PENDUDUK
: Ilegal vs Legal
*P.
Benediktus Bere Mali, SVD*
Kita
sebagai penduduk dunia, kelegalan kita dan ketidaklegalan keberadaan kita
ditandai oleh beberapa persyaratan yang semestinya dipenuhi dan dimiliki.
Penduduk legal memiliki persyaratan tertentu. Seorang yang terpanggil menjalani
kehidupan berkeluarga memiliki akte atau sertifikat nikah sipil maupun nikah
Gereja. Seorang yang terbaptis dalam Gereja Katolik memiliki Surat Baptis dan
namanya tercatat di dalam Buku Baptis Parokinya. Seorang imam seperti saya yang
memimpin Perayaan Ekaristi ini memiliki Sertifikat Tahbisan Imam yang
ditandatangani oleh Uskup yang yang menahbiskan saya. Seorang yang hendak
bepergian ke luar negeri memiliki Pasport dan Visa. Sebaliknya orang yang tidak
memiliki syarat-syarat di atas, dia akan digolongkan ke dalam penduduk ilegal.
Penduduk
Surga pun memiliki persyaratan tertentu.
Namanya tercatat di dalam Kitab Kehidupan. Syarat nama tercatat di dalam Buku
Kehidupan adalah kesetiaan dalam suka dan duka kepada Tuhan Yesus. Kitab Masmur
69 : 29 mengatakan bahwa orang yang setia kepada Tuhan namanya tercatat di
dalam Kitab Kehidupan. Kitab Keluaran 32 : 32 - 33 mengatakan bahwa orang yang
tidak setia dan tenggelam dalam dosa, namanya terhapus dari Kitab Kehidupan.
Kita
semua terlibat aktif di dalam Kegiatan Spiritual dengan satu tujuan yaitu menabung perbuatan
baik berdasarkan kehendak Allah yang menjadi manusia di dalam nama Tuhan Yesus,
agar nama tercatat di dalam Kitab Kehidupan, sebagai bukti legal untuk masuk ke
dalam Rumah Bapa di Surga dan menjadi Keluarga Allah. Mengapa setia kepada Tuhan Yesus untuk masuk
ke dalam wilayah penduduk Surga, menjadi penduduk anggota keluarga Rumah Bapa
di Surga?
Yohanes
14 : 6 mengatakan bahwa Yesus adalah jalan, kebenaran dan hidup. Yesus adalah
jalan dari dunia ke Surga. Kita tidak pernah melihat satu jalan fisik dari terminal dunia langsung
menuju Surga. Kita tidak pernah melihat satu bandara dunia yang mendaratkan
sebuah pesawat khusus dan istimewa yang secara langsung menerbangkan seorang
dengan take off dari bandara di atas dunia langsung landing di bandara Surga.
Kita juga tidak melihat satu kapal laut yang melayarkan seorang manusia secara
langsung dari satu pelabuhan di atas planet bumi ini menuju kepada pelabuah
surga. Kita juga tidak pernah melihat seorang yang dibawa oleh Kreta Api dari
stasiun di atas bumi ini menuju stasiun
di Surga. Kalau dari atas Bumi ini berjalan menuju Surga tidak melewati
jalan darat, laut dan udara, maka jalan apa yang dilewati? Jalan utama yang dilewati
dari dunia ke Surga adalah Jalan Tuhan Yesus. Mengapa Jalan Tuhan Yesus adalah
jalan ke Rumah Bapa di Surga? Yesus adalah jalan utama ke Surga (Yoh 14:6).
Dalam nama Yesus ada Keselamatan (Kis 4:12).
Yesus
adalah Jalan Ke Surga. Yesus berasal dari
Kerahiman Allah Bapa di Surga menuju dunia melewati Rahim Bunda Maria
yang mengandung dan melahirkanNya ke dunia kemudian hidup dan berkarya
menyelamatkan semua manusia langgar batas yang percaya kepadaNya. Puncak karya
keselamatan adalah dengan memberikan seluruh diriNya kepada keselamatan semua
orang langgar batas yang percaya kepadaNya. Yesus hidup, berkarya dalam Sabda
dan mujizat, diterima tetapi ada yang membenci. Puncak kebencian kepadaNya
adalah menyalibkanNya di kayu salib, wafat dan dimakamkan ke dalam Rahim Bumi
atau Rahim Ibu Pertiwi. Yesus tinggal di dalam Rahim Bumi selama Tiga Hari,
kemudian bangkit pada Hari Ketiga, lalu mengadakan penampakan secara
berkali-kali kepada Para MuridNya untuk menyembuhkan kembali luka bathin yang
hebat yang dialami para Rasul karena kematian tragis Yesus Guru mereka.
Kemudian pada hari yang empat puluh, Yesus naik ke Surga kembali ke Kerahiman
Allah Bapa di Surga.
Jalan
Yesus ke Surga adalah Jalan model terbaik bagi kita berjalan menuju Surga. Kita
pun melewati JalanNya sebagai jalan kita ke Surga. Kita dari Kerahiman Allah
Bapa di Surga, ke dunia dalam Rahim Biologis ibu kita, yang mengandung dan
melahirkan kita. Kita hidup dan berkarya untuk melayani sesama agar sesama
mengalami kehadiran kita yang membawa berkat bukan menyalibkan sesama. Kemudian
pada titik Batas yaitu Kematian, kita masuk ke dalam Rahim Ibu sebelum masuk ke
dalam Kerahiman Allah di Surga.
Kita
mengharapkan usia panjang dan abadi di atas bumi ini. Kita berencana menyogok Tuhan untuk membeli
kehidupan pada Allah Sang Pemilik kehidupan di atas bumi ini. Tetapi Tuhan
tidak mau disogok untuk terus menerus memberikan kehidupan selamanya kepada
kita di atas planet bumi ini dengan berbagai alasan manusiawi. Kalau Tuhan bisa
disogok maka yang hidup di dunia ini hanyalah orang-orang yang kaya dan
berduit. Tuhan menampakan keadilanNya dalam Kematian setiap orang baik kaya
maupun miskin. ***
Yoh
14: 1-6
Why 20 : 11 – 15
Perayaan Ekaristi dengan Intensi
Keselamatan Abadi bagi Ibu Dayati dan Bapak Pius Wuryanto, di Rumah Keluarga
Bapak Agustinus Widyatmoko, Lingkungan St. Agustinus dengan Ketua Lingkungan
: F. Ellen I, Wilayah VI St. Agustinus dengan Ketua Wilayah : L.Widiastuti,
Paroki St. Stefanus Surabaya dengan Pastor Kepala Paroki : RD.ST.KHOLIK
KURNIADI, PR. Senin 6 Mei 2013 Pukul 19.30
WIB - 20.30 WIB.
http://youtu.be/6Qeeul-4ElQ