Mengapa Yesus Naik Ke Atas Bukit dulu lalu memanggil 12 MuridNya juga naik ke atas? Mrk. 3:13-19

                              

                                 

 

 

 

Mengapa Yesus “Naik Ke Atas Bukit” lalu memanggil 12 Murid-Nya datang kepada-Nya di  ke atas bukit?

Mrk. 3:13-19

 

Jumat, 22 Januari 2021

Sharing Iman Berbasis Kitab Suci

*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

 

Proses Yesus memanggil para murid merupakan satu peristiwa yang sangat istimewa bagi saya. Bukan hanya istimewa tetapi menjadi sebuah persoalan yang serius bagi saya dan tentunya diharapkan bagi kita semua. Persoalan itu saya simpulkan dalam pertanyaan berikut: Mengapa Yesus sebelum memanggil dua belas murid naik ke atas Bukit dan para murid yang dipanngil pun lalu naik ke atas bukit? 

 

Orang yang dipilih atau dilantik atau diresmikan statusnya, pada umumnya memiliki tempat yang istimewa. Tempat yang istimewa itu adalah di atas bukit. Berada di tempat yang tinggi, orang dapat melihat pemandangan yang indah dan memiliki pemandangan luas dan lebar dan lebih mendalam. Orang yang berada di tempat yang tinggi dapat melihat semua hadirin yang menyaksikan peristiwa Yesus memanggil para murid. 

 

Gerakan “Naik ke atas bukit” dalam konteks panggilan para murid ini memiliki banyak kesan dan makna. Ada yang melihat panggilan ini untuk mendapat status sosial yang sangat tinggi. Ada yang melihat dan memaknainya sebagai sebuah kebanggaan dan kepuasan pribadi sendiri. Ada yang melihat naik ke atas sebagai tempat yang memberikan rasa aman pada status quo. Ada yang melihat naik ke atas sebagai sebuah tempat yang mengungkapkan kesombongan. Ada yang melihat hal ini sebagai simbol kedekatan dengan Tuhan yang berdiam di tempat yang tertinggi di Surga.

 

Tetapi bagi saya, di antara sekian banyak banyak pemaknaan atas panggilan yang diawali dengan “naik ke atas” ini hanya ada satu yang paling utama dan penting yaitu naik ke atas di sini memiliki simbol yang paling mendalam di balik perbuatan ke atas dan kalimat ke ke atas ini adalah bahwa menjadi murid Yesus, menjadi orang terpilih fokusnya adalah untuk lebih mendekatkan diri dengan Tuhan dan bersatu dengan Tuhan kemudian bukan untuk merasa puas sendiri menikmati kenyamanan di atas bukit panggilan tetapi untuk turun ke bawah, ke lembah untuk menjumpai semua suku dan bangsa yang semestinya sedang menanti para murid untuk dilayani. Menjadi murid Yesus bukan untuk mengutamakan diri sendiri tetapi untuk mengutamakan kepentingan begitu banyak orang. Menjadi pemimpin bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani. Menjadi Pemimpin bukan untuk menjadi sombong tetapi untuk menjadi rendah hati. Seorang Pemimpin bukan untuk mengutamakan kepentingan diri sendiri tetapi untuk kepentingan banyak orang. 

 

Yesus memanggil 12 muridNya. Pertanyaan berikutnya adalah: Apakah semua murid yang dipanggil melakukan makna terdalam dari simbol “naik ke atas” saat dipanggil Tuhan Yesus? Kita semua disadarkan oleh Sabda Allah hari ini bahwa tidak semua murid-Nya melayani dengan hati yang tulus tetapi dalam Injil hari ini justru Yudas Iskariot tampil beda. Ia beda menjadi murid Yesus. Ia beda karena ia menjadi murid dan menjadi ekonom untuk mengkorup uang bersama. Ia berpikir beda dan puncaknya adalah menjual Yesus Gurunya karena mata duitan. Yudas Iskariot menjual Yesus Sang Guru dengan seharga seorang hamba kepada musuh-musuhNya. Yudas Iskariot “naik ke atas” saat dipanggil dan diam lalu terus ke atas dalam hal keuangan lewat korupsi dan lewat menjual Yesus Sang Gurunya. Yudas Iskariot dipanggil atas kehendak Bapa di Surga tetapi ia hidup tidak berdasarkan kehendak Tuhan. Yudas Iskariot Murid Yesus tapi pengkhianat Yesus. 

 

 

Kita semua di panggil Tuhan dalam panggilan kita masing-masing atas kehendak Tuhan. Kita dipanngil untuk melakukan kehendak Tuhan dari bangun pagi sampai bangun pagi lagi di hari berikutnya. Kita dipanggil untuk melayani bukan untuk dilayani baik dalam keluarga maupun dalam komunitas biarawan dan biarawati. Kita dipanggil untuk menjadi rendah hati satu terhadap yang lain bukan untuk menjadi orang yang sombong. Kerendahan hati disukai dan dibutuhkan semua orang. Tetapi kesombongan tidak dibutuhkan oleh mayoritas orang. Selamat menjadi murid Yesus di jalan panggilan kita masing-masing baik sebagai awam maupun sebagai kaum berjubah.***