ADA JALAN ALTERNATIF KE TUJUAN
Jumat 18 Januari 2013
Ibr 4 : 1– 5, 11, Mrk 2:1-12
Homili Misa di Biara St.Maria
Jl. Dharmo – Surabaya
P. Benediktus Bere Mali,
SVD
Apa
perasaan Anda ketika Anda secara tiba-tiba mendapat telephone dari Rumah, bahwa
orang tua Anda sedang sakit kritis? Di samping ada rasa panik dan cemas, anda
akan berjuang mencari dan menemukan
berbagai jalan alternatif untuk memberikan kesembuhan kepada orang tua yang sakit kritis. Ketika
sebuah jalan tidak dapat memberikan kesembuhan, ada jalan alternatif lain yang
ditempuh untuk memberikan yang terbaik kepada orang tua yang sakit kritis.
Ada
empat pemuda yang menghadapi sahabatnya yang sakit lumpuh. Mereka telah
menemukan berbagai jalan untuk memberikan yang terbaik kepada kesembuhkan
sahabatnya yang lumpuh itu. Jalan alternatif terbaik yang mereka temukan dan
ini adalah jalan alternatif final yaitu mereka berempat bekerja sama menggotong
si lumpuh itu dan mengantarnya kepada Yesus sang penyembuh yang sangat
diharapkan.
Mereka
membawa Si Lumpuh itu kepada Yesus, selama berjalan di jalan menuju Yesus bukan
melawati jalan tol tanpa hambatan.
Penghambat itu adalah para pendengar pengajaran Yesus yang menutupi
jalan masuk kepada Yesus.
Ribuan
massa yang menghalangi jalan ke Yesus, tidak membuat para pengantar Si Lumpuh
itu mengalami putus asa. Mereka dalam kesulitan dan halangan itu, masih berpikir
kreatif, menciptakan jalan alternatif dalam perjalanan mereka menuju dan tiba
di hadapan Yesus. Jalan itu adalah mereka naik ke atas atap rumah, membuka atap
rumah, lalu menurunkan si Lumpuh persis di depan Yesus yang sedang
mengajar banyak orang yang mengerumuniNya.
Apakah
Yesus marah? Apakah Yesus kaget? Tidak, Yesus memberikan apresiasi yang
mendalam kepada keempat orang yang berjuang dan dengan tulus hati membawa orang
sakit lumpuh kepadaNya. Iman mereka itulah memberikan kesembuhan kepada si
lumpuh. Iman mereka itulah yang melahirkan
mujizat.
Ada
dua mujizat yang terjadi atas orang lumpuh itu berkat iman keempat orang yang
menjadi pengantar orang lumpuh kepada Yesus. Penyembuhan rohani yang dialami si
lumpuh, terungkap dalam Sabda Allah :”Dosamu sudah diampuni.” Mujizat
penyembuhan fisik tampak dalam Sabda Allah :”Bangunlah dan berjalanlah”.
Iman
kita berdampak sosial. Upaya tulus hati
kita mendoakan sesama, menolong sesama adalah wujudnyata bahwa kehadiran kita
adalah penyelamatan bagi sesama bukan
penyesatan.