TRITUNGGAL MAHA KUDUS :
SATU UNTUK MISI
Hari Raya Tritunggal
Maha Kudus, 15 Juni 2014
*P. Benediktus Bere
Mali, SVD*
Telinga kita sudah cukup akrap dengan
semboyan atau moto Amerika Serikat “E
Pluribus Unum” dan moto Indonesia “Bhineka
Tunggal Ika”. E Pluribus Unum dari bahasa Latin
dan secara harafiah
berarti: "Dari banyak menjadi satu".
Secara konseptual
ini agak berbeda dengan moto Indonesia; Bhinneka Tunggal Ika, yang bisa diartikan
bahwa “perbedaan itu manifestasi daripada keesaan”. Satu pesan yang saya ambil dari dua moto tersebut
adalah perbedaan itu dipandang secara positif bukan secara negatif atau perbedaan itu berkat sedangkan pembedaan itu
kutuk. Kalau pembedaan yang ditonjolkan,
maka hal itu mengantar orang menganggap dirinya lebih baik, lebih benar,
diselamatkan sedangkan yang lain dipandang salah, buruk, kafir, musuh yang
harus ditiadakan; tetapi kalau perbedaan itu dipandang sebagai berkat maka keanekaan
budaya, kemampuan, bakat, talenta, potensi, keunggulan setiap pribadi adalah
kekayaan yang dapat diatur dan disatukan untuk membangun kehidupan bersama yang
baik, benar, adil dan damai tanpa diskriminasi tertentu. Perbedaan sebagai
berkat inilah menjadi fokus perhatian sekaligus jiwa moto tersebut, yang
memberi roh atau spirit bagi perilaku manusia yang memiliki moto tersebut.
Komunitas Tritunggal Maha Kudus terdiri dari Bapa Pencipta yang
kreatif menciptakan, Putera yang menyelamatkan, dan Roh Kudus yang melanjutkan,
dan ketiganya bersekutu dalam kesempurnaan dan keutuhan cinta Kasih sejati,
untuk bermisi kepada semua manusia agar Allah Tritunggal Maha Kudus hidup di dalam hati semua manusia.
Hati manusia yang dipenuhi Allah Tritunggal Maha Kudus adalah pribadi manusia
yang berperilaku menyesuaikan diri dengan lingkungan Allah Tritunggal Maha
Kudus, yaitu kehadirannya secara kreatif menciptan suasana yang baru bagi
sesama untuk lebih bersemangat hidup; kehadirannya untuk menyelamatkan semua
orang bukan menghancurkan atau mematikan; kehadirannya melanjutkan yang baik,
benar, adil dan damai bukan yang buruk, yang salah, yang tidak adil dan
kekerasan.
Bacaan pertama menampilkan Allah Tritunggal Maha
Kudus dalam awan dan menampakan diri kepada Musa yang mengenal Allah itu sebagai pengasih dan penyayang,
panjang sabar dan penuh kasih setia-Nya, terhadap tegar tengkuk bangsa Israel
di hadapan Allah. Bacaan kedua
menampilkan usaha manusia untuk sempurna dan hidup dalam damai sejahtera
senantiasa diberkati oleh Tuhan Yesus. Yesus hadir dalam diri manusia yang
hidup berjuang menuju kesempurnaan dan damai sejahtera. Bacaan Injil
menampilkan Kasih Allah yang sempurna kepada manusia dengan mengutus Yesus ke
dunia untuk memberi kehidupan yang kekal kepada manusia. Allah mengutus anakNya
ke dunia untuk menyelamatkan bukan menghakimi. Setiap manusia yang membuka hati
dan pikiran menerima Yesus yang datang ke dalam dirinya untuk membawa hidup dan
keselamatan, maka ia memperoleh hidup yang kekal.
Kita hidup dalam keanekaragaman budaya, suku,
agama dan latarbelakang. Keanekaan ini sebagai berkat dari Tuhan. Keanekaan itu
dipandang sebagai berkat maka kita akan berperilaku menyesuaikan diri dengan
keanekaan sebagai berkat. Artinya kita bertindak menyatukan berbagai potensi
positif yang berasal dari keragaman itu diatur dan disatukan untuk membangun
kebaikan hidup bersama yang dicita-citakan bersama. Pola kognitif yang sama
dalam keanekaan mengantar manusia berafeksi psositif terhadap perbedaan dan
selanjutnya berperilaku positif dalam lingkungan keanekaraman sebagai sebuah
warna pelangi indah yang menghiasi kehidupan bersama. Dengan itu kita memberi
kesaksian kepada dunia bahwa dalam diri kita Hidup Allah Tritunggal Maha Kudus.
Waktu saya ujian universum, pertanyaan pertama yang perlu saya jawab adalah:
Apakah Allah Roh Kudus itu beda dengan Allah Putera dan Allah Bapa? Saya
menjawab : Allah Roh Kudus, Allah Putera dan Allah Bapa tidak Beda tetapi Sama
dan SATU. Jawaban itu tepat dan benar. *