YESUS
BERALIH
Homili
Kamis Putih
28
Maret 2013
Yes
12 : 1 – 8. 11-14
Mzm
116 : 12 – 13. 15 – 16bc. 17 – 18
1Kor 11 : 23 – 26
P.
BENEDIKTUS BERE MALI, SVD
Kita
pernah mendegar pepatah yang mengatakan “ Ada Banyak jalan menuju Roma”. Jalan
menuju kota abadi itu meliputi jalan udara, jalan darat dan jalan laut. Dengan kata lain kita beralih dari satu
tempat ke tempat yang lain melalui sebuah jalan sesuai dengan pilihan kita.
Kita bisa beralih dari satu pulau ke pulau lain melalui jalan darat, atau jalan
laut atau jalan udara. Misalnya kita bisa beralih dari Surabaya ke Denpasar
melewati salah satu jalan yang kita pilih, entah jalan darat, jalan laut atau jalan
udara.
Tetapi
selama di perjalanan itu orang yang sedang mengadakan perjalanan, memiliki
kebebasan untuk beralih dari jalan yang menyelamatkan melewati jalan yang
menyesatkan, sehingga tempat tujuan tidak dicapai atau berjalan dari jalan yang
menyesatkan kembali berjalan di atas jalan yang lurus menuju tujuan yang
dituju, meskipun agak terlambat, atau berjalan fokus mengikuti petunjuk jalan
yang lurus dan tepat sehingga cepat tiba di tempat tujuan. Kita diminta untuk
memilih di antara beberapa kemungkinan di atas, kita semua pasti memilih fokus
berjalan jalan lurus, jalan benar, yang memudahkan kita cepat tiba di tempat
tujuan dengan selamat.
Injil
hari ini sangat istimewa bagi saya pada saat saya menyiapkan homili Kamis
Putih. Kalimat awal Injil ini sangat menyentuh saya dalam
persiapan homili kamis putih. Kalimat pertama itu berbunyi sebagai barikut :
“Yesus beralih dari dunia ini kepada
Bapa”. Kalimat pertama ini setelah saya baca langsung muncul di dalam pikiran
saya bahwa sebelum Yesus beralih dari dunia ini kepada Bapa, Yesus telah
beralih dari Bapa ke atas dunia. Hal ini jelas kita temukan di dalam Injil hari
ini : “Yesus dari Allah dan akan kembali kepada Allah”.
Pertanyaan
yang muncul dalam pikiran saya adalah Yesus datang dari Allah dan kembali
kepada Allah melalui jalan yang mana? Apakah ada jalan yang sama yang dilalui
oleh Tuhan Yesus ketika Dia beralih dari Surga ke dunia, dan beralih dari dunia
ke Surga?
Yesus
beralih dari Surga ke Dunia melalui sebuah jalan. Jalan itu adalah jalan
kerendahan hati Bunda Maria. Santa Maria memberikan Rahim Kerendahan Hatinya sebagai
jalan yang dilalui Tuhan Yesus yang diutus Oleh Allah Bapa dalam Roh Kudus beralih ke
dalam dunia. Yesus adalah Allah yang telah menjadi manusia melalui jalan kerendahan hati
Maria yang mengandungnya berkat Roh
Kudus atas Rencana Allah Bapa di Surga untuk menyelamatkan dunia dan mengantar
manusia berjalan menuju kembali kepada Bapa
di Surga.
Sabda
dan Mujizat Yesus menyelamatkan semua lintas batas di dunia akan berakhir
dengan Yesus beralih dari dunia ini kepada Bapa di Surga. Peralihan dari dunia ini menuju kepada Bapa
di Surga melalui jalan yang pantas.
Jalan itu adalah jalan kerendahan hati.
Seperti apa jalan kerendahan hati dari dunia ke Surga? Yesus beralih
dari dunia ke Surga melalui jalan pembasuhan kaki para muridNya dalam Ekaristi
Kudus. Peristiwa ini adalah peristiwa yang sangat mengagetkan. Mengapa? Pembasuhan
kaki biasanya dilakukan oleh seorang isteri terhdap suaminya atau seorang hamba
terhadap tuannya, setelah tuan atau suami datang dari tempat jauh sebelum
memasuki rumah atau sebelum naik ke tempat tidur untuk beristirahat. Tetapi
tidak biasa pembasuhan kaki dilaksanakan sementara makan bersama atau sedang
Perayaan Ekaristi. Juga tidak biasa seorang tuan membasuh kaki hamba atau bawahannya atau
seorang suami membasuh kaki isterinya, atau seorang Guru membasuh kaki para
muridnya. Kekagetan itu muncul dalam protes Petrus tanda dia tidak mengerti
peristiwa Yesus membasuh kaki para muridNya. Yesus sendiri mengatakan kepada
Petrus bahwa dia tidak mengerti apa yang sedang dilakukan Tuhan Yesus yaitu
membasuh kaki para muridNya. Kelak Petrus akan mengerti.
Petrus
dalam keadaan pikirannya yang serba tidak menentu meminta Yesus membasuh kaki,
tangan dan kepalanya juga. Petrus berpikir bahwa kaki, tangan dan kepalanya
kotor sehingga perlu dibasuh oleh Tuhan Yesus. Petrus begitu progresif meminta
Yesus membasuh kaki, tangan dan kepalanya agar kepalanya berpikir sesuai
kehendak Tuhan Yesus, tangannya bekerja sesuai harapan Tuhan Yesus, kakinya
berjalan di jalan kerendahan hati yang dicontohkan Tuhan Yesus. Singkatnya
pembasuhan itu untuk membersihkan dan menyucikan para muridNya untuk layak
beralih dari dunia ini menuju kepada Bapa bersama Kristus dalam kata dan
perbuatannya. Pembasuhan itu bermakna besar bahwa dengan disucikan oleh air
kerendahan Hati Tuhan Yesus, dan kelak dengan Darah Suci Tuhan Yesus yang
mengalir dari SalibNya, setiap orang yang dibasuh dan mau bersih, layak
mengambil bagian di dalam Perjamuan Ekaristi dan Perjamuan Ekaristi Abadi bersama
Allah Tritunggal Maha Kudus di Surga.
Tetapi
Yudas Iskariot sekalipun tampak menyerahkan diri dibasuh oleh Tuhan Yesus
tetapi dia tidak mau bersih. Dia mengikuti ritus pembasuhan tetapi dia sendiri
tiada usaha untuk membersihkan diri dari dalam dirinya. Yudas memiliki
kebebasan untuk memilih menerima pembasuhan secara fisik tetapi secara
bathiniah dia tidak mau bersih. Yudas sekalipun ikut Ekaristi Kudus bersama
Yesus, bathinnya masih penuh dengan kefasikan rencana jahat untuk menjual
Yesus. Yudas membuka pintu hati kepada Iblis yang menuntunnya mengkhianati
Yesus. Tetapi Yudas menuntup pintu hatinya terhadap Kuasa Allah yang
menyelamatkan.
Kita
adalah para murid Tuhan Yesus pada zaman ini. Peristiwa pembasuhan kaki yang
dirayakan di dalam Kamis Putih ini memiliki makna yang besar. Kamis putih
berarti kita semua yang KaMis (Kaya –
Miskin) dibasuh oleh Tuhan Yesus dengan air kerendahan hati dan darah SuciNya
di Salib, agar kita selalu menjadi pribadi Kamis Putih. Kaya atau miskin (KaMis)
yang memiliki hati yang putih dalam Kata dan Perbuatan kita. Artinya kita menyangkal kebohongan pribadi, kebohongan
publik, kehongan terhadap Tuhan, dalam setiap langkah hidup kita dimana dan
kapan saja kita berada.
Kita
menjadi pribadi yang “berKamisputih” berarti kita senantiasa membuka diri
terhadap air kerendahan hati Tuhan Yesus yang mengalir masuk ke dalam medan
hati kita, membersihkan kita dari dalam, dari segala kebohongan terhadap diri,
sesama dan Tuhan sendiri. Kita juga rendah hati mau bersih dan dibersihkan oleh
Tuhan dan sesama sebagai tangan-tangan Tuhan yang mau membersihkan kita dikala
kita sendiri terjerat dalam ketidakberdayaan untuk membersihkan diri. Dengan
demikian kita sesungguhnya mau beralih
dari kebongan personal, sosial dan spiritual menuju kejujuran yang sejati dalam
nama Tuhan Yesus. Tuhan Yesus bersihkanlah
aku yang MAU bersih ini. Amin.