MELIHAT ATAS DAN SEKITAR
(Why
1:1-4;2:1-5a; Luk 18:35-43)
Kotbah
Misa Harian,
Senin
19 November 2012
Di
Soverdi Surabaya
P. Benediktus Bere Mali,
SVD
Manusia
adalah multidimensi. Satu dimensi yang ada dalam diri manusia adalah unsur
psikologis. Sisi psikologis manusia ini dapat ditemukan dengan sebuah paradigma
yang terkenal adalah Jendela Johari. Pencipta empat Jendela Johari adalah
psikolog berbangsa yang dipimpin oleh Obama saat ini. Psikolog itu adalah Jesef
Luft dan Harrington Ingham, tahun 1955. Empat jendela ini ditemukan untuk
manusia lebih mudah melihat diri sebagai pemilik empat karakter kepribadian
manusia. Setiap manusia dapat memakai paradigma empat Jendela Johari untuk melihat
diri. Empat jendela itu adalah saya tahu tentang sisi diri saya dan
orang
lain juga tahu tentang sisi diri saya, saya tahu tentang sisi
diri saya dan orang lain tidak tahu tentang sisi diri saya, saya
tidak tahu tentang sisi diri saya dan orang lain tahu tentang
sisi diri saya, saya tidak tahu tentang sisi diri saya dan orang lain tidak tahu
tentang sisi diri saya. Jendela ini dapat melukiskan berbagai sisi manusia
berupa pola pikir, pola berkata-kata,pola bertindak, pola beriman seseorang.
Idealnya
dalam kehidupan bersama baik sosial maupun religius adalah saya tahu dan orang
lain tahu, kita semua tahu tentang tujuan hidup bersama untuk mengambil
tindakan bersama menuju cita-cita hidup bersama.
Pengemis
yang diwartakan di dalam Injil pada hari ini adalah seorang yang tahu tentang
sisi dirinya buta fisik tetapi tidak buta iman sedangkan orang banyak yang
mengikuti Yesus adalah orang yang tahu dirinya tidak buta fisik tetapi tidak
tahu bahwa mereka adalah buta iman. Mengapa? Karena ketika Pengemis buta fisik
itu semakin berseru kepada Tuhan Yesus dengan penuh iman mohon kesembuhan,
tetapi orang banyak itu justru melarang si pengemis itu.
Si
Pengemis penuh beriman datang dan berseru kepada Yesus untuk disembuhkan dan
berkat iman itu terjadilah mujizat penyembuhan yang diberikan oleh Tuhan Yesus
kepadanya. Yesus bersabda :” Melihatlah, imanmu telah menyelamatkan engkau.”
Berkat iman si pengemis itu terjadilah mujizat atas dirinya yang buta fisik
menjadi melihat dan dia bersorak sorai memuji Allah.
Tetapi
menarik juga bahwa orang banyak yang melarang si pengemis di awal seruannya
kepada Tuhan Yesus itu, setelah mujizat terjadi, mereka pun mulai memuliakan
Allah dan memujiNya. Mujizat melahirkan iman orang banyak tetapi iman si pengemis
itu melahirkan mujizat.
Suatu
kali saya mengikuti doa penyembuhan di sebuah kota. Ada lautan manusia yang
datang memadati tempat berlangsungnya doa penyembuhan. Pada waktu yang berbeda
saya juga datang ke Gereja di dekat kota tempat penyembuhan itu. Hadirin sangat
sedikit dibandingkan dengan ketika diselenggarakan doa penyembuhan. Rupanya
umat di tempat itu, berprinsip mujizat yang melahirkan iman bukan iman yang
melahirkan mujizat.
Pada
suatu hari, ditelepon dari sebuah kampung pedalaman bahwa sedang terjadi
penampakan Bunda Maria di sebuah tempat tinggal yang dikelilingi gua-gua alam.
Banyak umat dari berbagai daerah sekitar membawa lilin dan berdoa Rosario
sambil berlutut di atas bebatuan di depan gua itu. Informasi penampakan disebarkan
oleh seorang ibu yang rumahnya di depan gua itu.
Pada
suatu hari para suster pun mendengar berita penampakan itu dan datang ke tempat
kejadian. Suster itu masuk ke Gua dan melihat patung Bunda Maria lalu
mengangkat patung itu lalu melihat patung ternyata label harga dari tokoh
susteran para suster itu masih ada, dan ternyata ibu yang mewartakan bahwa ada
penampakan itu seminggu sebelum kejadian penampakan yang diwartakannya, membeli
patung itu di tokoh rohani milik suster lalu menempatkan patung itu di dalam
gua itu. Itulah peristiwa penampakan dan setiap kita berkuasa memberikan makna.
Bagaimana maknanya?
Saya
melihat bahwa banyak orang melihat mujizat dulu baru mau beriman. Banyak orang
mau ditipu dengan mujizat buatan manusia untuk beriman yang lahir dari
manipulasi. Yang tepat adalah seperti si pengemis, berimannya melahirkan
mujizat, bukan sebaliknya.