanekaan mengantar manusia berafeksi psositif terhadap perbedaan dan selanjutnya berperilaku positif dalam lingkungan keanekaraman sebagai sebuah warna pelangi indah yang menghiasi kehidupan bersama. Dengan itu kita memberi kesaksian kepada dunia bahwa dalam diri kita Hidup Allah Tritunggal Maha Kudus. Waktu saya ujian universum, pertanyaan pertama yang perlu saya jawab adalah: Apakah Allah Roh Kudus itu beda dengan Allah Putera dan Allah Bapa? Saya menjawab : Allah Roh Kudus, Allah Putera dan Allah Bapa tidak Beda tetapi Sama dan SATU. Jawaban itu tepat dan benar. *