PERSOALAN
HIDUP: Hindari vs Hadapi
*P.
Benediktus Bere Mali, SVD*
Introduksi
Fokus
permenungan kita pada hari Minggu Paskah VI ini adalah Roh Kudus Penolong Kita.
Biasanya untuk orang memakai kata Parakleetos
untuk menyebut Roh Kudus. Para artinya dekat. Kleetos artinya menolong.
Parakleetos artinya yang dekat yang menolong.
Kita
ketika mengahadapi berbagai persoalan, kesulitan, Roh Kudus Sang Penolong
Sejati hadir secara nyata di dalam diri sesame di sekitar kita yang setia dan
tulus menolong kita untuk mengeluarkan kita dari kesulitan-kesulitan atau
persoalan-persoalan yang meliliti kita. Kita mengucapkan terimakasih kepada Roh
Kudus Penolong kita yang hadir di dalam diri sesame kita, dan kita berdoa bagi
mereka yang menghadirkan Roh Kudus Penolong lewat bantuan dan pertolongan kita.
Mereka itu adalah para pendidik, para formator, para pendoa, para donatur atau
semua saja yang senantiasa menolong kita, sehingga kita mengalami kesulitan dan
dibantu mencari solusi yang tepat sehingga kita hidup dalam damai SejahteraNya.
Homili
Hari Jumat Pertama tanggal
3 Mei 2013 yang lalu, saya meminjam Buku
Psikologi Klinis, Menyembuhkan Luka Batin selama bebera saat dan saya membaca
beberapa alinea yang sangat menarik dan menyentuh saya. Bukua itu memberikan
pemahaman kepada pembaca tentang persolan hidup yang senantiasa mewarnai
perjalanan hidup setiap anak manusia. Persolan itu bisa datag dari luar diri
manusia. Persolana itu juga bisa datang dari dalam diri manusia. Persoalan itu
bisa sifatnya persoalan pribadi. Persoalan itu juga bisa sifatnya persoalan
bersama. Orang yang mengalami persoalan pribadi ataupun persoalan bersama, bisa
saja melahirkan dua sikap ini. Orang bisa saja menghindari persoalan pribadi
dan persoalan bersama. Tetapi orang juga bisa secara tegas dan pasti menghadapi
persoalan pribadi ataupun persoalan bersama.
Buku itu menawarkan kepada setiap
pebaca bahwa yang ideal adalah ketika ada persoalan, orang berani mengahadapi
persoalannya. Maka tepat apa yang dikatakan oleh Misionaris SVD di Pulau Dewata, P. Simon Buis
SVD: “Difficulties Exist to be Overcome”.
Artinya Kesulitan ada untuk diatasi. Kesulitan ada untuk diselesaikan.
Kesulitan ada untuk dicari solusinya.
Bacaan Pertama hari ini menampilkan
kehidupan Gereja Perdana sebagai Gereja yang balita, mengalami beraneka
persoalan internal, antara anggota Gereja Kristen Perdana yang berasal dari
latarbelakang berbangsa Yahudi dengan orang-orang yang berlatarbelakang
berbangsa Yunani atau berasal dari
bangsa-bangsa lain. Orang-orang Kristiani yang berasal dari bangsa Yahudi,
masih sangat berpegang teguh pada Hukum Musa, yang mengatakan bahwa Hanya Orang
bersunat yang diselamatkan. Orang tidak bersunat tidak diselamatkan. Warta
orang Yahudi kepada orang Yunani yang sama-sama sudah tinggal di dalam satu
Perahu Gereja Kristiani itu, tentu saja melahirkan “Rasa Tersinggung”
orang-orang Kristiani yang berasal dari bangsa-bangsa lain yang tidak bersunat.
Tensi konflik di dalam komunitas Gereja perdana pun tentu saja semakin lama
semakin meningkat.
Mengahadapi persoalan internal Gereja
Perdana itu, Para Rasul berdoa memohon bimbingan dan Pertolongan Roh Kudus
sebagai Roh Penolong, agar membantu mereka dalam usaha menyelesaikan kesulitan
internal yang sedang melanda komunitas Gereja Perdana sebagai umat Kristiani
yang sangat balita. Karya Roh Kudus menjadi nyata dan hadir di dalam usaha para
rasul dan para penatua dalam usaha mereka menyelesaikan konflik Gereja Perdana
itu. Mereka bersama Roh Kudus Penolong, memutuskan bahwa : Keselamatan Allah
itu Universal untuk semua orang baik yang bersunat maupun yang tidak bersunat.
Para Rasul dan Para Penatua
mensosilisasikan mensosialisasikan keputusan baru itu untuk memurnikan iman
kepada Roh Kristus yang telah bangkit, yang membawa keselamatan kepada semua orang tanpa membeda-bedakan, di
dalam perbedaan sebagai pelangi kehidupan yang indah yang mewarnai dan
menghiasi kehidupan jemaat Kristiani Gereja Perdana.
Para Rasul dan Para Penatua adalah
unggul dalam memanajemen konflik dalam komunitas Gereja Perdana, menjadi model
bagi kehidupan komunitas kita dimana saja kita berada dan kita hidup. Mereka
ketika ada konflik dan mengalami konflik dalam komunitas, melihat itu sebagai
persoalan bersama. Maka mereka duduk bersama dan dalam bimbingan Roh Kudus
Penolong, memutuskan solusi bersama, untuk kebaikan bersama. Kita pun mengikuti
contoh baik pengalaman para rasul dan para penatua dalam memanajemen konflik itu, di dalam kehidupan komunitas kita
masing-masing. Seperti para Rasul dan Para Penatua yang menghadapi konflik
internal komunitas Gereja Perdana, demikian kita juga kita semestinya tidak
menghindari persoalan pribadi atapun persoalan bersama, tetapi berani dan tegas
menghadapi persoalan untuk mencari akar persoalan, agar temukan solusi pada
akarnya.
Homily Minggu
Paskah VI
5 Mei 2013 di
Soverdi Surabaya
Kis 15 :
1-2.22-29
Mzm 67
Wyh 21 : 10 –
14.22-23
Yoh 14:23 – 29
http://youtu.be/oOItN-Zcxsw