JEMBATANI JURANG KAMIS
Homili Kamis 28
Februari 2013
Yer 17:5-10
Mzm
1:1-2.3.4.6,R:40:5a
Luk 16:19-31
P. Benediktus Bere Mali, SVD
Hari ini adalah hari kamis hari
terakhir dalam bulan Februari. Apa singkatan dari kata Kamis. Kamis saya
singkatkan dengan sebutan Kaya – Miskin.
Berbicara tentang kaya dan miskin, di dalamnya, ada jurang antara
yang kaya dengan miskin. Jurang itu semakin dalam dan lebar karena tidak ada
penghubung yang kokoh antara keduanya. Kemurahan hati dari yang kaya kepada yang miskin adalah beton penghubung
yang kokoh antara jurang kamis.
Injil hari ini mengedepankan
jurang kamis secara gamblang. Orang kaya hidup berpesta pora menikmati harta
kekayaannya sementara Lazarus si miskin yang datang membutuhkan sesuap nasi
tidak diperhatikan. Jurang kamis antara keduanya semakin lebar dan dalam karena
dipupuk dengan ketamakan orang yang kaya dalam mengumpulkan harta duniawi.
Jurang kamis itu semakin dalam dan lebar karena egoisme orang kaya telah menjadi
subyek dalam membangun relasi dengan sesama termasuk dengan orang miskin.
Semua orang di dunia pasti mati.
Orang kaya itu pun mati. Lazarus si miskin itu juga mati. Ketamakan si kaya
membawa dia ke dalam ruangan neraka derita abadi di sana. Penderitaan Lazarus
si miskin selama hidup sebagai representasi wajah Allah yang tidak diperhatikan
si kaya selama di dunia, dibawa para malaikat ke dalam pangkuan Abraham di
dalam Surga asal dan sumber kebahagiaan nan abadi.
Jurang kamis selalu dijumpai di dalam
hidup baik di dalam komunitas internal maupun komunitas eksternal secara luas.
Panggilan kita adalah menjembatani jurang kamis dengan bangunan beton kemurahan
hati. Konsientisasi kepada yang kaya bahwa Allah itu Murah Hati. Allah kita
bukan Allah yang tamak. Harta orang kaya yang diperoleh melalui cara yang halal
adalah tanda nyata ada kemurahan hati Allah kepadanya. Dengan kemurahan hati
Allah yang diimani, orang kaya semestinya meneruskan aliran rahmat dari Murah
Hati Allah itu kepada sesama sekeliling yang mengulurkan bantuan. Dengan ini,
Allah sangat menghendaki setiap anakNya menjadi kaya. Tetapi kaya dalam
kemurahan hati bukan menjadi kaya dalam ketamakan. Kaya dalam solidaritas bukan
kaya dalam egoisme. Kaya dalam Tuhan bukan kaya dalam iblis yang merusak diri, sesama,
alam dan dalam relasi dengan Tuhan. Kaya dalam murah hati bukan keserakahan.
Mau dipangku Abraham waktu datang ke Surga, bermurah hatilah selama masih ada
waktu di atas planet ini.