Waktu saya hendak meninggalkan tanah tempat kelahiranku, menuju tanah Jawa tempat tinggal yang baru untuk melanjutkan pendidikan saya sebagai Novis di Novisiat Roh Kudus Batu Malang, saat tanggal 5 Agustus 1995, saat keluar dari rumah kelahiranku Malate-Telolo-Asueman, bapaku tercinta Gabriel Mali, berdoa dan kemudian dalam mantra-mantra dan mengambil tanah di depan pintu rumahku tempat kelahiranku, dan tanah itu diseimpan atau dibungkus dengan sebuah plastik dan saya membawa tanah itu ke Jawa.
Saya sebelum berangkat merasa sulit sekali meninggalkan keluarga, kakak, adik, mama, nenek, kakek. Sementara keluargaku sangat mendukung saya melanjutkan perjalanan panggilan saya sebagai SVD. Keluarga sangat mengharapkan agar cita-cita saya ini tidak terputus di tengah jalan. Saya takut lari pulang dalamperjalanan ke Jawa dan orang tua juga kawatir dalam perjalanan atau tiba di Novisiat Batu - Malang lari pulang ke Rumah karena sulit adaptasi, karena ditolak, atau karena tidak cocok dengan kondisi, dan sebagainya yang dapat mempercepat saya pulang ke Kampung halaman tanah kelahiran saya di Malate- Telolo - Purlolo - Asueman - Maumutin - Desa Aitoun - Kecamatan RAIHAT dan KABUPATEN DATI II BELU - NTT - INDONESIA.
Kekawatiran itu selalau disharingkan dengan orang tua saya khususnya dengan Bapa Saya dan kakak saya sebelum saya ke Jawa. Hari-hari terakhir menjelang keberangkatan saya, ketakutan dankekawatiran untuk tidak berangkat semakin terasa. Maka Bapa Saya Gabriel Mali juga sangat serius memikirkan hal ini. Bapa saya orang yang tahu adat dan budaya suku Bunak. Menghadapi kenyataan seperti ini Bapa Saya akan melakukan sesuatu bagi saya untuk mengatasi kekawatiran itu. Tepat saya berangkat, keluar di rumah kelahitranku, Bapa Gabriel berdoa dan membuat tanda salib di atas tanan lantas mengambil tanah itu lalu memasukkan dalam sebuah pembunbungkus plastik dan saya memasukkannya ke dalam dompet saya dan meneruskan perjalanan saya ke Jawa pada waktu itu.
Waktu itu saya merasakan kekuatan tersendiri dengan membawa tanah yang diberikan oleh Bapa Saya ini. Sampai di Jawa, saya merasakan kekuatan itu. Saya begitu cepat menyesuaikan diri dengan keadaan dan situasi di Jawa khususnya di Novisiat Batu - Malang. Saya mengalamai satu cinta yang mendalam akan panggilan saya.
Lalu, saya menulis surat kepada Bapa Saya membagi pengalaman itu kepada Bapa dan kakak saya. Bapa saya membalas surat saya demikian : Waktu dulu kakek nenek selalu mengadakan adat itu kakalu seseorang hendak bepergian ke tempat yang jauh. Dikatakan bahwa di atas tanah kelahiran inilah kita dilahirkan dan di atas tanah kelahiranitulah darah pertama tumpah dari rahim ibu, dan ikatan tubuh yang lahir dengan tanah di dalam rumah sungguh kuat sekali. Maka kerinduan untuk selalu kembali kerumah keluarga begitu kuat.
Ini adalah ibu pertiwi. Ini adalah tumpah darah. Di atas tanah kelahiran yaitu dalam rumah ini, saya di lahirkan dan di sini darah saya ditumpahkan dari rahim ibuku. Saya lahir pada Hari Rabu, Jam 04 Sore WIT, tanggal 04 dan bulan ke - 04 (April)1973. Adat seperti ini selalu ada dan dibuat oleh mereka yang tahu adat dan selalu hidup dalam adat istiadat yang menyimpan aneka nilai yang sifatnya sangat universal.