MENEMUKAN IMAN DI BUMI
3Yoh 1:5-8; Luk 18:1-8
Kotbah Misa Harian,
Sabtu 17 Nopember 2012.
Di Soverdi Surabaya.
(P. Benediktus Bere
Mali, SVD)
Negara Indonesia adalah bangsa
religius. Mengapa Indonesia disebut bangsa religius ? Karena di setiap tempat
ditemukan banyak tempat berdoa. Di setiap POM BENSIN tersedia tempat berdoa. Di
Provinsi NTT kita akan menemukan Gereja di setiap Kabupaten, Kota Kecamatan,
Desa, bahkan sampai dusun. Di Pulau Jawa, di setiap wilayah ditemukan tempat
sembahyang. Di Pulau Dewata, senantiasa ditemukan
tempat sembahyang di setiap sudut kota dan tepi jalan dan setiap kediaman.
Banyak tempat sembahyang atau banyak
tempat berdoa, dan banyak orang yang berdoa di tempat berdoa, menunjukkan bahwa
orang Indonesia adalah orang yang beriman dan hidup sesuai dengan ajaran
imannya yang pada dasarnya untuk menyelamatkan diri, sesama dan alam
sekitarnya.
Lantas dalam konteks ini muncul
Sabda Yesus dalam Injil hari ini: "Adakah
Iman di Bumi?" Atau saya katakan, adakah iman di bumi Indonesia?
Pertanyaan ini dàpat dijawab dengan
dua jawaban yang mengungkapkan realitas bumi Indonesia. Jawaban itu adalah ada
iman di bumi Indonesia tetapi juga jawaban itu adalah tidak ada iman di bumi
Indonesia. Mengapa jawabannya demikian?
Iman ditemukan di Indonesia karena
ada bermacam-macam agama dan tempat sembahyang di bumi Indonesia. Ada banyak
orang yang hidup baik dan benar serta berhikmat di tanah air Indonesia.
Tetapi Iman tidak ada di bumi
Indonesia karena ada banyak koruptor di Indonesia. Wajah berita koran dan televisi
lebih banyak menampilkan wajah bangsa Indonesia yang korup sebagai ekspresi
wajah bangsa yang tanpa iman. Wajah berita koran dan televisi sangat minim
menampilkan wajah Indonesia yang beriman dengan memberitakan berita di koran
dan televisi tentang kejujuran, kebaikan dan kebenaran serta hikmat yang
dirindukan masyarakat umum.
Dalam konteks Indonesia yang
berwajah dua itu, apakah wajah Gereja Katolik menampilkan wajah yang jujur, transparan,
adil, baik, benar, dan penuh hikmat?
Misi Allah adalah misi kejujuran,
kebenaran, kebaikan, dan hikmat melintas batas. Maka Gereja perlu menyetir
misinya selalu pada jalur misi Allah. Untuk itu perlu pertemuan berkala,
mengevaluasi misi Gereja, dan tetap kembali berjalan pada misi Allah yang
selalu dinamis dalam caranya kontekstual, tetapi isi imannya selalu sama dalam
alfa dan omega. Dengan demikian iman selalu ada di bumi. Iman selalu ada di
dalam hati manusia. Iman selalu ada di dalam Gereja.