Kotbah Misa Harian, Senin 26 November 2012



MEMBANTU DARI KEKURANGAN

Why 14:1-3.4b-5; Luk 21:1-4
Kotbah Misa Harian
Senin 26 November 2012
Di Soverdi Surabaya

P. Benediktus Bere Mali, SVD



Manusia adalah makluk saling membantu. Ayah membantu ibu dan ibu membantu ayah. Orang tua membantu anak-anak dan anak-anak membantu orang tua. Para pendidik membantu anak didik menjadi orang yang terdidik, dan anak didik membantu pendidik dengan mendengarkan pendidik. Petani membantu sesama dengan hasil pertanian dan sesama membantu membeli hasil pertaniannya. Majikan membantu bawahannya dengan gaji yang cukup dan layak dan bawahan membantu mengerjakan pekerjaan majikan atau perusahaan majikan. Pastor membantu umat dan umat membantu imam.



Kehadiran dan keberadaan manusia senantiasa diwarnai dengan adanya pertolongan sesama sekitar. Apakah manusia merasa memiliki lebih baru membantu sesama? Apakah manusia memberikan subsidi setelah dirinya memiliki kelebihan? Apakah dalam kekurangan pun manusia terpanggil untuk memberikan bantuan dan pertolongan kepada sesama? Bagaimana seharusnya membantu sesama?



Tuhan menghendaki manusia memberikan dari apa yang dimilikinya. Tuhan tidak memaksakan orang memberikan apa yang tidak dimilikinya. Tetapi Tuhan tidak menghendaki orang memberikan bantuan atau sumbangan setelah memiliki kelebihan kepada sesamanya. Tuhan memanggil manusia untuk membantu sesamanya dari kekurangan dan solidaritas dengan sesama dari kekurangannya.



Kelebihan dulu baru membantu itu artinya membuang sampah kepada sesama. Kelebihan dulu baru membantu itu artinya orang lain menjadi tempat pembuangan sampah. Bantuan dari kelebihan bukanlah yang dikehendaki oleh Tuhan yang Maha Murah. Bantuan dari kekurangan itulah yang dikehendaki oleh Tuhan. Tunjukkanlah buktinya?



Perempuan Janda dikedepankan  di dalam bacaan Injil Hari ini karena ia memberikan sumbangan dari kekurangannya bahkan seluruh nafkahnya.  Pemberiannya itu dibedakan dari orang-orang lain yang memberikan dari kelebihannya. 


Pemberian dari kekurangan itulah yang membangkitkan kesadaran baru bagi para pengikut Tuhan. Memberikan kepada sesama dan Tuhan jangan menunggu sampai memiliki lebih baru membantu atau memiliki lebih lalu karena tidak ada tempat untuk menyimpannya lalu menjadikan orang lain sebagai tempat sampah atas nama bantuan atau pertolongan.



Bantuan dari kekurangan berarti membantu dari apa saja yang sedang dimiliki pada saat ini dan di sini karena apa yang dimiliki adalah titipan dan pemberian Tuhan sendiri. Kita adalah penerima rahmat Tuhan dan sekaligus sebagai penyalur rahmat Tuhan itu kepada sesama. Kita adalah kaki tangan Tuhan dalam menjalankan rahmatNya kepada sesama  sehingga semua orang melalui kita sebagai tangan kanan Tuhan mengalami rahmat Tuhan. Kita menerima banyak hal dari Tuhan sebagai pemilik utama segala sesuatu yang kita miliki. Dengan pandangan iman seperti ini maka sebetulnya kita ada untuk senantiasa membantu dan menolong sesama. Membantu sesama dari kekurangan bukan dari kelebihan.



Apakah kita membantu dikala kita sendiri memiliki sedikit? Atau kita membantu sesama karena kita telah memiliki lebih banyak? Dalam sebuah pertemuan bergengsi, karena dihadiri oleh para pengikut Tuhan Yesus, salah satu tema yang didiskusikan adalah membangun solidaritas antara para pelayan Tuhan yang ada di Kota dengan yang ada di daerah pedalaman. Ada diskusi yang cukup hangat karena ada banyak orang yang berpendapat bahwa bersikap solider dengan sesama harus lahir dari kelebihan bukan dari kekurangan. Apa takaran kelebihan dan kekurangan dalam solidaritas dengan sesama? Orang Kota dengan alasan banyak kebutuhan tingkat kota sehingga uang berapapun yang dimiliki selalu dilihat secara tidak cukup. Maka kelebihan pun tidak datang-datang pada orang yang melayani di Kota. Solidaritas dengan mereka yang di desa atau daerah pedalaman pun tidak pernah terjadi. 



Diskusi itu pun akhirnya mengambil satu kesimpulan bahwa untuk solider dengan sesama, kita harus membangun paradigma solidaritas yang lahir dari kekurangan bukan  dari kelebihan. Pola ini yang akan membantu kita untuk memulai membantu sesama. Pandangan ini menjadi pola bagi perilaku solider dengan sesama. Semua hadirin menyadari  bahwa ini adalah sebuah pola yang tepat untuk bersikap solider dengan sesama khususnya antara pelayan di kota dengan di desa. Dengan itu terjadi pemerataan dalam pelayanan, baik secara rohani maupun secara fisik material. Mari kita membantu dari kekurangan bukan dari kelebihan.