Proses versus instant
*P.Benediktus Bere Mali,SVD*
Refleksi Pribadi
Jumat 29 Januari 2021
Mrk.4:26-34
Ibr.10:32-39
Di sebuah Universitas terbaik dalam jurusan konseling, seorang mahasiswa akan disebut sebagai seorang konselor professional setelah melewati proses belajar tatap muka, lulus ujian lisan, lulus ujian tulis, presentasi contoh kasus klien dari setiap matakuliah di klas dan Juga di tempat praktek, lulus praktek konseling terbimbing di kampus, lulus praktek konseling terbimbing oleh supervisor berlisensi internasional di pusat praktek konseling dan harus lulus ujian komprehensif dimana hasil lulus ujian itu berdasarkan evaluasi semua dosen konseling di kampus tersebut. Proses itulah akan menciptakan seorang Konselor professional. Artinya bahwa dengan Proses yang demikian mantap mengantar seorang Konselor professional pasti untuk menjadi pendamping dan penuntun konseli di ruang konseling secara baik dan benar untuk menyembuhkan konseli, berkat semua tahap konseling yang telah diperoleh Selama masa pendidikannya sebagai pembentukan seorang Konselor professional. Sebaliknya Konselor yang bawah ijazah Karena belaskasihan akan meleset pada waktu pelaksanaan konseling di ruang konseling. Mental instant baik dari institusi maupun dari pribadi yang hanya berorientasi mendapat ijazah tetapi abaikan proses praktek konseling, pasti akan terjadi error di ruang konseling maupun di luar ruang konseling, khusus yang berkaitan dengan bidang dan ijazahnya atau sertifikatnya. Intinya bahwa mencintai proses itu pasti menyelamatkan. Sedangkan yang bermental instant itu lebih banyak membuat orangnya sesat menyesatkan.
Kebenaran Proses berakar dari Kerajaan Allah dalam Injil Hari ini disampaikan dalam bentuk perumpamaan tentang Benih kecil yang ditanam, bertunas bertumbuh, berkembang, bertumbuh Subur, berbunga, berbuah, masak dan kemudian dipanen karena telah tiba musim panen. Demikianlah Kerajaan Allah itu bertumbuh dan berkembang di dalam lahan hati dan budi manusia melalui proses bukan instant bertumbuh dan berkembang serta berbuah.
Di dalam Proses itu seorang penyebar Kerajaan Allah butuh ketekunan, kesadaran, kesetiaan, di samping stress, tekanan, Sakit, pusing dan bahkan nyaris putus asa dan menyerah. Dalam Proses demikian kekuatan utama setiap orang yang jatuh dan melewati Proses itu adalah "sengsara membawa nikmat" sebagai spirit yang berperan sebagai pemandu.
Santo Yosef Freinademetz yang pestanya diperingati hari ini, seorang misionaris pertama SVD di China. Sejak meninggalkan tanah kelahirannya menuju China, hingga meninggal di China ia tidak pernah kembali berlibur ke Negeri kelahirannya. "Spirit Cinta pada China begitu mendalam sehingga ia menjadi orang China dalam budaya China dan bahkan ia berkata sampai di Surga pun ia ingin tetap menjadi orang China." Hal ini dimiliki Santo Josef Freinademetz karena ketekunan dan kesabarannya serta kesetiaannya menjadi seorang misionaris China. Meskipun ada banyak tantangan dan halangan, ia tetap setia menyebarkan Kerajaan Allah di Negeri China sampai ia mati di China.
Bagi St. Josef Freinademetz Kerajaan Allah di Negeri China itu seumpana seorang yang menanam benih, kemudian ia bertunas, bertumbuh dan berkembang, sampai berbuah dan pada saatnya yang tepat dipanen karena musim panen telah tiba.
Buah-buah dari misionaris St Josef Freinademetz pada hari ini adalah ada orang China baik dari Negara China maupun di luar Negara China yang telah menjadi Bruder SVD dan Imam SVD. Cinta St. Josef Freinademetz kepada orang China dan menjadi orang China bahkan sampai di Surga pun tetap menjadi orang China telah ditanggapi secara positif oleh orang China dengan menjadi Imam dan Bruder SVD. Santo Josef Freinademetz doakanlah kami dari dalam Surga. Secara khusus mohon doa Bapa Santo Josef Freinademetz untuk panggilan pemuda dan pemudi Tionghoa untuk menjadi imam, Bruder dan Suster. ***