Renungan Harian Senin 1 Februari 2021

  Refleksi Pribadi 

Senin 1 Februari 2021

Ibr.11:32-40

Mrk. 5:1-20


*P.BENEDIKTUS BERE MALI, SVD*


Di antara sekian banyak hal yang menarik dari bacaan Injil hari ini,  hanya satu hal yang spesial bagi saya pribadi dan diharapkan juga bagi semua orang yang mendengar dan membaca bacaan ini,  yaitu merasa heran bahwa 2000 ekor babi yang mati tidak menjadi sumber kemarahan para penjaga babi tetapi justru mereka sukacita mewartakan mujizat Yesus mengusir 2000 Roh Jahat /legion yang merasuki dan mengganggu pribadi yang bersangkutan, sehingga roh jahat itu menyakiti diri dan melukai diri sendiri. Pemilik babi dan penjaga babi justru tidak marah pada Yesus dengan atau lewat perintah-Nya, legion yang merasuki orang sakit itu dapat dipindahkan ke dalam babi yang berjumlah kurang lebih 2000 ekor itu. Sesudah itu babi babi itu terjun ke dalam jurang dan mati semuanya. Tetapi justru bukan binatang babi yang diutamakan melainkan yang paling utama adalah keselamatan manusia paling tinggi di atas segalannya. 


Hal ini bagi banyak orang memang luarbiasa aneh dalam dunia zaman ini yang berpegang pada pepata lama yang sealalu baru di telinga kita:  "ada uang ada cinta, tidak ada uang tidak ada cinta." Artinya uang dapat membeli segalannya. Artinya dalam dunia yang sangat mengutamakan materi/uang, adalah aneh jika mereka membiarkan 2000 ekor babi mati setelah Yesus perintahkan legion dari orang kerasukan itu berpindah ke dalam babi-babi. Penjaga dan pemilik 2000 babi itu telah siap mengorbankan babi-babi yang berjumlah sebesar 2000 ekor tetapi mereka lebih mengutamakan keselamatan orang yang baru saja disembuhkan oleh Yesus.


Kita sedang mendapat sapaan Sabda Allah hari ini  untuk kita mengutamakan kemanusiaan atau harta dunia. Kalau kita diberi kesempatan tampil untuk memilih maka saya pilih baik material maupun kemanusiaan sama-sama diutamakan. Bagi saya keduanya saling melengkapi. Memilih selamatkan material tapi bukan materialis. Memilih kemanusiaan bukan berarti menolak materi. Semoga  Kita diinspirasi dengan renungan kecil tulisan kecil ini. Semoga renungan ini menjadi sumber inspirasi  bagi Kita semua. ***

Renungan Hari Minggu 31 Januari 2021

 Bahan Refleksi Minggu 31 Januari 2021

Ul.18:15-20

1Kor.7:32-35

Mrk.1:21-28


*P.Benediktus Bere Mali, SVD* 


Bukan Membunuh Setan Tetapi Mengusir Setan


Ada begitu banyak orang  berpendapat tentang Tuhan Raja Semesta Alam. Secara istimewa Injil Hari ini tentang  Tuhan Yesus mengusir Setan atau Roh jahat yang kerja utamanya menyakiti, melukai, bahkan mematikan. Pertanyaan yang Menarik dan menantang adalah kenapa Setan atau makluk jahat itu tidak bunuh hanya diusir?   

Setan atau Roh Jahat Perlu ada di samping Roh kebaikan dalam dunia seni, harmonis. Harmonis itu seimbang antara Hitam dan putih. Berjalan tepat persis di garis keseimbangan itulah seseorang diposisikan sebagai orang yang memiliki harmonis. Seorang psikolog, Freud berkata bahwa kekuatan jahat dan kekuatan baik itu bukan di luar diri manusia tetapi berada di dalam diri manusia. Kekuatan jahat dan kekuatan baik itu terungkap dalam aksi yang baik dan jahat yang tampak terukur oleh indera observer. 

Simbol kebaikan dan kejahatan yang tertulis atau berbentuk fisik misalnya patung dll, cerita dongeng dll dalam agama-agama dan dalam kebudayaan adalah hasil cetusan kekuatan kejahatan dan kebaikan dari dalam diri pencipta atau penulis atau pencerita atau pemimpin atau seniman atau wartawan dll. Freud menyebut dua makluk raksasa yang ada di dalam ruang hati-rasa-budi manusia itu adalah "eros & thanatos." 

Eros menciptakan kebaikan dalam semua segi kehidupan, mengkritisi/AGRESI/oposisi dengan data ilmiah untuk membangun, memiliki kecemasan yang menciptakan motivasi untuk bekerja secara Positif dan bertanggungjawab. Sebaliknya thanatos tampil dalam Perilaku aneh menonjolkan diri dalam semua tempat dan waktu/narsis sebagai cara capai kepuasan diri,  mencari kepuasan  indera rasa dengan menyakiti dan melukai diri sendiri/masokis, mencari kepuasan dengan menyakiti orang lain/sadis, melakukan AGRESI dalam bahasa verbal  dan non-verbal yang melukai, menyakiti sesama dan diri tanpa solusi, memiliki kecemasan terlalu rendah dapat menurunkan bahkan menghilangkan semangat kerja, atau memiliki kecemasan terlalu tinggi sampai sakit bahkan lumpuh tidak berdaya sama sekali. 


Ekspresi eros dan thanatos dalam sex, AGRESI, dan kecemasan tersebut adalah dua makhluk raksasa yang ada di dalam diri setiap manusia secara pribadi maupun secara sosial religius. Bagaikan bateri smartphone yang memiliki kuat arus positif dan negatif yang membuat sinar menerangi wajah hp yang mempersembahkan berita informasi positif dan negatif dari pencipta smartphone kepada pemilik smartphone.


Dalam Injil Hari ini Yesus mengeluarkan roh jahat dari orang yang sakit dan disakiti roh jahat itu. Yesus tidak membunuh roh jahat itu. Yesus mengusir dan memindahkan roh jahat itu dari dalam diri orang sakit ke tempatnya yaitu di luar diri manusia. Awalnya roh jahat itu bersoal jawab dengan Yesus yang datang hendak mengusirnya dari pekerjaannya yang menyakiti orang yang disakitinya. Pada akhirnya roh jahat itu taat pada Yesus, keluar dari orang sakit sehingga setan atau roh jahat pergi ke tempatnya dan orang yang sebelumnya sakit tiba pada kesembuhan berkat Sang Penyembuh yaitu Tuhan Yesus Raja Semesta Alam. 


Pertanyaan penting setelah sembuh dari sakit kadalah bagaimana supaya setan itu tidak kembali lagi ke dalam diri manusia?  Pertama dan utama yang semestinnya dapat dilakukan  adalah bahwa manusia perlu mengatur signal eros dan thanatos dalam dirinya dari segi manusiawi sebelum cepat-cepat gegabah lari kepada jalur instant spiritual. Setiap pribadi termasuk yang Sakit dengan bantuan pendapat Freud, dapat meng-on-kan signal eros positif dalam freim teologi Katolik dan pada saat yang sama dalam kesadaran lengkap orang dapat  meng-off-kan    thanatos negatif sehingga apa yang terungkap di publik adalah semua yang positif dalam Teologi Katolik yang senantiasa  pro "putih" tetapi  tolak  yang "Hitam". Tidak ada "abu-abu" bertindak dan berbicara di dalam Bahasa Teologi Katolik. Tepat Kotbah Yesus di Bukit, "Jika Ya katakan ya. Jika tidak katakan tidak."  Ya pada sumber kebaikan kebenaran dan keadilan serta kedamaian yang berpusat pada Tuhan Yesus Kristus. Bahasa Dalam bacaan Pertama, berbicara menurut kehendak Tuhan dalam berperan sebagai nabi. Bahasa bacaan kedua, bertindak fokus pada kehendak Tuhan. Tidak pada Roh Jahat dalam semua tempat dan segala waktu.***

Renungan Harian Sabtu 30 Januari 2021

 Sumber Refleksi Pribadi

Ibr. 11:1-2.8-19

Mark.4:35-41


*P.Benediktus Bere Mali, SVD*  


Dalam dunia psikologi konseling dikenal  "4P" dari setiap kasus yang muncul yang disampaikan konseli kepada konselor di ruang konseling. Konselor dan konseli berjalan bersama berziarah ke dalam ruang kasus konseli dengan tujuan untuk sembuh dari sakit psikologis konseli.  


P yang pertama adalah predisposisi konseli baik yang positif maupun negatif yang dari luar diri maupun di dalam diri konseli. Konseli dan konselor  berjalan bersama mengelaborasinya untuk menemukan yang menjadi pemicu utama kasus psikologis konseli. Konselor dan konseli setuju untuk elaborasi ini sesuai surat persetujuan konseli di tahap awal konseling di ruang konseling. 


Setelah cukup mendalam berjalan bersama dalam tahap elaborasi predisposisi  dan sudah cukup alasan memahami dan mengerti predisposisi kasus  maka atas persetujuan konseli, konselor mendampingi konseli ke P yang kedua yaitu precipitating atau pemicu yang memuntahkan kasus konseli yang sebelumnya masih tertidur sembunyi di dalam ruang hati rasa dan pemikiran konseli ke permukaan publik baik di level keluarga, komunitas maupun masyarakat, sampai konseli kewalahan untuk mengaturnya dalam menurunkan level atau derajat kasusnya dari ruang publik kembali ke ruang privacy. Pemicu atau precipitating ini ditemukan Konselor berdasarkan persetujuan konseli dalam mengelaborasinya sedalam-dalamnya untuk menemukan akar penyebab utama yang melindungi kasus konseli terus berkembang dalam ruang aksi, rasa dan akal konseli. Setelah konselor dan konseli mengerti betul pemicu dan dengan alasan yang memadai, berdasarkan persetujuan konseli, konselor memandu konseli ke tahap berikut dalam ruang konseling. 


P yang berikut yaitu p yang ketiga yaitu perpetuating atau mengabadikan kasus terus hidup dalam diri konseli lewat ekspresi aksi yang tidak biasa yang dapat diukur, rasa yang tidak biasa, dan pikiran yang agak lain yang mengganggu dirinya. Pada dasarnya hal utama yang menjadi perpetuating kasus adalah pikirannya yang tidak biasa, yang tersembunyi tetapi dapat diukur dari ekspresi tindakan dalam kata dan tampilan tubuh fisik konseli yang terkoneksi langsung dengan rasa emosi tidak biasa konseli di depan publik maupun di ruang privacy. 



Setelah konseli paham perpetuating kasusnya berkat penjelasan konselor, atas persetujuan konseli, konseling menuju ke tahap berikut.


P berikut atau p yang keempat adalah protecting atau pelindung yang membungkus dan melindungi secara rapi kasus konseli dan  dengan persetujuan konseli, konselor buka agar pelindung kasus menjadi jelas di depan indera mata budi konseli dan Konselor. Pelindung itu bisa positif dan negatif  yang ditampilkan di publik lewat aksi-rasa-akal dari konseli. 


Dengan tahap ini konseli dan konselor semakin menemukan jalan terang menemukan akar penyebab utama kasus konseli dan dengan demikian  arah proses penyembuhan semakin jelas bagi konseli maupun konselor. Pemahaman ini membantu Konselor menemukan treatment effektif pada konseli untuk mengadres soal konseli. Untuk treatment  ini pun perlu ada persetujuan konseli setelah konseli mengerti karena konselor memberi penjelasan yang sangat baik kepada konseli. 

Pelindung Positif menjadi kekuatan positif konseli untuk menolong diri sendiri untuk sembuh dari sakit psikologisnya. Sedangkan pelindung negatif adalah kekuatan negatif di dalam diri yang terus menerus menumbuhkan dan mendukung berkembangnya kasus konseli baik di level rasa-akal-aksi yang ketiganya saling berhubungan. 


Konselor dan konseli memanfaatkan kekuatan Positif di dalam diri konseli untuk menolong dirinya sendiri agar sembuh dari sakit. Kekuatan Positif konseli ini menjadi titik Awal proses treatment yang diawali dengan daftar soal utama konseli yang mau disembuhkan dalam ruang konseling. Kekuatan positif konseli ini ditemukan oleh konseli yang didampingi konselor. Konseli sadar bahwa dia dapat menolong dirinya sendiri atau dia dapat menyembuhkan dirinya sendiri dengan pendampingan konselor di ruang konselor. 

Dengan kekuatan positif konseli ini proses penyembuhan di ruang konseling dapat berjalan dengan baik. Selama konseli belum tahu kekuatan positif di dalam dirinya, konselor memandu konseli untuk menemukannya karena dengan itulah konseli dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Konselor elaborasi literature terkini tentang intervensi effektif untuk menyembuhkan konseli atas persetujuan konseli dan konseli sendiri melaksanakan intervensi effektif itu. 


Ada berbagai kasus yang kita baca dalam diri para murid Yesus dalam Injil. Kasus-kasus itu dapat dilihat dari berbagai sisi dan menggunakan berbagai pendekatan untuk mengurangi kasus itu atau bahkan sampai menyembuhkannya. Salah satu pendekatan untuk melihat kasus-kasus itu adalah melihat kasus dari segi psikologis konseling. 


Salah satu kasus dalam bacaan Injil hari ini adalah ketakutan dan kepanikan para murid Yesus di tengah mengamuknya taufan, air sedang memenuhi perahu yang mereka tumpangi, sehingga jalan menuju tenggelamnya perahu semakin mendekati pintu maut, sementara Sang Guru mereka, Yesus tidur tenang. Aneh bukan? Ya jelas..... anehlah. 

Di tengah ketakutan dan kepanikan para murid ko.... Sang Guru tidur tenang di tengah  mengamuknya taufan, air penuh, nyaris tenggelam, sementara para murid berjuang mengendalikan perahu tidak tenggelam. Para murid tidak mau bersama Sang Guru mereka mati di tengah pelayaran untuk tujuan mulia melayani umat dan mewartakan Injil kepada manusia. Para murid bersama Sang Guru mau menyelamatkan diri dan menyelamatkan orang yang mereka layani. Mengamuknya taufan yang mendorong air memenuhi perahu menciptakan ketakutan dan kepanikan rasa dan budi berdampak aksi selamatkan diri dari amukan alam, membuat mereka berani menegur Sang Guru untuk tidak tidur. Guru harus dibagunkan agar buat sesuatu, katakan sesuatu, agar bisa selamat bersama. Kekuatan para murid sudah habis. Protecting satu-satunya adalah Yesus Sang Guru. Kekuatan team satu-satunya ada di tangan Pemimpin mereka. Kekuatan itulah akhirnya menyelamatkan mereka. Yesus bangun ikut arahan para murid. Yesus bersabda kepada amukan alam itu, "DIAM!TENANGLAH!" Alam Taat pada Tuhan Yesus Raja Semesta Alam. Alam tenang. Para murid Tenang dalam Tuhan Yesus. 


Semua kepanikan dan ketakutan hilang seketika. Soal fisik dan psikologis pun sembuh seketika. Suburlah sudah kehidupan spiritual para murid bersama Tuhan Yesus Sang Guru di dalam kebersamaan dan di dalam perahu kehidupan. 


Persoalan manusia dalam menghadapi mengamuknya taufan sudah selesai. Mereka tenang fokus pada kehidupan spiritual dengan segala segi atau bidang kehidupan lain yang menyertainya. Meskipun ada badai kehidupan yang akan menjadi pemicu persoalan psikologis para murid  pada masa yang akan datang, pasti pengalaman di atas perahu ini menjadi sebuah moment penting bagaimana mereka menghadapi dan mengalami persoalan- persoalan psikologis mereka bersama Sang Guru mereka maupun saat mereka melayani umat tanpa Sang Guru.  

 Tepat kata pepata, "pengalaman adalah Guru yang paling bijaksana." Untuk orang bijaksana perlu juga mengelaborasi literature   review tentang wisdom untuk asah akal-aksi-rasa bijaksana pribadi dalam hidup dan kehidupan.***

Renungan Misa Pesta Santo Yosef Freinademetz Jumat 29 Januari 2021

  Proses versus instant


*P.Benediktus Bere Mali,SVD*



Refleksi Pribadi 

Jumat 29 Januari 2021

Mrk.4:26-34

Ibr.10:32-39


Di sebuah Universitas terbaik dalam jurusan konseling, seorang mahasiswa akan disebut sebagai seorang konselor professional setelah melewati proses belajar tatap muka, lulus ujian lisan, lulus ujian tulis, presentasi contoh kasus klien dari setiap matakuliah di klas dan Juga di  tempat praktek, lulus praktek konseling terbimbing di kampus, lulus praktek konseling terbimbing oleh supervisor berlisensi internasional di pusat praktek konseling  dan harus lulus ujian komprehensif dimana hasil lulus ujian itu berdasarkan evaluasi semua dosen konseling di kampus tersebut. Proses itulah akan menciptakan seorang Konselor professional. Artinya bahwa dengan Proses yang demikian mantap mengantar seorang Konselor professional pasti untuk menjadi pendamping dan penuntun konseli di ruang konseling secara baik dan benar untuk menyembuhkan konseli, berkat semua tahap konseling yang telah diperoleh Selama masa pendidikannya sebagai pembentukan seorang Konselor professional. Sebaliknya Konselor yang bawah ijazah Karena belaskasihan akan meleset pada waktu pelaksanaan konseling di ruang konseling. Mental instant baik dari institusi maupun dari pribadi yang hanya berorientasi mendapat  ijazah tetapi abaikan proses praktek konseling, pasti akan terjadi error di ruang konseling  maupun di luar ruang konseling, khusus yang berkaitan dengan bidang dan ijazahnya atau sertifikatnya. Intinya bahwa mencintai  proses itu pasti menyelamatkan. Sedangkan yang bermental instant itu lebih banyak membuat orangnya sesat menyesatkan. 


Kebenaran Proses berakar dari Kerajaan Allah dalam Injil Hari ini disampaikan dalam bentuk perumpamaan tentang Benih  kecil yang ditanam, bertunas bertumbuh, berkembang, bertumbuh Subur, berbunga, berbuah, masak dan kemudian dipanen karena telah tiba musim panen. Demikianlah Kerajaan Allah itu bertumbuh dan berkembang di dalam lahan hati dan budi manusia melalui proses bukan instant bertumbuh dan berkembang serta berbuah.

Di dalam Proses itu seorang penyebar Kerajaan Allah butuh ketekunan, kesadaran, kesetiaan, di samping stress, tekanan, Sakit, pusing dan bahkan nyaris putus asa dan menyerah. Dalam Proses demikian kekuatan utama setiap orang yang jatuh dan melewati Proses itu adalah "sengsara membawa nikmat"  sebagai spirit yang berperan sebagai pemandu. 


Santo Yosef Freinademetz yang pestanya diperingati hari ini, seorang misionaris pertama SVD di China. Sejak meninggalkan tanah kelahirannya menuju China, hingga meninggal di China ia tidak pernah kembali berlibur ke Negeri kelahirannya. "Spirit Cinta pada China begitu mendalam sehingga ia menjadi orang China dalam budaya China dan bahkan ia berkata sampai di Surga pun ia ingin tetap  menjadi orang China." Hal ini dimiliki Santo Josef Freinademetz karena ketekunan dan kesabarannya serta kesetiaannya menjadi seorang misionaris China. Meskipun ada banyak tantangan dan halangan, ia tetap setia menyebarkan Kerajaan Allah di Negeri China sampai ia mati di China. 

Bagi St. Josef Freinademetz Kerajaan Allah di Negeri China itu seumpana seorang yang menanam benih, kemudian ia bertunas, bertumbuh dan berkembang, sampai berbuah dan pada saatnya yang tepat dipanen karena musim panen telah tiba. 

Buah-buah dari misionaris St Josef Freinademetz pada hari ini adalah ada orang China baik dari Negara China maupun di luar Negara China  yang telah menjadi Bruder SVD dan Imam SVD.  Cinta St. Josef Freinademetz kepada orang China dan menjadi orang China bahkan sampai di Surga pun tetap menjadi orang China telah ditanggapi secara positif oleh orang China dengan menjadi Imam dan Bruder SVD. Santo Josef Freinademetz doakanlah kami dari dalam Surga. Secara khusus mohon doa Bapa Santo Josef Freinademetz untuk panggilan pemuda dan pemudi Tionghoa untuk menjadi imam, Bruder dan Suster. ***


Renungan Harian Kamis 28 Januari 2021

 Menjadi Pelita Bagi Dunia


*P.Benediktus Bere Mali, SVD*


Refleksi Pribadi 

Kamis, 28 Januari 2021

Ibr. 10:19-25

Mrk.4:22-25


Waktu Tahun pastoral di sebuah paroki di Kalimantan ada banyak pengalaman Menarik. Salah satunya adalah pengalaman tentang Pelita di Rumah panjang stasi. Saat saya melayani umat di stasi yang jauh dari pusat paroki,  saya biasanya melayani umat dari satu stasi ke stasi yang lain Selama 1 sampai 2 bulan. Setelah itu saya kembali ke pusat paroki. Ada Pengalaman menarik saat tidur di Malam Hari  di Rumah ketua lingkungan atau ketua stasi. Rumahnya dikenal sebagai Rumah panjang tanpa sekat atau pembatas dengan kayu atau tembok  atau kain. Ada sejumlah tiang di tengah Rumah Panjang.  Model Rumah Panjang itu seperti Aula dengan beberapa tiang di tengah. Listrik belum ada. Pelita sebagai alat penerang utama di Malam gelap. Biasanya Pelita di letakan di tengah tengah Rumah panjang di atas sebuah tiang yang cukup Tinggi atau di atas Kursi untuk  Menerangi Seluruh ruangan agar di tengah Malam ada yang bangun hendak ke kamar mandi atau urusan kebutuhan lain  tidak salah arah atau tidak menginjak anggota lain termasuk tamu yang sedang tidur.   Tetapi pada suatu Malam tiba di tempat stasi Baru sudah berbeda tempat dengan lain ceritanya. Pada Tengah Malam hendak ke kamar mandi, Pelita telah padam Karena minyaknya kering. Saat saya cari pintu untuk keluar kencing, saya tabrak sebuah tiang Rumah. Adu Rasa sakitnya itu di sini di dahi, yang diikuti benjol besar setelah tabrak tiang hasil dari kering minyak Pelita.


Injil Hari ini menampilkan tentang Pelita diletakkan di atas kaki dian untuk Menerangi Seluruh ruangan. Pelita menerangi jalan bagi mata untuk melihat Membaca dengan mata dan mendengar sumber suara atau bunyi dan menuntun kaki menuju arah jalan yang tepat.  Pelita, listrik, bateri smartphone membantu orang mencari menemukan dan mengerti semua Berita yang membangun dan mendewasan maupun mengandung Berita yang Negatif. Listrik, bateri smartphone, Pelita membuka semua Berita Positif dan Negatif bagi manusia. Sungguh sangat tepat kalimat Injil hari ini:  "Pelita ditaruh di atas kaki dian Menerangi segala sesuatu. Sebab itulah tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada suatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap.Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"


Bateri smartphone yang Kita Miliki menyampaikan berita postif dan Negatif melalui smartphone kita. Barangkali kita lebih memilih yang Positif di smartphone kita yang ada di tangan dan saku kita. Pencipta smartphone memberikan dua informasi baik yang Positif dan tidak baik kepada Kita dan itu di saku dan tangan kita. Pelita kebebasan Kita semestinnya berfungsi secara baik untuk memilih yang baik dalam situasi dan kondisi sebagai orang Katolik. Pilihan pada berita Positif dalam kacamata beriman Katolik pasti menyehatkan dan menyelamatkan bukan menyakiti dan menyesatkan. Tetapi Pelita kebebasan Kita untuk memilih yang Negatif dalam kacamata Gereja Katolik maka itu cepat atau lambat akan menyakiti dan menyesatkan.***

Renungan Misa Harian Rabu 27 Januari 2021

 Sumber Refleksi

Ibr.10:11-18

Mrk.4:1-20



Menyiapkan Lahan Hati Yang Subur bagi tumbuhnya Sang Sabda Allah


*P.Benediktus Bere Mali, SVD*


Menyiapkan Lahan Hati Yang Subur bagi bertumbuh dan berkembangnya Benih Sabda Allah terbagi ke dalam dua Sisi penting yaitu Lahan Hati pewarta Injil dan Lahan Hati penerima Injil.


Menyuburkan Lahan Hati pewarta Sabda Allah meliputi semua bidang yang melingkupi hidup dan karya pewarta. Secara Psikologis seorang pewarta lalui lulus ujian karena Dewasa secara Psikologis. Secara sosial, pewarta Sabda Allah memiliki kecerdasan Sosial yang normal. Secara fisik-biologis seorang pewarta Sabda Allah memiliki kesehatan yang baik. Secara Spiritual, seorang pewarta Sabda memiliki keberakaran kehidupan religius yang berpusat pada Tritunggal Maha Kudus yang tampak dalam kegiatan doa secara sadar dan disiplin. Secara hukum, pewarta Sabda dibentuk oleh hukum sipil maupun hukum Gereja. Lahan Hati Subur Pewarta Sabda Allah, dengan berbagai bidang yang ada ini ketika dalam proses pembentukan, seorang formator Perlu mengadakan konsultasi dengan pihak-pihak yang professional dalam bidangnya supaya proses persiapan Lahan Hati pewarta dapat terlaksana secara lebih pantas.


Seorang pewarta dibentuk untuk memiliki integritas yang baik. Artinya seorang pewarta semestinnya menjaga kesesuaian antara apa yang diwartakan dengan apa yang dilakukan. Seorang pewarta Sabda Juga penting memiliki kebijaksanaan dalam menjalankan tugasnya. Pewartaan Sabda Allah dari mimbar agama senantiasa menyampaikan kata, kalimat, Bahasa yang menyembuhkan Hati bukan menyakiti Hati pendengar intern maupun ekstern.  Pewarta Sabda Allah di mimbar publik dalam aturan Yahudi adalah berusia biologis 30 Tahun. Dalam hukum Yahudi usia ini adalah usia yang secara fisik, Psikologis, usia sosiologis, dan usia spiritual serta usia kebijaksanaan sudah cukup Sempurna. Oleh karena itulah Yesus dibaptis pada usia 30 Tahun untuk mewartakan Sabda Allah di depan publik (bdk.Luk.3:23).


Hati pewarta Pertama dan utama menjadi sebuah Hati yang Subur bagi tumbuh kembangnya Benih Sabda Allah.Artinya seorang pewarta Sabda Allah sudah mantap dengan olah Lahan Hati Subur bagi tumbuhnya Benih Sabda Allah. Lahan hatiNya yang Subur menjadi basis yang kuat baginya dalam menyuburkan Lahan Hati penerima Benih Sabda Allah yang diwartakannya. 


Artinya bahwa pewarta dapat menyuburkan Lahan Hati pendengar Sabda Allah berdasarkan pengalaman pewarta menyiapkan hatinya Subur bagi bertumbuhnya Benih Sang Sabda dalam dirinya menjadi Contoh atau Teladan bagi penerima warta Injil. Pewarta Sabda Allah menyiapkan Lahan Hati Subur dengan Contoh Lahan hatinya yang Subur Untuk bertumbuh Benih Sabda Allah. Teladan lebih berkuasa daripada kata-kata yang indah.***

Renungan Misa Harian Selasa 26 Januari 2021

  Sumber Refleksi

2Tim 1:1-18

Luk 10:1-9



Teladan Hidup Beriman Keluarga Menyehatkan Iman Putra dan Putrinya 


*P. Benediktus Bere Mali,SVD*



Apa Persamaan antara St. Timotius dan St Arnoldus?  Dua tokoh iman yang terkenal hidup di dalam zaman yang berbeda, tetapi memiliki sumber kekuatan iman yang hampir sama. Orang tua dalam Keluarga mereka masing-masing memiliki iman yang tulus. Nenek dan ibunya Timotius memiliki iman yang tulus jatuh dan bertumbuh di dalam Hati Timotius yang Kita rayakan pestanya Hari ini Juga memiliki iman yang tulus. Demikian Juga Santo Arnoldus pendiri Serikat Sabda Allah dan Suster SSpS dan SSpSAP memiliki iman yang kokoh lahir dari dalam keluarga. Setiap Hari keluarga Membaca Prolog Injil Yohanes di dalam keluarga sesudah makan Malam. Selalu aktif Adorasi di depan Hati Kudus Yesus. Selalu berdevosi kepada Roh Kudus. Keluarga St. Arnoldus berakar di dalam Kehidupan religius yang berpusat di dalam Tritunggal Maha Kudus. Moto keluarga adalah Semoga Hiduplah Allah Tritunggal Maha Kudus di dalam Hati Semua Manusia. 


Keluarga adalah sumber keselamatan Dunia. Yesus lahir dari keluarga Kudus dari Nazareth yang memiliki iman yang tulus.  St. Timotius lahir dari keluarga yang memiliki iman yang kokoh dan tulus. Santo Arnoldus lahir dari keluarga yang terikat dan berakar di dalam Tritunggal Maha Kudus. 


Keluarga adalah Gereja Katolik Paling Kecil. Keluarga beriman tulus Gereja beriman Tulus. Keluarga menyelamatkan Dunia Gereja  Katolik menyelamatkan Dunia. Keluarga hadir menyembuhkan Sesama. Gereja Katolik hadir menyembuhkan Sesama bukan menyakiti orang lain. 


Kita secara pribadi dan bersama ada bersama untuk menyembuhkan Sesama bukan menyakiti Sesama baik secara fisik, Bahasa verbal maupun Bahasa non-verbal, baik dalam Dunia nyata maupun dalam dunia maya. Selamat merayakan pesta St. TIMOTIUS DAN TITUS, Uskup.***

Renungan Pesta Bertobatnya St. Paulus Rasul. Senin 25 Januari 2021

 Kehadiranku  Menyembuhkan atau Menyakiti Orang Lain

 

 *P.Benediktus Bere Mali, SVD*

 




Pesta Bertobatnya St. Paulus, Rasul

Senin 25 Januari 2021

Bahan Refleksi

Kis.22:3-16

Atau Kis.9:1-22

Mzm. 117:1.2, R: Mrk.1:16-15

Mrk. 16: 15-18

 

 

 

 

Kehadiran Ananias bersama para murid pada bacaan-bacaan suci pada hari ini menyembuhkan sesama bukan menyakiti sesama. Kehadiran seperti ini dapat diterima oleh semua orang termasuk musuh yang tidak berdaya dan sakit. Ketika Ananias bersama murid Yesus hadir di samping musuh yang sakit dengan niat baik hadir disampingnya untuk menyembuhkan maka musuh yang sebelum sakit menjadi penganiayah pengikut Yesus itu membuka diri dan pasrah untuk disembuhkan. 

 

Saulus adalah penganiaya pengikut Yesus. Tetapi ketika jatuh sakit dan buta, Ananias murid Tuhan yang menyembuhkan dia. Pengalaman Ananias menyembuhkan Saulus ini membuat Saulus sadar dan kesadarannya itu mengubah kemauan yang dulunya hanya mau menganiaya murid-murid Tuhan kini murid Tuhan yang menyembuhkan dia, membuat dia kenal Yesus, dan mau mewartakan Yesus, dan berpuncak  berkarya mewartakan Yesus kepada semua orang mulai dari Damsyik. 

 

Saulus adalah penganiaya murid Tuhan. Tetapi Paulus adalah pencinta dan pewarta Yesus bersama murid-murid Tuhan Yesus. Perubahan nama dari Saulus menjadi Paulus adalah tanda pertobatan. Dulu bernama Saulus adalah musuh Tuhan. Kini bernama Paulus adalah pencinta dan pewarta Yesus kepada banyak orang. 

 

Paulus mewartakan Yesus setelah dia percaya bahwa Yesus yang menyembuhkannya melalui Ananias murid-Nya. Dulu Paulus hadir di sekitar para pengikut Yesus untuk menyakiti dan bahkan membunuh para pengikut Yesus. Tetapi kini Paulus hadir bukan untuk menyakiti tetapi menyembuhkan sesama. Paulus disembuhkan, dibaptis, percaya pada Yesus dan menjadi orang yang hadir menyembuhkan sesama dalam berbicara dan melayani sesama. 

 

Setiap orang yang hadir dan dibaptis lalu percaya kepada Yesus selalu untuk menyembuhkan sesama, akan diselamatkan Tuhan. Tetapi setiap orang yang hadir untuk menyakiti sesama akan dihukum Tuhan. Paulus bersama para murid Yesus membawa khabar Gembira Yesus ke seluruh dunia untuk menyembuhkan bukan untuk menyakiti. Maka tepat bacaan Injil hari ini, “Pergilah ke seluruh dunia dan wartakanlah Injil. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.”

 

Kita telah percaya dan dibaptis. Kita bersama Paulus dan Ananias bersama para pengikut Yesus berjalan di jalan Sang Sabda Allah untuk menyembuhkan sesama termasuk musuh-musuh kita. Niat dan kemauan baik kita, kata verbal dan non-verbal kita, dan cara bertindak kita yang tulus menyembuhkan sesama pasti diberkati Tuhan.  Marilah kita hadir di tengah dunia dan di antara sesama untuk menyembuhkan dunia dan sesama, bukan merusak dunia dan menyakiti sesama. Selamat merayakan Pesta Bertobatnya Santo Paulus, Rasul. Selamat merayakan pesta pertobatan kita semua. ***

Renungan Hari Minggu 24 Januari 2021

Fokus pada Yang Abadi Yang Menyembuhkan

 

*P.Benediktus Bere Mali, SVD*


 

 

Yun.3:1-5.10: Meninggalkan yang temporal Menuju yang Perpetual.

 

Orang Niniwe berdosa di hadapan Tuhan. Dosa mereka karena terikat pada hal-hal duniawi yang meliputi harta, wanita dan kuasa. Yunus diutus Tuhan mewartakan pertobatan kepada penduduk Niniwe. Warta pertobatan Yunus didengarkan dengan telinga mereka, dan dipahami dengan pikiran mereka, dan kemudian tindakan mereka meninggalkan cara hidup lama kepada cara hidup baru dalam naungan dan bimbingan Tuhan. Perilaku konkrit orang-orang Ninive bertobat dari masa lalu yang penuh dosa. Tuhan mendengar pertobatan mereka dan Tuhan menyesal atas rencana-Nya untuk menunggangbalikkan kota Ninive. Tuhan mendengarkan doa dan pertobatan mereka yang hidup menurut yang abadi yang menyelamatkan. Mereka meninggalkan yang sementara yang menyesatkan.

 

1Kor.7:29-31: Melepaskan yang sementara dan memegangerat yang abadi

 

Segala sesuatu yang di dunia ini pasti berlalu oleh karena itu bekerjalah untuk yang abadi yang setia menyelamatkan dunia dan kita umat manusia. Yang Abadi Yang menyelamatkan. Yang Abadi yang menyembuhkan. Yang duniawi yang menyesatkan tetapi yang abadi di Surga yang menyembuhkan kita bersama.  Berpeganglah pada yang di Surga yang setia selalu menyembuhkan.

 

 

Mrk. 1:14-20: Meninggalkan Pekerjaan Yang Sementara dan Bekerjalah selalu untuk yang abadi

 

Para murid sudah kerja mapan sebagai nelayan. Tetapi mereka meninggalkan itu dan mengikuti Yesus untuk bekerja untuk yang hidup abadi di Surga. Mereka meninggalkan semua yang sementara menuju Yang abadi di Surga. Mereka bekerja di Kebun Anggur Tuhan, tidak ada sekolah yang paling istimewa selain kerja praktek di kebun Anggur menjadi seorang pekerja di kebun anggur Tuhan yang professional bukan dari buku tetapi dari pengalaman hidup di lapangan. Para murid beralih dari seorang nelayan ikan menjadi nelayan manusia. Sebuah peralihan kerja tanpa sebuah Pendidikan Formal karena bagi Yesus praktek kerja menjadi nelayan manusia di lapangan adalah paling penting dari sekolah formal di bangku kuliah. Mereka belajar melalui melihat dengan mata mereka, mendengar dengan telinga mereka, menyentuh dengan tangan kerja mereka. Mereka belajar pada sang guru dengan mengimitasi Sang Guru-Nya sebagai misionaris yang memiliki integritas. Menjadi murid bukan hanya belajar dari buku atau literature, tetapi menjadi murid yang mau belajar dari setiap pengalaman hidup bekerja praktek di lapangan. Belajar dari praktek harian itu yang menyempurnakan kekurangan dari hari-hari kemarin. Kerja praktek yang lebih lama bahkan sepanjang hayat di kandung badan itulah yang sungguh menyembuhkan. Tidak ada sekolah formasi panggilan secara khusus, tetapi pengalaman praktek di lapangan itulah guru kehidupan yang setia mengajari kita. 

 

Pertanyaan teka-teki yang menarik dari bacaan liturgis hari ini adalah mengapa sesudah Yohanes ditangkap Yesus langsung memilih 12 murid-Nya dalam melanjutkan misi pertobatan Yohanes Pembaptis? Mengapa Yohanes Pembaptis ditangkap?. Silahkan pembaca Injil liturgis hari ini untuk mendalaminya. ***


 

Renungan Harian Sabtu 23 Januari 2021

  “Ia tidak sadar lagi”

Mrk.3:21-21

*P.Benediktus Bere Mali, SVD* 

 

 

 

 

 

Setiap teks kitab suci liturgis yang disusun gereja berdasarkan kalender liturgi selalu mengandung teka-teki tersendiri. Teka-teki teks itu dalam berbagai bentuk. Dari teks Injil hari ini teka-teki yang hendak dicari itu saya mencoba mencari dan menemukan jawabannya dimulai dengan atau dibuka dengan satu pertanyaan serius setidak-tidaknya bagi saya dan diharapkan bagi kita semua yang bergulat dengan teks ini.  Saya menemukan rumusan pertanyaannya seperti ini:  Mengapa orang lain begitu gampang menyebut seseorang tidak sadar lagi atau sinting atau gila atau abnormal atau disorder, sedangkan orang yang bersangkutan merasa normal, sadar, tidak gila? Atau dengan format lain dapat disusun pertanyaan ini sebagai berikut: Mengapa orang begitu cepat memberi cap kepada seseorang sebagai orang tidak sadar lagi tanpa meminta kepadanya untuk klarifikasi bahwa dirinya memang gila atau tidak sadar? 

 

Kita sering gampang menilai orang lain sebagai orang yang tidar sadar lagi dengan alasannya masing-masing. Untuk menilai orang lain berdasarkan data yang akurat menurut penilai maupun orang yang dinilai agar tidak bias tetapi obyektif. Penilaian seseorang berdasarkan data penilai dan yang dinilai untuk itu minimal melalui dua tahap sebagi berikut. 

 

Pertama. Seorang dokter mengatakan seseorang tidak sadar lagi dari segi medis, ketika organ yang berkaitan dengan urusan kesadaran sudah tidak dapat berfungsi secara baik. Dokter yang menentukan orang tidak sadar lagi berdasarkan asessemnt ilmiah dapat terukur secara ilmiah seperti yang terbaca pada alat ukur fungsi organ tubuh tentang kesadaran. 

 

Kedua. Seorang konselor akan membantu konseli yang berniat baik dengan akar sebab persoalan yang memelihara persoalannya. Misalnya kasusnya yang disampaikan kepada konselor di ruang konseli adalah tidak sadar atau abnormal. Konselor mendengar semua persoalan konseli yang disampaikan di awal pertemuan. Konselor mendampingi konseli menklarifikasikan soalnya secara terukur, teramati, dengan segala durasi dan frekuensinya pada awal pertemuan.  

 

Kemudian atas persetujuan konseli, berdasarkan daftar soalnya yang disampaikan pada awal pertemuan di ruang konseling itu, konselor melakukan assessment atas soal konseli. Ada tiga pokok asessement untuk mendapat data yang penting dan holistik tentang penyebab utama yang memelihara persoalan konseli. Tiga tahap asesment itu dilakukan atas persetujuan konseli. Konselor professional tidak pernah secara gampang melakukan assessment tanpa persutujuan konseli. Mengapa perlu ada assessment? Pertanyaan harus dijawab dan dalam jawaban itu konselor memberikan penjelasan kepada konseli sebagai edukasi konseli untuk mengerti betapa pentingnya assessment dalam proses konseling. Konselor menyampaikan kepada konseli bahwa konseli datang ke konselor di ruang konseling, konseli tidak tahu akar soalnya sehingga meminta bimbingan dan pendampingan konselor. Sementara Konselor pun tidak tahu akar persoalan konseli. Penyampaian ini kiranya konseli dapat mengerti secara baik. Agar konseli dan konselor dapat mengetahui akar persoalan yang memeliahara bertumbuh dan berkembangnya soal konseli. Karena itulah sangat dibutuhkan asessement untuk mendapat data yang tepat tentang persoalan konseli. Asessment itu terdiri dari observasi konselor pada tindakan, kata, dan semua material yang digunakan konseli sejak awal telephone untuk datang ke kantor konseling dan sampai akhir seluruh proses konseling. Intisari observasi adalah untuk memperoleh data tentang konsistensi konseli antara kata-katanya dengan tindakannya sejak awal konseling sampai tahap terminasi konseling. 

 

Selain observasi, konselor mewawancarai konseli dari awal sampai terminasi proses konseling. Wawancara fokus pada sebab utama yang memelihara bertumbuh dan berkembangnya persoalan konseli. Setiap sesi konseling professional selama 50 menit. Selain data yang diperoleh dari observasi dan wawancara, konselor dapat memberikan tes psikologi kepada konseli atas persetujuan konseli. Untuk konseli setuju, konselor mengedukasi konseli tentang alat tes psikologi yang paling tepat sesuai soal psokologis konseli. Pada dasarnya tes psikologi untuk mendapat data yang tepat atas soal yang sedang dialami konseli. Pengertian dan persetujuan konseli, memandu konseli menerima tes dan menjawab soal tes psikologi secara jujur dan obyektif agar mendapat data yang tepat atas soal yang sedang dialami.  Hasil tes psikologi dapat diinterpretasi oleh psikometrik karena itu bidang profesinya. Konselor perlu kerja sama dengan psikometrik berkaitan dengan tes psikologi. Hasil interpretasi dan hasil observasi dan wawancara dirangkum berdasarkan fokus akar persoalan konseli. Hasil rangkuman tiga jenis assessment itu disampaikan kepada konseli secara baik menggunakan Bahasa yang menyembuhkan agar konseli dapat mengklarifikasikannya sehingga hasil data itu merupakan data yang dimengerti dan diterima konseli. Setelah konseli setuju dan menerimanya maka konseling menuju ke tahap atau sesi berikut. 

 

Tahap berikut yang dimaksud adalah berdasarkan data yang terkumpul, dan berdasarkan literature terkini yang berkaitan langsung dengan soal konseli, maka konselor dapat menentukan sakit A atau Sakit B Atau Sakit C, dengan minimal 4 gejala sakit A atau sakit psikologis B, Sakit Psikologis C. Untuk menentukan sakit psikologis, konselor membuka DSM-5 (file pdf di Google), dan literature terkini tentang sakit psikologis konseli. Hasil sementara gejala sakit psikologi A atau B atau C itu, konselor semestinya minta klarifikasi konseli. Setelah konseli klarifikasi dan konseli setuju, maka konselor dapat memandu konseli ke tahap konseling berikut.

 

 

Setelah konseli setuju bahwa sakit A atau Sakit B, kini sesinya konselor merumuskan persoalannya secara tepat. Rumusan soal itu terdiri dari missal Sakit A dengan penyebab utama yang memeliharanya berdasarkan data assesement dan literature terkini. Rumusan yang tepat dapat memudahkan untuk treatmen pada tahab konseling berikutnya. Rumusan soal itu konseli komukasikannya dengan konseli yang sedang mengalami soal itu, untuk mendapat klarifikasi dari klien. Klain setuju rumusan itu maka, proses konseling akan maju ke sesi berikut. 

 

Sesion berikutnya adalah rencana treatmen. Proses pertama adalah konseli dan konselor mendaftar soal yang mau diadress. Soal itu sudah ada di dalam rumusan pada sesi sebelumnya. Pada umumnya setiap rumusan soal itu terdiri dari tiga bagian soal konseli yang mau diaddress. Soal yang dimaksud biasa terdiri dari tiga bagian yaitu yang paling mudah untuk diadress adalah perilaku yang dapat dilihat, diukur. Selain itu soal emosi atau perasaan dan yang ketiga adalah soal pikiran. Soal pikiran, tindakan, dan emosi selalu bergandengan saling mempengaruhi satu sama yang lain. Hal ini pun semestinya konselor sampaikan kepada konseli untuk mendapat klarifikasi dari konseli. Setelah konseli mengerti maka atas persetujuan konseli, proses konseling dapat maju ke tahap sesi berikut. 

 

Setelah daftar soal ditentukan bersama, konseli dan konselor bersama-sama menentukan tujuan dari setiap soal psikologis seperti terdapat pada daftar soal. Misalnya tujuan masalah A takut ular, maka tujuannya berani bertemu ular. Demikian juga tujuan soal yang lain sesuai daftar soal. Tujuan semestinya SMART: Simple/sederhama/Spesifik/particular, Measurable/terukur, Attainable/dapat dicapai, Realistik/konkret, Timely Statement/Dalam jangka waktu yang ditentukan. Tujuan in disampaikan kepada klien, agar klien paham dan setuju. Setelah setuju maka konseling berlanjut ke tahap berikut. 

 

Setelah tujuan dari setiap daftar soal ditentukan bersama konseli, konselor mengelaborasi literature intervensi yang efektif dalam mencapai tujuan dari setiap daftar soal yang ada. Intervensi yang efektif ini disampaikan kepada konseli agar konseli mengerti. Interveni efektif juga bisa dilatih. Konselor memberikan latihan atau praktek interfensi efektif ini entah itu latihan langsung maupun dari video-video yang ada di youtube dalam mengadress soal yang sedang dialami konseli. Setelah konseli mengerti dan setuju maka efektif intervensi itu diemplementasikan atau dilaksanakan oleh konseli. 

 

Implementasi intervensi efektif untuk sembuh dari sakit psikologis yang terdiri dari tindakan, perasaan, dan pikiran itu, konselor dapat memonitor perkembangan atau kemundurannya. Untuk itu konselor akan memberikan form-form yang perlu diisi konseli untuk membantu konseli memonitor mandiri perkembangan soalya, Form-form itu juga bisa diberikan kepada orang-orang terdekat yang membantu menyembuhkan konseli, yaitu orang tua, keluarga, teman sekolah, guru, dll. Kemudian ada evaluasi dan jika perlu revisi setelah evaluasi, maka perlu mendapat persetujuan konseli. Revisi berarti mulai assessment ulang dan tahap seterusnya seperti sudah diulas sebelumnya. Setelah revisi atas persetujuan konseli, dan kemudian konseli merasa sembuh, maka atas persetujuan dan kemauan konseli, terminasi konseling dapta dilaksanakan. Sebaliknya konseli tidak berhasil sembuh, konseli dapat melakukan terminasi dan konselor mendampinginya dalam mencari proses penyembuhan kepada yang lebih professional atas soal konseli.

 

 

Nah kalau, Ia mulai tidak Sadar lagi dalam Injil hari ini, adalah persoalan orang yang menilai bukan persoalan orang yang dinilai. Maka soalnya perlu diadress dalam group proses terhadap kelompok orang yang menilai Yesus adalah orang yang tidak sadar lagi, dalam bahasa konseling orang yang mengalami gangguan psikologis. Mereka yang menilai orang lain dalam hal ini menilai Yesus sebagai orang yang tidak sadar lagi  tanpa data holistik. Mereka menilai Yesus sebagai orang yang tidak sadder lagi hanya berdasarkan observasi sesaat saja secara spontan, tidak mandalam melewati proses sesi konseling sampai terminasi. Mereka dapat dididik dalam grup proses tentang menilai orang sampai orang itu sendiri menerima penilain atas dirinya adalah tepat sebagai orang yang sadar tau tidak sadar. Itu hanya terjadi di dalam ruang konseling baik konseling pribadi maupun konseling kelompok/keluarga atau komunitas. Yesus Sungguh Sadar Apa dipikirkan, dirasakan dan dilakukan di depan publik. Tetapi orang-orang yang menilai-Nya sebagai orang yang tidak sadar tulah yang sebetulnya tidak sadar. Mari kita menilai orang lain berdasarkan data sehingga penilaian kita sebagai input yang membangun orang yang dinilai dan kita yang menilai. Apakah penilaianku pada sesama berdasarkan data yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah? ***

Mengapa Yesus Naik Ke Atas Bukit dulu lalu memanggil 12 MuridNya juga naik ke atas? Mrk. 3:13-19

                              

                                 

 

 

 

Mengapa Yesus “Naik Ke Atas Bukit” lalu memanggil 12 Murid-Nya datang kepada-Nya di  ke atas bukit?

Mrk. 3:13-19

 

Jumat, 22 Januari 2021

Sharing Iman Berbasis Kitab Suci

*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

 

Proses Yesus memanggil para murid merupakan satu peristiwa yang sangat istimewa bagi saya. Bukan hanya istimewa tetapi menjadi sebuah persoalan yang serius bagi saya dan tentunya diharapkan bagi kita semua. Persoalan itu saya simpulkan dalam pertanyaan berikut: Mengapa Yesus sebelum memanggil dua belas murid naik ke atas Bukit dan para murid yang dipanngil pun lalu naik ke atas bukit? 

 

Orang yang dipilih atau dilantik atau diresmikan statusnya, pada umumnya memiliki tempat yang istimewa. Tempat yang istimewa itu adalah di atas bukit. Berada di tempat yang tinggi, orang dapat melihat pemandangan yang indah dan memiliki pemandangan luas dan lebar dan lebih mendalam. Orang yang berada di tempat yang tinggi dapat melihat semua hadirin yang menyaksikan peristiwa Yesus memanggil para murid. 

 

Gerakan “Naik ke atas bukit” dalam konteks panggilan para murid ini memiliki banyak kesan dan makna. Ada yang melihat panggilan ini untuk mendapat status sosial yang sangat tinggi. Ada yang melihat dan memaknainya sebagai sebuah kebanggaan dan kepuasan pribadi sendiri. Ada yang melihat naik ke atas sebagai tempat yang memberikan rasa aman pada status quo. Ada yang melihat naik ke atas sebagai sebuah tempat yang mengungkapkan kesombongan. Ada yang melihat hal ini sebagai simbol kedekatan dengan Tuhan yang berdiam di tempat yang tertinggi di Surga.

 

Tetapi bagi saya, di antara sekian banyak banyak pemaknaan atas panggilan yang diawali dengan “naik ke atas” ini hanya ada satu yang paling utama dan penting yaitu naik ke atas di sini memiliki simbol yang paling mendalam di balik perbuatan ke atas dan kalimat ke ke atas ini adalah bahwa menjadi murid Yesus, menjadi orang terpilih fokusnya adalah untuk lebih mendekatkan diri dengan Tuhan dan bersatu dengan Tuhan kemudian bukan untuk merasa puas sendiri menikmati kenyamanan di atas bukit panggilan tetapi untuk turun ke bawah, ke lembah untuk menjumpai semua suku dan bangsa yang semestinya sedang menanti para murid untuk dilayani. Menjadi murid Yesus bukan untuk mengutamakan diri sendiri tetapi untuk mengutamakan kepentingan begitu banyak orang. Menjadi pemimpin bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani. Menjadi Pemimpin bukan untuk menjadi sombong tetapi untuk menjadi rendah hati. Seorang Pemimpin bukan untuk mengutamakan kepentingan diri sendiri tetapi untuk kepentingan banyak orang. 

 

Yesus memanggil 12 muridNya. Pertanyaan berikutnya adalah: Apakah semua murid yang dipanggil melakukan makna terdalam dari simbol “naik ke atas” saat dipanggil Tuhan Yesus? Kita semua disadarkan oleh Sabda Allah hari ini bahwa tidak semua murid-Nya melayani dengan hati yang tulus tetapi dalam Injil hari ini justru Yudas Iskariot tampil beda. Ia beda menjadi murid Yesus. Ia beda karena ia menjadi murid dan menjadi ekonom untuk mengkorup uang bersama. Ia berpikir beda dan puncaknya adalah menjual Yesus Gurunya karena mata duitan. Yudas Iskariot menjual Yesus Sang Guru dengan seharga seorang hamba kepada musuh-musuhNya. Yudas Iskariot “naik ke atas” saat dipanggil dan diam lalu terus ke atas dalam hal keuangan lewat korupsi dan lewat menjual Yesus Sang Gurunya. Yudas Iskariot dipanggil atas kehendak Bapa di Surga tetapi ia hidup tidak berdasarkan kehendak Tuhan. Yudas Iskariot Murid Yesus tapi pengkhianat Yesus. 

 

 

Kita semua di panggil Tuhan dalam panggilan kita masing-masing atas kehendak Tuhan. Kita dipanngil untuk melakukan kehendak Tuhan dari bangun pagi sampai bangun pagi lagi di hari berikutnya. Kita dipanggil untuk melayani bukan untuk dilayani baik dalam keluarga maupun dalam komunitas biarawan dan biarawati. Kita dipanggil untuk menjadi rendah hati satu terhadap yang lain bukan untuk menjadi orang yang sombong. Kerendahan hati disukai dan dibutuhkan semua orang. Tetapi kesombongan tidak dibutuhkan oleh mayoritas orang. Selamat menjadi murid Yesus di jalan panggilan kita masing-masing baik sebagai awam maupun sebagai kaum berjubah.***

Renungan Misa Harian Jumat 22 Januari 2021

 Situasi Group Proses Penyembuhan dalam Komunitas 12 Murid

Belum Ada sehingga Yudas Iskariot Menjadi Pengkhianat Yesus

 

 

*.P.Benediktus Bere Mali, SVD*

 

Renungan Harian Jumat 22 Januari 2021

Ibr.8:6-13

Mrk.3:13-19

 

 

Sekilas Situasi Covid 19 mengubah dan diubah

 

Sebelum situasi pandemic covid 19, bebera waktu lalu penyembuhan secara psikologis, spiritual dan sosial face to face sangat laris manis. Saya tidak mempunyai data berapa keuntungan yang diperoleh dari penyembuh spiritual, psikologis dan sosial pada masa sebelum pandemic covid 19. Tetapi situasi dan kondisi pandemi covid 19 ini menghentikan sejenak penyembuhan face to facespiritual, psikologis dan sosial. Banyak pusat konseling professional yang kehilangan pasien untuk disembuhkan dan dengan demikian pendapatan dari pusat konseling pun mengalami penurunan secara drastis. Pusat-pusat perkumpulan penyembuhan kharismatik juga sepi dan dengan demikian dampak ekonomi bagi kelompok penyembuh spiritual juga sangat menurun. Penyembuhan secara sosial face to face pun sangat jarang karena orang lebih manjaga jarak untuk tetap tidak terpapar covid 19 yang sedang menyebar cepat. Banyak orang beralih profesi untuk mempertahankan hidupnya di masa pandemi covid 19 ini. Kita pun akhirnya taat pada lingkungan khususnya Lingkungan pandemic covid 19 yang secara drastis mengubah pola hidup dalam segala lini dan manusia dipandu untuk beradaptasi hanya untuk satu tujuan, untuk bisa bertahan hidup. Orang yang dulunya menjadi penyembuh kharismatik face to face harus beralih menjadi petani hanya untuk mempertahankan hidupnya di masa covid 19 ini. 

 

Situasi Mengubah Yudas Iskariot 

 

Situasi Yudas Iskariot sebelum menjadi murid Yesus tentunya berbeda. Setelah dipilih menjadi murid Yesus, Yudas Iskariot mengalami situasi selama kurang lebih 3 tahun bersama 11 murid yang lain bersama sang guru Yesus yang dapat mengubah hidupnya.  Awalnya Ia menjadi murid Yesus. Kemudian Ia menjadi ekonom komunitas 12 murid. Tentu Yesus berpikir bahwa Sehebat pelayanan apapun soal uang untuk memperlancar roda kehidupan pelayanan adalah sesuatu yang sangat sentral.  Maka sejak awal Yesus memilih 12 Murid.  Yesus sadar akan betapa pentingnya keuangan bagi karya cinta kasih. Yudas Iskariot dipilih sebagai ekonom. Sedangkan 11 murid yang lain fokus bersama Yesus melayani kehidupan spiritual semua orang yang mereka layani. Yudas Iskariot mengatur keuangan misi Yesus bersama 11 murid yang lain. Yudas mengatur urusan rumah tangga dari dapur sebagai sumber energi untuk melayani semua orang oleh Yesus bersama 11 murid yang lain. 

 

Kita dapat membayangkan betapa banyak orang yang disembuhkan Yesus dan begitu banyak orang yang tentu memberikan perhatian kepada 12 murid. Dan dalam Injil banyak ibu-ibu atau perempuan yang melayani Yesus dan 12 murid. Tentu di antara para ibu itu ada yang prihatin tentang soal makan minum dan pakaian Yesus dan 12 murid. Para ibu berpartisipasi dalam mengatur dan menyiapkan soal makan minum Yesus bersama 12 murid. Bantuan mereka tentu berhubungan langsung dengan ekonom yang memimpin urusan dapur kelompok 12 para murid bersama sang guru Yesus sendiri. Sumbangan ibu-ibu dan umat yang mereka layani tentu dalam berbagai bentuk. Ada ibu-ibu yang langsung masak di dapur untuk makanan dan minuman para murid bersama Yesus Guru mereka. Ada Ibu yang barangkali fokus memberi uang karena tidak dapat terlibat di dapur secara langsung karena fokus urusan kerja dan atau urusan keluarganya yang tidak dapat ditinggalkan. Ada juga sumbangan dari donatur yang penerimanya adalah Yudas Iskariot sebagai ekonom dan urusan makan minum Yesus dan para murid.

 

Selama hidup bersama Yesus, tidak pernah kita temukan tentang sosok ekonom yang ditampilkan di dalam Injil. Ini dapat memberi kita banyak kesan. Mungkin urusan dapur dan keuangan aman-aman saja selama misi pelayanan Yesus di darat, di laut, maupun di tempat-tempat yang sulit dijangkau. Semua keuangan untuk biaya operasional terkesan tampak tidak ada soal. Bisa jadi Yesus tidak memiliki agenda khusus secara rutin untuk memonitor ekonom, mengevaluasi ekonom, merevisi hal-hal prinsipil ekonom jika perlu dan mendesak demi kepercayaan para pendukung dan donatur misi yang berurusan secara langsung dengan Yudas Iskariot sebagai pengurus keuangan komunitas kelompok para murid bersama Yesus sebagai Sang Guru. Yudas Iskariot yang bisa jadi tidak dikontrol secara bersama dan tidak dievaluasi serta tidak ada kerja ekonom yang perlu direvisi, maka ketika ada peluang Yesus akan ditangkap oleh para penguasa oposisi, Yudas Iskariot memanfaatkan kesempatan itu dengan menghancurkan Yesus Gurunya dari dalam kelompok 12 murid itu sendiri. Yudas Iskariot menjual Yesus kepada para oposisinya yang selama ini menyimpan dendam membara kepada Yesus. Yudas Iskariot menjual Yesus kepada para musuh dengan harga yang sangat murah seharga seorang hamba yang dijual kepada majikan seharga 30 keping perak. 

 

Barangkali Yudas Iskariot melakukan hal ini dengan pikiran seorang ekonom yang sangat matang dengan memperhitungkan segala untung dan resikonya. Sebagai ekonom, beliau observasi dan interview tokoh tokoh kunci tentang pelayanan Yesus khususnya melakukan banyak mujizat penyembuhan yang menjadi kunci mengapa Yudas Iskariot menjual Yesus dengan seharga yang sangat murah. Yudas Iskariot bisa saja melakukan ini karena baginya Yesus akan menghadapi para musuh yang membeliNya lalu menghukumNya, semua rencana musuh akan dimentahkan oleh Mujizat Yesus. Dalam pikiran Yudas Iskariot, Yesus yang sudah berpengalam mengadakan banyak mujizat, pasti akan mematahkan semua usaha lawan-lawanNya termasuk rencana untuk pembunuhan sekalipun. Bagi Yudas Iskariot bukan soal 30 Perak yang menjadi fokus tetapi fokusnya adalah Yesus akan melakukan Mujizat saat lawan-lawanNya datang kepadaNya. 

 

Pikiran seorang ekonom tidak sama dengan pikiran gurunya. Pikiran Yesus, Pikiran Gereja Katolik, Pikiran Orang beriman kepada Yesus melalui Gereja Katolik tentu sudah pasti menuduh Yudas Iskariot sebagai orang yang mengkhianati Yesus. Penulis Injil hari ini menyebutnya sebagai Yudas Iskariot seorang yang dipilih Yesus atas kehendak Bapa tetapi kemudian mengkhianati Yesus. Saya jika berada pada posisi Yudas Iskariot sebagai salah seorang murid Yesus pada zaman itu, tentu saya juga bisa jadi seperti apa yang dipikirkannya. Apalagi sebagai seorang ekonom yang setiap hari mengurus dapur dan keuangan untuk biaya operasional misi pelayanan Yesus dan para purid yang lain. Yudas berusaha dan fokus mencari dan mendapatkan serta mengelolah keuangan untuk meyelamatkan hidup dalam hal makan dan minum para murid dan Yesus sebagai kekuatan dasar untuk melayani orang banyak. 

 

Tetapi itulah rancangan manusia bukanlah rancangan Allah. Maka tepat nubuat Yesaya tentang jalannya sejarah keselamatan: “sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu (Yes.55:8).” Seringkali rancangan kita begitu hebat seperti Yudas Iskariot di luar rancangan Allah dan ketika memaksakan rancangan kita itu diimplementasikan ternyata buahnya bukan dihargai tetapi justru digolongkan sebagai orang yang mengkhianati Allah. Yudas dipilih atas kehendak Allah menjadi seorang ekonom 12 murid bersama sang guru mereka. Tetapi dalam perjalanan hidupnya Yudas hidup tidak berdasarkan kehendak Allah tetapi atas kehendaknya sendiri.  Sayang seribu sayang kehendaknya pun tidak disiskusikan dengan 11 murid yang lain dan terutama konsultasikan dengan Yesus Sang Gurunya. 

 

Lalu dari sini kita menemukan sebuah pertanyaan, Mengapa 11 Murid yang lain hidup menurut kehendak Tuhan tetapi Yudas tidak? Kunci persoalannya dimana dalam konteks sebagai anggota komunitas 12 para murid Yesus? Bagaimana proses kehidupan 12 murid sejak awal sampai 3 tahun bersama Yesus? Apakah ada rencana awal yang matang dengan program pertemuan rutin untuk memonitor, mengevaluasi, merevisi program, bila perlu, ketika para agen dalam hal ini 12 Murid menjalankan tugas perutusannya secara tidak semestinya? Apakah ada program group proses dalam komunitas 12 murid bersama Yesus dengan agenda dasar: Menyembuhkan Komunitas dan disembuhkan komunitas? Persoalan Yudas Iskariot yang dipilih menjadi murid Yesus dan dipilih menjadi ekonom tentu atas dasar kemampuan yang hebat dari Yudas Iskariot. Tetapi menjadi persoalan besar dalam sejarah keselamatan karena Yudas Iskariot adalah seorang murid yang mengkhianati Yesus Sang Gurunya. Bagi saya, hal ini terjadi dan dapat direfleksikan dari sisi group proses penyembuhan kelompok 12 murid bersama sang guru Yesus.  Bagi hemat saya, seandainya group proeses penyembuhan dalam komunitas 12 murid bersama Guru berjalan secara baik sejak awal maka pasti pengkhianatan bisa diredusir atau tidak terjadi dalam komunitas 12 murid bersama Yesus sebagai guru mereka. 

 

 

Bagi saya, Group Proses 12 Murid bersama Sang Guru terabaikan di balik pelayanan keluar yang begitu sangat hebat mengagumkan publik. Seandainya ada group proses penyembuhan 12 murid bersama Yesus Sang Guru mereka, saya berpendapat bahwa Yudas Iskariot bekerja secara baik dan tidak akan menjadi pengkhianat karena dia memiliki pemahaman yang jelas tentang Yesus. Supaya Yudas Isakriot yang lain pada zaman kini bekerja baik dan tidak mengkhianati Yesus maka perlu ada group proses penyembuhan di dalam komunitas 12 murid bersama Sang Guru Yesus sendiri. Maka penting Yesus Sang Guru mengedukasi para muridNya dengan pola mengikuti Tahap-tahap Group Proses Kelompok 12 murid dengan GuruNya sebagai berikut. 

 

 

 

Pertama. Program Yesus adalah mencintai Tuhan, Sesama dan Diri Sendiri sedang berjalan tetapi Yudas Iskariot pada zaman ini mengkhianati Yesus Sang Gurunya. Ini soal serius. Program ini baku dan berbasiskan program ini kelompok 12 murid bersama Guru mereka mengumpulkan data keberhasilan dan kegagalam melaksanakan program ini. Program ini menarik karena setiap orang membutuhkan cinta dan Yesus dan muridNya memberikan kasih kepada sesama yang membutuhkan cinta.  Para murid dan Guru juga membutuhkan cinta dan yang memenuhi kebutuhan akan cinta itu adalah anggota komunitas sendiri lewat group proses dalam komunitas. Cinta kasih ke luar dan cinta kasih ke dalam dapat dilihat dan diukur, diharapkan dilaksanakan secara seimbang. Persoalannya: Mengapa Yudas Iskariot menjadi Pengkhianat Sang Guru? Mengapa Program Cinta Pada Sesama dan diri sendiri gagal dalam diri Yudas Iskariot?

 

Pelaksanaan program berhasil atau gagal, dibutuhkan data dari lapangan. Data Lapangan yang dimaksud adalah data dari orang luar dan orang dalam sendiri. Data diperoleh lewat assessmentyaitu wawancara, observasi, dan alat berupa questioner untuk menemukan akar persoalan kegagalam pelaksanaan program. Prinsip ambil data dari semua yang terlibat memberikan data lewat wawancara dan obeservasi maupun questioner berbasiskan semua anggota memiliki niat baik untuk kehidupan bersama yang lebih baik dalam konteks pelaksanaan program yang sukses berhasil memuaskan bersama. Maka pemimpin kelompok atau komunitas semestinya memberikan penjelasan yang baik kepada anggota yang akan memberi data agar data keluar dari kejujuran sehingga masalah yang ditemukan adalah valid untuk diadres. Setelah semua mengerti dan bersedia untuk memberi data yang obyektif, assessment yang terdiri wawancara, observasi, dan questioner dapat dibagikan/dilakukan kepada partisipan dari luar komunitas 12 maupun di dalam kelompok 12 murid. Leader bersama team memiliki peran sebagai fasilitator dalam mengumpulkan data, mengolah data sampai menemukan persoalan inti kelompok dua belas agar soal itulah yang akan diaddres untuk kebaikan bersama. Daftar soal yang ditemukan itu kemudian dibicarakan bersama anggota kelompok 12 untuk klarifikasi. Jika semua setuju dengan daftar soal hidup bersama, team merumuskan persoalan itu, pada level daftar persoalan yang ada dalam komunitas 12 murid bersama sang guru. 

 

Kedua.  Pertemuan kedua lebih fokus pada soal utama yang menjadi penyebab yang memelihara bertumbuhnya kasus dalam hidup bersama komunitas. Misalnya kasus A paling utama menjadi penyebab yang menumbuhkembangkan kasus dalam hidup bersama.  Semua sepakat bahwa kasus utama itu adalah kasus A dengan berbagai segi yang memelihara kasus utama itu.  Kalau semua setuju maka group proses beralih kepada tahap penyembuhan komunitas berikutnya.

 

Ketiga.  Team dapat memformulasikan persoalan secara tepat. Penyebab yang memelihara akar soal dalam kehidupan kelompok duabelas murid dirumuskan secara tepat dan dalam rumusan itu memuat segi-segi yang mengandung persoalan, berdasarkan data yang dikumpulkan dari wawancara, observasi, alat test dan dukungan literature terbaru yang mendukung rumusan soal yang akan diadress dengan intervensi yang efektif berdasarkan literature terbaru.  Hasil rumusan team disampaikan kepada anggota untuk mendapat klarifikasi dari anggota sampai semua anggota setuju rumusan itu sebagai hasil rumusan bersama. Setelah rumusan disetujui oleh semua anggota, kita memasuki tahap selanjutnya dalam group proses yang menyembuhkan kelompok atau keluarga atau dalam hal ini group proses komunitas 12 murid bersama Sang Guru Yesus.

 

 

Keempat. Setelah merumuskan akar soal secara tepat maka tahap berikut adalah rencana penyembuhan atas soal tersebut. Rencana treatmen terdiri dari tiga bagian penting, pertamaberdasarkan rumusan persoalan itu, bersama-sama menentukan daftar soal A,B,C  yang mau diaddress. Setelah semua setuju daftar soal yang ada, maka leader sebagai fasilitator menjelaskan, tahap kedua, yaitu tujuan dari setiap daftar soal yang telah disepakati bersama oleh hadirin dalam pertemuan. Misalnya Kasus A adalah tidak transparan dalam sebuah komisi A. Maka Tujuan kasus A adalah Transparan/Jujur. Demikian juga Tujuan kasus B dan C.  Tujuan semestinya SMART artinya Tujuan setiap kasus itu (S)pesifik/simple, (M)easurable/terukur, (A)ttainable/tercapai, (R)ealistik, (T)imely Statement/jangka waktu yang ditetapkan. Leader bersama team mengedukasi peserta sampai mengerti dan pengertian yang diputuskan adalah pengertian bersama agar dengan pengertian yang baik dari setiap anggota, tidak mengalami kesulitan saat pelaksanaan di lapangan real dalam menyembuhkan kehidupan komunitas bersama. Setelah tujuan jelas diputuskan bersama, memasuki tahap berikut, tahap ketiga dalam bagian ini yaitu penentuan intervensi yang efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Intervensi yang efektif untuk mencapai tujuan itu, team leaders sebagai fasilitator dan bisa juga partisipan membaca literature terbaru yang langsung berkaitan dengan intervensi efektif atas kasus dan tujuan yang telah ditentukan bersama.  Intervensi efektif atas setiap kasus dan tujuan dapat disampaikan secara tepat agar anggota komunitas mengerti secara tepat proses intervensi efektif itu sehingga ketika implementasi intervensi efektif pada anggota komunitas, semua anggota komunitas dapat melaksanakan secara baik dan berhasil dalam proses menyembuhkan komunitas dan disembuhkan oleh komunitas. Kalau ini jalan maka kita beralih ke tahap berikut dalam group proses anggota komunitas 12 murid dengan sang Guru Yesus.

 

Kelima. Memonitor Implementasi Intervensi Efektif, Evaluasi, Revisi bila diperlukan. 

 

Sementara pengimplementasian intervensi yang efektif, leader bersama team memonitor. Alat monitor berupa form-form yang berkaitan dengan kemajuan perubahan dan kemunduran perkembangan kasus dalam diri dan kelompok dapat diukur sehingga anggota kelompok dan individu tahu bahwa implementasi interfensi betul efektif atau tidak.  Form-form monitoring ini dibagikan juga kepada orang tua dan saudara dan saudari atau teman sekolah dan sahabat yang setiap hari bersama dalam kelompok atau individu sehingga kemajuan dan kemundurannya selama implementasi interfensi efektif dapat diketahui dari semua mereka yang peduli dan menolong individu dan atau komunitas yang sedang melalui proses penyembuhan. 

 

Selain itu leader dan teamnya menentukan jadwal yang tetap untuk mengevaluasi implementasi efektif intervensi, bisa harian, bisa mingguan, bisa bulanan, caturwulan, semesteran, atau tahunan. Dalam evaluasi itu tentu menemukan keberhasilan atau kegagalan, harapan dan tantangan. 

 

Kalau interfensi efektif itu tidak jalan maka perlu direvisi. Revisi berarti dalam konteks komunitas, perlu meminta persetujuan anggota komunitas, atau secara personal, perlu mendapat persetujuan pribadi. Revisi berarti asessmen ulang. Itu berarti prosesnya dari awal lagi. Setelah revisi bisa berhasil atau gagal. Kegagalan dapat memberi peluang untuk terus atau terminasi proses penyembuhan komunitas /pribadi. Terminasi berarti mencari solusi cara lain dengan bantuan ahli lain dalam mengadres soal pribadi/komunitas. Untuk itu perlu adanya kerendahan hati leader dan team untuk mencari orang yang lebih professional dalam bidangnya untuk menyembuhkan komunitas/individu. 

 

Tetapi jika setelah revisi semua rasa beres berdasarkan form evaluasi yang diisi oleh semua pihak bahwa efektif intervensi berhasil maka atas keputusan pribadi /komunitas yang telah sembuh atau kelompok yang sembuh untuk melakukan terminasi. Group proses berhasil dalam penyembuhan.  Tetapi dalam konteks penyembuhan komunitas oleh anggota komunitas, group proses terus dan wajib dilaksanakan selama komunitas itu eksis. Hal ini sebuah keharusan untuk mengurangi persoalan individu maupun komunitas. Komunktas adalah lokus untuk menyembuhkan dan disembuhkan. Semoga menginspirasi setiap kelompok kecil maupun kelompok besar. Tuhan memberkati. ***