“ORANG
HEBAT JATUH JUGA”
Homili
Selasa 26 Maret 2013
Yes
49 : 1-6
Mzm
71: 1-2.3-4a.5-6a.15-17
Yoh
13: 21 – 33.36-38
P.
BENEDIKTUS BERE MALI, SVD
Ada
banyak orang yang hebat. Pada kesempatan ini fokus permenungan kita pada orang
hebat di dalam kehidupan religius. Mereka yang termasuk orang hebat di dalam
kehidupan religius adalah ekonom religius dan pemimpin religius. Apa perbedaan
antara ekonom religius dengan pemimpin religius? Perbedaannya terletak di dalam
penjelasan ini. Ekonom religius senantiasa kreatif menggandakan keuangan
kehidupan religius dalam spirit nilai-nilai misi Allah yaitu keadilan,
kejujuran, transparansi, kebaikan, kebenaran serta keselamatan yang lahir dari misi Allah. Sedangkan
pemimpin religius senantiasa menuntun anggota-anggotanya berjalan di atas misi
Allah berdasarkan kekuatan yang mengalir dari Allah sendiri dalam melaksanakan
karyaNya yang menyelamatkan semua manusia melintas batas.
Injil
hari ini menampilkan dua orang hebat di dalam kehidupan komunitas dua belas
rasul. Kedua orang hebat itu adalah ekonom dan pemimpin dalam kelompok dua
belas rasul. Yudas adalah ekonom religius para murid sedangkan Petrus adalah
ketua kelas dua belas rasul. Ekonom bisa
bekerja berdasarkan spiritualitas kehidupan religius atau bisa ada kemungkinan
yang besar untuk ekonom bekerja sesuai kehendaknya sendiri yang bisa
menyesatkan dirinya dan seluruh perjalanan anggota komunitas. Ternyata berdasarkan pengalaman perjalanannya
sebagai ekonom, dia bekerja bukan berdasarkan spiritualitas kehidupan religius
tetapi berdasarkan keinginan pribadinya sendiri. Hal itu terbukti di dalam
pekerjaannya sebagai ekonom yang korupsi uang kehidupan bersama dan menjual
kemiskinan orang kecil untuk memperkaya diri sendiri. Petrus pun menjadi ketua kelas kelompok
religius dua belas rasul berjalan di atas jalan yang labil. Pemimpin yang masih
belum yakin betul meletakkan kekuatan kepemimpinannya di atas dasar iman kepada
Tuhan Yesus. Petrus menyangkal Tuhan Yesus di saat sulit dan deritaNya untuk
keselamatan bersama banyak orang lintas batas. Masih ada mencari rasa aman
untuk diri sendiri di dalam kepribadian Petrus sebagai pemimpin religius.
Motivasi Petrus menjadi pemimpin religius semestinya melalui dan melewati
sebuah ongoing formation yang tidak
mengenal usia dan jabatan dan waktu.
Pertanyaan
yang muncul adalah mengapa kedua orang hebat
yaitu ekonom dan pemimpin itu “jatuh” di dalam mengikuti Tuhan Yesus?
Seseorang jatuh dalam sebuah perjalanan panggilan tentu karena ada sesuatu yang
tidak beres di dalam perjalanan panggilannya, yang membuat dia jatuh di tengah
jalan. Kejatuhan itu bisa datangnya dari luar diri atau bisa juga datangnya
dari dalam diri sendiri. Kejatuhan Yudas Iskariot dan Petrus itu penyebabnya
datang dari dalam diri mereka sendiri. Penyebab itu adalah mereka menjauhkan
diri dari pusat kekuatan mereka dan berdiri di atas sebuah dasar yang rapuh
sehingga mereka tergelincir dan jatuh. Mereka meninggalkan kekuatan Tuhan Yesus
dalam doa dan Ekaristi. Yudas meninggalkan Yesus menuju dosa kegelapan malam
setelah menerima Roti Ekaristi dari Tuhan Yesus. Petrus sekalipun menerima
Ekaristi, tetapi ketika Yesus menderita untuk kepentingan banyak orang,
menyangkal Tuhan Yesus. Yudas berjalan
menuju kegelapan dosa dibawah bimbingan iblis yang mendorong dia menjual Tuhan
Yesus dengan harga yang murah untuk kepentingan dan kekayaan dirinya sendiri,
yang bukan menyelamatkan dirinya tetapi menghancurkan dirinya. Puncak kekayaan
pribadi yang menghancurkan dirinya dalah dia mati karena membunuh dirinya
sendiri. Artinya Yudas Iskariot mengkhianati Yesus sampai mati. Sedangkan
Petrus setelah menyangkal Yesus kemudian sadar akan kesalan dan dosa
penyangkalannya lalu berbalik berjalan meninggalkan kegelapan dosa penyangkalan
Tuhan, menuju perjalanan di atas jalan Tuhan dan tinggal di dalam jalan Tuhan
sebagai Pemimpin Gereja Pertama yang diteruskan untuk selama-lamanya dalam diri
Paus penggantinya. Sebuah kepemimpin
religius untuk kepentingan dan keselamatan banyak orang lintas batas, yang dirindukan
oleh semua golongan langgar batas.
Kita
adalah orang-orang yang hebat di dalam perjalanan panggilan hidup kita pada
zaman ini. Dari segi sarana dan prasarana, kita didukung untuk menjadi orang
hebat di dalam perjalanan panggilan Tuhan. Kehebatan kita itu akan tetap
berdiri kokoh di tengah badai dan gelombang hebat duniawi yang lebih dekat
dengan kuasa, materi dan nama, jikalau kita berpegang teguh pada kekuatan utama
panggilan kita yaitu kekuatan spiritual yang lahir dari rahim Doa yang
berpuncak di dalam Ekaristi.