Hidup dalam Kelompok: utamakan Diri atau utamakan kelompok
*P.Benediktus Bere Mali, SVD*
1Yoh 2: 22 - 28
Yoh 1: 19 - 26
Sabtu 2 Januari 2021
Liturgi Tahun B
Dalam kehidupan bersama yang memiliki keanggotaannya banyak, datang dari berbagai latarbelakang asal dan Adat istiadat, setiap anggota dalam kelompok itu pasti mengalami banyak hal yang Istimewa karena setiap orang dengan keunikannya masing-masing. Di antara sekian banyak anggota yang memiliki keunikan itu, dapat dibagi dalam dua Kelompok yaitu bahwa Ada yang memberikan keunggulan yang dimilikinya untuk kepentingan bersama tetapi ada juga yang sebaliknya menggunakan keunggulan yang dimilikinya hanya untuk dirinya sendiri. Pada umumnya tokoh yang ditampilkan di depan publik baik dalam kelompok ataupun relasi keluar dengan Kelompok luar, bukan orang yang mengutamakan diri tetapi pribadi yang lebih memberikan semua kemampuannya termasuk dirinya sendiri bagi kepentingan bersama untuk kebaikan hidup bersama. Hal ini sangat terasa di dalam kehidupan bersama sebagai orang yang menyebut dirinya sebagai anggota kelompok religious, dengan fokus utamanya adalah untuk melayani bukan untuk dilayani.
Yohanes di dalam Injil Hari ini adalah tampil sebagai tokoh yang hadir dan berkarya untuk mengutamakan keselamatan banyak orang. Ia menyiapkan segala sesuatu bagi Kedatangan Mesias yaitu Tuhan Yesus sendiri. Semua kemampuan dan keunggulannya dipersembahkan kepada Allah. Ia tidak menggunakan semua kehebatannya untuk mewartakan Diri sendiri untuk dikenal lebih dari Mesias yaitu Tuhan Yesus sendiri. Ia mau berbagi dari apa yang dimilikinya kepada Tuhan dan Sesama.
Hari ini Kita memperingati St. Basilius Agung dan S. Gregorius dari Nazianze, Uskup dan Pujangga Gereja. Kedua tokoh ini menjadi panutan bagi Gereja.
St. Basilius sebelum masuk biara adalah orang yang angat sombong atas kepintaran dan kemampuan oratornya. Dia menggunakan kehebatannya itu untuk mencari dan menemukan pujian dari orang lain. Ketika orang lain pasif mendengarnya maka ia kehilangan pujian dari Sesama dan mengalami Gangguan Perasaan di dalam dirinya. Untuk menyembuhkan Gangguan Perasaan itu ia selalu berjuang mencari peluang untuk berbicara dan bekerja dengan motivasi untuk mendapat pujian dari sesama. Tetapi setelah masuk biara, Basilius mengolah Diri secara baik dan kemudian Ia berhasil menjadi pribadi yang sadar Diri bahwa hidup membiara adalah tempatnya orang-orang unggul karena kerendahan Hati dan berbagi lewat melayani Tuhan dan Sesama. Ia menjadi Dewasa secara lahir dan bathin. Kemudian Ia terpilih menjadi Uskup dan menjadi panutan bagi umat dalam Gereja yang dipimpinnya.
Santo Gregorius dari Naziensa memiliki hal Istimewa yang patut Kita jadikan Contoh. Ia selalu sabar, tenang, dan menggunakan budi Bahasa yang manis dalam menghadapi setiap persoalan kecil maupun besar yang datang silih berganti kepada dirinya sebagai Uskup.
Tiga tokoh Yohanes dan Basilius dan Gregorius ini menjadi panutan bagi Kita anggota Gereja karena bagi mereka: kehidupan Kelompok Religious itu adalah tempatnya orang-orang hebat karena kerendahan Hati untuk berbagi apa yang dimilikinya bagi Tuhan dan Sesama. Tokoh tokoh ini adalah model bagi setiap orang yang menyebut dirinya sebagai anggota Religious. Sabar, rendah Hati, tekun melayani dan menggunakan budi Bahasa manis dalam melayani Tuhan dan sesama termasuk orang-orang yang melawan iman Katolik adalah hal utama yang Kita teladani dari ketiga tokoh ini. ***