GEREJA ADALAH SAKRAMEN
(P. Benediktus Bere Mali, SVD)
Orang menjadi Katolik melalui pintu
sakramen Baptis. Masuk pintu Gereja Katolik dan di dalamnya, seorang yang
menjalani panggilan hidup berkeluarga, menerima sakramen pernikahan Katolik.
Seorang imam menerima sakramen imamat. Orang yang sudah dewasa imannya menerima
sakramen krisma. Orang sakit menerima sakramen orang sakit. Orang berdosa
menerima sakramen tobat. Orang Katolik setiap hari makan untuk mempertahankan
hidupnya. Demikian juga orang Katalik setiap hari makan makanàn rohani untuk
memperoleh hidup abadi. Sakramen Ekaristi adalah meja makan rohani setiap hari
untuk kehidupan yang abadi.
Pertanyaan kita adalah apa itu sakramen?
Sakramen adalah tanda dan sarana keselamatan. Setiap orang yang menerima
sakramen menjadi tanda sarana keselamatan untuk diri sendiri, sesama, dan alam
sekitar.
Keselamatan itu dimulai darimana? Menyelamatkan
mulai dari yang sederhana dan konkret dapat dilaksanakan setiap waktu dan
setiap saat serta di setiap tempat. Salah satunya adalah mendoakan sesama untuk
keselamatannya. Doa kita, iman kita, kepercayaan kita adalah untuk menyelamat
diri, sesama, dan alam sekitar.
Fondasinya adalah hidup akan
janji-janjiNya yang menyelamatkan. Yesus adalah satu-satuNya jalan keselamatan
eskatologis. Yesus adalah jalan keselamatan present, kini dan disini. Menjadi kenyataan
apa yang disampaikan di dalam doa Yesus "Jadilah
kehendakMu di atas bumi seperti di dalam surga". Doa ini menyatakan
secara tegas bahwa kehendakNya di dalam Surga, keselamatan eskatologis sudah
dan telah dimulai di dalam realitas hidup kita setiap hari dan setiap tempat.
Kehendak Allah sudah dan sedang dimulai kini dan di sini.
Yudas Makabe panglima pasukan perang
berpegang teguh pada janji Tuhan. Barangsiapa hidup saleh dalam Tuhan akan
mengalami keselamatan eskatologis.
Maka mereka yg tidak disiapkan secara
rohani, kemudian mati di dalam konteks peperangan, harus dibantu dalam dan
lewat doa-doa dan intensi misa di Gereja dalam Ekaristi.
Kita temukan di dalam 2Makabe 12: 43 -
46. Atas dasar inilah kita selalu mendoakan orang yang telah meninggal.
Juga karena Gereja ziarah, gereja jaya
dan gereja menderita adalah satu. Keutuhan ketiga sifat Gereja itu tertuang di
dalam saling membantu satu terhadap yang lain untuk tetap selamat dan
senantiasa jalan di jalan Tuhan sendiri, dengan taat pada rambu rambu lalu
lintas Tuhan sendiri.
Gereja Ziarah sedang berjalan di atas
dunia ini mengalami jatuh dan bangunnya. Supaya tetap kokoh berjalan di jalan
Tuhan dengan segala rambu lalu lintas Tuhan yang ada dan berlaku untuk keselamatan
manusia, maka perlu dukungan doa dari para kudus di surga yang telah menjadi
anggota gereja jaya.
Doa orang kudus pasti penuh daya bagi
keselamàtan manusia sebagai gereja yang sedang berziarah. Gereja yang menderita
atau berjuang adalah orang yang telah meninggal dunia tanpa persiapan rohani,
mentinggalkan dunia, dengan masih dililiti dosa dan salah.
Kekotoran tubuh rohani akibat dosa yang
tak sempat terampuni karena tanpa persiapan menyongsong kematiannya, perlu
pertolongan dan bantuan untuk dibersihkan.
Mereka sendiri telah meniggal menerobos
masuk tirai batas antara gereja ziarah dan gereja jaya. Mereka sendiri berada
di ruangan antara gereja ziarah dan gereja jaya, yang dibatasi oleh tirai
pembatas.
Mereka tidak dapat kembali melewati
tirai batas itu untuk ke dunia kembali menjadi anggota Gereja, untuk
membersihkan dosa dan salahnya.
Mereka juga tidak atau belum dapat
menerobos lewat tirai batas menuju gereja jaya di surga.
Bantuan yang dapat membersihkan mereka
dari tubuh rohani mereka yang kotor adalah, kontak kita dengan mereka, dan
kontak gereja jaya dengan mereka. Pusat atau media kontak itu adalah doa-doa
kita. Kesatuan dalam doa Ekaristi yang dirayakan setiap hari bahkan setiap jam
di seluruh belahan dunia, bahkan setiap detik, adalah kesempatan istimewa yang
disumbangkan, bahkan lebih dari itu adalah sumbangan istimewa bagi pembersihan
noda dosa yang meliliti tubuh rohani anggota Gereja Menderita di api penyucian.
Doa dan Ekaristi adalah sarana utama
untuk keselamatan gereja menderita. Pembersihan dosa dan salah mereka dalam doa
dan Ekaristi adalah kesempatan istimewa bagi mereka untuk keluar dari Gereja
Menderita menjadi Gereja Jaya di Surga.
Dengan demikian, anggota gereja menjadi
bertambah untuk menjadi pendoa bagi kita sebagai gereja ziarah dan gereja
menderita, bertambah jumlahnya.
Ini artinya sejarah Gereja tetap hidup
dan selalu berjalan di atas jalan menuju Kerajaan Surga. Karya Gereja terus ada
dan tetap ada dan tidak pernah akan berakhir.
Gereja itu adalah Sakramen. Gereja
adalah tanda dan sarana keselamatan dunia, sesama dan alam sekitar serta diri
sendiri.
Apakah dalam setiap panggilan, orang
menjadi sakramen bagi dunia, bagi sesama, bagi diri sendiri?
Apakah di dalam setiap profesi yang kita
kembangkan, kita menjadi sakramen yaitu tanda dan sarana keselamatan bagi
dunia, sesama, diri sendiri?
Menjadi sakramen adalah panggilan orang
Katolik, bukan sebuah profesi. Sebuah panggilan akan terus berlangsung selama
hidupnya. Sebuah profesi ada batas masa berlakunya.
Maka seorang katolik menjadikan dirinya
sebagai sakramen adalah sebuah panggilan hidup untuk selamanya, dalam semua
tempat dan situasi serta dalam segala waktu.
GEREJA ADALAH SAKRAMEN.
Gereja adalah Tanda dan Sarana Keselamatan