Fokus pada Yang Abadi Yang Menyembuhkan
*P.Benediktus Bere Mali, SVD*
Yun.3:1-5.10: Meninggalkan yang temporal Menuju yang Perpetual.
Orang Niniwe berdosa di hadapan Tuhan. Dosa mereka karena terikat pada hal-hal duniawi yang meliputi harta, wanita dan kuasa. Yunus diutus Tuhan mewartakan pertobatan kepada penduduk Niniwe. Warta pertobatan Yunus didengarkan dengan telinga mereka, dan dipahami dengan pikiran mereka, dan kemudian tindakan mereka meninggalkan cara hidup lama kepada cara hidup baru dalam naungan dan bimbingan Tuhan. Perilaku konkrit orang-orang Ninive bertobat dari masa lalu yang penuh dosa. Tuhan mendengar pertobatan mereka dan Tuhan menyesal atas rencana-Nya untuk menunggangbalikkan kota Ninive. Tuhan mendengarkan doa dan pertobatan mereka yang hidup menurut yang abadi yang menyelamatkan. Mereka meninggalkan yang sementara yang menyesatkan.
1Kor.7:29-31: Melepaskan yang sementara dan memegangerat yang abadi
Segala sesuatu yang di dunia ini pasti berlalu oleh karena itu bekerjalah untuk yang abadi yang setia menyelamatkan dunia dan kita umat manusia. Yang Abadi Yang menyelamatkan. Yang Abadi yang menyembuhkan. Yang duniawi yang menyesatkan tetapi yang abadi di Surga yang menyembuhkan kita bersama. Berpeganglah pada yang di Surga yang setia selalu menyembuhkan.
Mrk. 1:14-20: Meninggalkan Pekerjaan Yang Sementara dan Bekerjalah selalu untuk yang abadi
Para murid sudah kerja mapan sebagai nelayan. Tetapi mereka meninggalkan itu dan mengikuti Yesus untuk bekerja untuk yang hidup abadi di Surga. Mereka meninggalkan semua yang sementara menuju Yang abadi di Surga. Mereka bekerja di Kebun Anggur Tuhan, tidak ada sekolah yang paling istimewa selain kerja praktek di kebun Anggur menjadi seorang pekerja di kebun anggur Tuhan yang professional bukan dari buku tetapi dari pengalaman hidup di lapangan. Para murid beralih dari seorang nelayan ikan menjadi nelayan manusia. Sebuah peralihan kerja tanpa sebuah Pendidikan Formal karena bagi Yesus praktek kerja menjadi nelayan manusia di lapangan adalah paling penting dari sekolah formal di bangku kuliah. Mereka belajar melalui melihat dengan mata mereka, mendengar dengan telinga mereka, menyentuh dengan tangan kerja mereka. Mereka belajar pada sang guru dengan mengimitasi Sang Guru-Nya sebagai misionaris yang memiliki integritas. Menjadi murid bukan hanya belajar dari buku atau literature, tetapi menjadi murid yang mau belajar dari setiap pengalaman hidup bekerja praktek di lapangan. Belajar dari praktek harian itu yang menyempurnakan kekurangan dari hari-hari kemarin. Kerja praktek yang lebih lama bahkan sepanjang hayat di kandung badan itulah yang sungguh menyembuhkan. Tidak ada sekolah formasi panggilan secara khusus, tetapi pengalaman praktek di lapangan itulah guru kehidupan yang setia mengajari kita.
Pertanyaan teka-teki yang menarik dari bacaan liturgis hari ini adalah mengapa sesudah Yohanes ditangkap Yesus langsung memilih 12 murid-Nya dalam melanjutkan misi pertobatan Yohanes Pembaptis? Mengapa Yohanes Pembaptis ditangkap?. Silahkan pembaca Injil liturgis hari ini untuk mendalaminya. ***