MENCARI KEJUJURAN YANG HILANG
(Yes 40:1-11; Mat 18:12-14)
Kotbah Misa Harian, Selasa 11 Desember 2012
Dari Surabaya Untuk Dunia
P. Benediktus Bere Mali, SVD
Dalam konteks Indonesia, membaca judul renungan di atas, ada
dua pertanyaan yang muncul di dalam benak
kita. Apa yang hilang dari para pemimpin Indonesia pada saat ini? Siapa yang mencari yang hilang itu? Media
cetak dan media elektronik mengatakan bahwa yang hilang dari Indonesia pada
saat ini adalah kejujuran. Mengapa? Korupsi yang semakin banyak dibicarakan dan
ditulis di dalam media cetak dan media elektronik, lahir dari prilaku manusia
yang korup. Pencari kejujuran yang hilang adalah bangsa Indonesia atau rakyat
Indonesia. Pencari kejujuran yang telah hilang itu dapat ditemukan kembali di
dalam pemilihan pemimpin jujur pada setiap pilkada. Betapa bahagianya seluruh
rakyat Indonesia, mencari dan menemukan kejujuran dalam diri pemimpin yang
terpilih.
Bacaan Injil hari ini menampilkan pemimpin yang sejati.
Dia mengutamakan kesempurnaan dan keutuhan dalam memimpin yang
dipimpinnya. Dia berusaha mencari dan menemukan hal-hal apa saja yang membuat
kepemimpinannya dari hari ke hari semakin sempurna dan lengkap. Pemimpin yang
sejati yang mencari dan menemukan yang hilang
itu dilukiskan di dalam perumpamaan tentang domba yang hilang. Seseorang mempunyai 100 ekor domba, symbol
keutuhan atau kesempurnaan. Ketika
hilang seekor maka kesempurnaa itu berkurang.
Seekor yang hilang itu dicari. Setelah menemukannya, si penemu membawanya dengan penuh
sukacita ke dalam kandangnya sehingga
kembali menjadi 100 ekor, symbol kesempurnaan.
Asal dan sumber pemimpin yang
sejati adalah Allah sendiri. Kesempurnaan
adalah Tuhan yang kita imani.
Hidup dalam Allah adalah hidup dalam kesempurnaan. Ketika kesempurnaan kita itu
jauh atau berkurang karena dosa dan salah kita, maka Tuhan mencari dan
menemukan kembali kita melalui pertobatan kita. Kita menjadi pribadi yang
kembali bersekutu dengan Allah sumber kesempurnaan, ketika kita bertobat dari
kesalahan dan dosa yang kita lakukan. Bertobat berarti kita meratakan kembali
jalan hati yang berlubang-lubang, dan meluruskan kembali jalan hati yang
berkelok-kelok. Allah bersukacita atas pertobatan kita. Pertobatan itu mengantar
kita kembali hidup dalam Allah sebagai pemimpin yang sempurna.
Kita pada saat ini kehilangan
seorang pemimpin yang sempurna dan jujur. Kita mengharapkan pemimpin yang tanpa
korup. Di sisi lain kita sendiri pun adalah pemimpin untuk diri sendiri. Mengharapkan
pemimpin yang jujur, harus dimulai dari diri kita sendiri. Ketika kita sendiri
menjadi orang jujur dalam berelasi dengan diri, sesama dan Tuhan, itulah bukti
dan tandanya bahwa kita telah meratakan jalan hati bagi kedatangan Tuhan pada
hari Natal dan pada akhir Zaman, yang
datang secara tiba-tiba. Ketika itu juga, kita telah menemukan kembali
kejujuran yang telah hilang, bukan di tempat yang jauh, tetapi di dalam diri
kita sendiri.
http://www.facebook.com/notes/beny-mali/mencari-kejujuran-yang-hilang/10151200519053598