“BUKAN KUPU-KUPU TAPI KELEKATU”
Yoel 2 : 12 –
18;
2Kor 5 : 20 –
6 : 2;
Mat 6 : 1 –
6. 16 – 18
Homili Rabu
Abu 13 Februari 2013
Dari St.
Maria Ursulin Surabaya Untuk Dunia
*P. Benediktus Bere Mali, SVD *
Di
antara sekian banyak serangga atau insek yang dikenal, saya sangat tertarik
dengan kelekatu atau laron. Menarik karena ketika pada musim hujan tiba, kelekatu atau laron muncul berarti tanda musim tanam dimulai. Yang
Paling menarik perhatian saya adalah ketika Kelekatu atau Laron berada di dalam
kegelapan malam. Kelekatu pasti beterbang meninggalkan kegelapan malam menuju
terang sinar lampu atau senter atau pelita.
Keunikan
Kelekatu atau Laron ini sangat berbeda dengan kehidupan kupu-kupu malam di
malam hari. Keunikan kupu-kupu malam
sangat menantang arus umum. Ketika
kegelapan malam yang bermula dari remang-remang hingga kegelapan yang paling
gelap, yang namanya kupu-kupu malam
mulai memancarkan senyumannya kemudian mengangkat kaki-kakinya berlangka berjalan
meninggalkan terang sinar menuju kegelapan dosa dan menikmatinya walaupun itu
sangat menyesatkan.
Dengan
kata lain, yang bernama kupu-kupu malam itu berjalan dari terang sinar menuju
remang-remang hingga tiba di dalam kegelapan malam yang paling gelap sebagai
habitatnya untuk menikmati dosa – dosa yang menyesatkan dan menghancurkan,
sebaliknya Kelekatu senantiasa berjalan meninggalkan kegelapan malam menuju
terang sinar yang memberikan kenyamanan baginya. Atau dapat dikatakan bahwa Kelekatu sangat
terganggu ketika berada dalam kekelaman malam dan keluar dari ketidaknyamanan
itu menuju kenyamanan yang ditemukan di dalam terang sinar. Sebaliknya Kupu –
kupu malam memang merasa nyaman di dalam suasana kegelapan sebagai medan
kenikmatan dosa baginya.
Rabu
Abu adalah pintu pertama Prapaskah dengan fokus sentral adalah pertobatan dalam
perspektif global. Pertobatan berarti perjalanan panjang dari beraneka kegelapan
dosa yang mematikan menuju terang sinar Kristus yang membangkitkan. Sebaliknya
pendosa senantiasa berjalan meninggalkan terang sinar Tuhan yang menghidupkan
menuju kegelapan dosa yang mematikan.
Secara
sangat indah bahwa bacaan-bacaan suci hari ini mewartakan pertobatan bagi kita
pada zaman ini, khususnya pada hari Rabu Abu ini. Dikatakan bahwa orang yang
bertobat itu adalah mereka yang berjalan meninggalkan setan sesat menuju Allah
untuk sampai pada tinggal dalam Allah yang menyelamatkan. Orang yang bertobat
itu adalah mereka yang berjalan meninggalkan konflik horisontal dan vertikal
menuju “memberi diri didamaikan dengan Allah” dan hidup dalam kedamaian
universal Allah. Orang yang bertobat itu adalah mereka yang berlangkah di jalan
meninggalkan kegelapan kemunafikan menuju terang sinar kejujuran dan ketulusan
dalam berpikir, berbicara dan bertindak.