Mengapa Maria dan Yusuf Pilih Melahirkan Yesus Sungguh Allah dan Sungguh manusia di Gua miskin Bethlehem?
*P.Benediktus Bere Mali, SVD"
Homili 1 Januari 2021
Lukas 2:16-21
Gal 4:4-7
Bil 6:22-27
Introduksi
Mengawali Perayaan Ekaristi Kudus ini, pertama-tama saya mengucapkan Selamat Tahun Baru untuk Kita semua. Semoga Tuhan selalu menyertai Kita semua dalam mamasuki Tahun Baru 2021 yang masih penuh dengan lembaran putih yang masih kosong bagi Kita untuk menulis dengan semua hal yang memberi harapan bagi dunia terutama bagi orang kecil dan miskin yang terasing dari lingkungan Sosial masyarakatnya. Kita juga bersyukur atas penyertaan Tuhan di Tahun 2020 yang lalu. Semua suka duka, gagal dan sukses di Tahun yang lalu menjadi sebuah pengalaman yang indah dan berarti bagi Kita dalam menjalani Tahun Baru 2021 yang sedang dimulai pada Hari ini.
Bapa ibu Saudara dan Saudari yang terkasih. Pada Tahun Baru Ini Gereja Katolik seluruh Dunia merayakan Hari Raya Maria Bunda Allah. Pada Hari ini juga Kita mulai memasuki Hari Perdamaian Dunia, dalam Suasana dan kondisi Masa Oktaf Natal dalam Kalender Liturgi Gereja Katolik Roma.
Pertanyaan-pertanyaan yang muncul di dalam permenungan Kita ini adalah: Mengapa Maria disebut Bunda Allah dan mengapa Perayaan Ini dirayakan pada Tahun Baru 1 January?
Jawabannya demikian:
Pertama, Bahwa Kita merayakan Hari Raya Maria Bunda Allah karena iman Kita kepada Yesus adalah sungguh Allah dan Sungguh manusia dapat diteguhkan kembali secara tegas. Iman Kita kepada Yesus yang 100 persen Allah dan 100 persen manusia. Yesus adalah sungguh Allah dan Sungguh Manusia dikandung dan dilahirkan oleh Maria BundaNya. Rahim Ibu Maria mengandung dan melahirkan Yesus sungguh Allah dan Sungguh Manusia inilah, maka Konsili Efesus menetapkan Maria Ibu Yesus sebagai Santa Maria Bunda Allah.
Konsili Efesus ini terlaksana sebagai Reaksi terhadap aliran sesat nestorianisme yang menyebut Yesus bukan sungguh Allah dan Sungguh Manusia. Yesus tidak 100 persen Allah 100 persen manusia yang dikandung oleh Maria. Nestorianisme meragukan Yesus Sungguh Allah-Sungguh manusia. Dengan demikian kaum Nestorianisme juga meragukan tentang Maria Bunda Allah.
Kedua, Hari Raya Maria Bunda Allah ini dirayakan pada tanggal 1 January dalam Masa Oktaf Natal. Kita tahu bahwa Natal adalah kelahiran Yesus Sang juru Damai bagi Dunia. Yesus adalah Pangeran Damai. Sang Pangeran Damai ini dikandung dan dilahirkan dari Rahim Bunda Maria sebagai sang Ratu Damai. Tahun Baru adalah Tahun harapan dan Tahun Sukacita. Tahun Baru 1 Januari adalah dimulainya Hari Perdamaian seDunia. Karena ada hubungan yang sangat erat antara Maria Bunda Allah, Bunda Ratu Damai, Natal adalah kelahiran Yesus Sang Pangeran Damai, Tahun Baru adalah Tahun Harapan dan Perdamaian maka hal itu menjadi dasar yang kokoh bagi Paus Paulus VI memasukan Perayaan Maria Bunda Allah pada Masa Oktaf Natal dan Hari Perdamaian Dunia didalam Kalender Liturgi di Kota Roma yang jatuh pada tanggal 1 January setiap tahun. Maria Bunda Allah yang mengandung Yesus sungguh Allah sungguh Manusia. Maria adalah Ratu Damai yang mengandung dan melahirkan Yesus sebagai Pangeran Damai. Dalam Masa Oktaf Natal, Kita merayakan kelahiran sang Pendamai bagi dunia. Tahun Baru adalah Tahun Damai dan harapan dan Sukacita bagi semua orang.
Satu makna yang dapat kita ambil dari Perayaan Maria Bunda Allah ini adalah bahwa keselamatan Allah Maha Rahim bagi manusia bermula dari Rahim seorang Ibu Maria Bunda Allah.
Maria Bunda Allah adalah Bunda Iman Kita dan Bunda Gereja. Bunda Maria Ratu Damai ini mengandung dan melahirkan Yesus Pangeran Perdamaian bagi semua bangsa, secara Istimewa bagi orang kecil dan miskin yang diasingkan dari kehidupan bersama.
Homili
Ada 4 Perayaan besar yang dirayakan pada Hari ini dan keempat bagian Perayaan ini saling bergandengan satu sama lain. Gandengan itu di dalam satu kata DAMAI.
Keempat Perayaan itu adalah Hari Raya Maria Bunda Allah, Hari Raya Oktaf Natal, Hari Raya Perdamaian Dunia dan Hari Raya Harapan Tahun Baru 2021.
Hari Raya Maria Bunda Allah ada dan dirayakan untuk meneguhkan iman Kita kepada Yesus. Bahwa Konsili Efesus menetapkan Maria sebagai Bunda Allah karena Maria mengandung dan melahirkan Yesus sungguh Allah sungguh Manusia. Konsili Efesus ini meneguhkan iman Kita kepada Yesus 100 persen Allah- 100 persen manusia. Dengan demikian penghormatan Kita kepada Maria sebagai Bunda Allah ditegaskan kembali dalam dogma Teotokos, Maria Bunda Allah. Dengan demikian dogma Teotokos dapat menggugurkan paham Nestorianisme yang mengatakan bahwa Yesus bukan 100 persen Allah - 100 persen manusia. Dengan demikian Maria pun bukan sebagai Bunda Allah.
Hari Raya Maria Bunda Allah ini dirayakan pada Masa Oktaf Natal. Natal adalah kelahiran Yesus Sang Pangeran Perdamaian Dunia. Maka IbuNya disebut Maria Ratu Perdamaian segala bangsa. Perayaan ini juga jatuh pada tanggal satu Januari yang ditentukan sebagai Awal Hari Perdamaian seDunia. Tahun Baru sendiri adalah Tahun Harapan akan Damai dan Sukacita manusia. Hubungan erat keempat perayaan besar itu, menjadi alasan mendasar bagi Paus Paulus VI memasukan Hari Raya Bunda Maria sebagai Bunda Allah dalam Kalender Liturgi yang jatuh pada tanggal 1 Januari setiap tahun.
Dari keempat perayaan tersebut yang Kita rayakan pada Hari ini, yang menjadi fokus dalam permenungan Kita adalah kata Damai, Sukacita. Maria Ratu Damai mengandung Yesus Pangeran Damai dan Hari ini adalah Tahun Baru, Hari Perdamaian Dunia dimulai.
Yang menjadi pertanyaan permenungan Kita adalah sasaran perdamaian itu ditujukan kepada siapa, bila dikaitkan dengan Bacaan-bacaan Suci pada Hari Raya Maria Bunda Allah pada Tahun Baru Ini?
Maria Bunda Allah mengandung Yesus sungguh Allah sungguh Manusia dan dilahirkan di sebuah tempat yang sederhana, terasing, tidak biasa, di kandang yang hina di Bethlehem. Tempat ini asing bagi masyarakat umum yang berkecukupan, tetapi tempat ini sangat akrab bagi orang-orang kecil, sederhana, terasing dari kehidupan masyarakat umum yang berkecukupan, yaitu para gembala.
Maria Bunda Allah memiliki tempat miskin ini sebagai tempat kelahiran Yesus Pangeran Damai dan Sukacita bagi Dunia dan hal itu dimulai dari pinggiran Betlehem.
Para gembala adalah orang yang sederhana menerima Yesus dan Maria serta Yusuf yang memilih kemiskinan sebagai Awal kelahiran dan kehidupan Yesus Pangeran Perdamaian. Ada begitu banyak orang melihat dan mendengar tentang kelahiran Yesus tetapi hanya para gembala sederhana yang menanggapinya secara Positif. Mereka mendengar tentang kelahiran Yesus Pangeran Perdamaian dan bergegas bertemu muka dengan Yesus di palungan dan memuji dan memuliakan Dia dengan penuh Sukacita dan kemudian pergi menyebarkan berita kelahiran Yesus dengan Damai dan penuh Sukacita.
Damai Sukacita Yesus itu masuk berdiam di dalam budi dan hati para gembala. Para gembala yang diasingkan dalam masyarakat umum saat itu, dan dianggap orang sederhana, yang tidak diperhatikan, kini semua itu disembuhkan oleh Yesus Pangeran Perdamaian bagi Dunia secara khusus bagi orang kecil dan orang-orang miskin. Pilihan Maria Yusuf pada kandang Betlehem sebagai tempat Yesus lahir adalah sebuah keberpihakan kepada orang miskin dan sederhana untuk mengangkat harkat dan martabat mereka sebagai secitra Allah. Allah turun mengalami kemiskinan dan hidup di dalam kemiskinan dan mengangkat para miskin papa sebagai anak-anak Allah. Sehingga mereka bukan lagi hamba tetapi telah menjadi anak-anak Allah. Tanda para gembala menjadi anak-anak Allah adalah mereka menerima Yesus di kandang Betlehem, memuji dan memuliakanNya dan pergi dengan penuh Sukacita mewartakan Berita kelahiran Yesus Pangeran Perdamaian yang lahir dari Rahim Maria Ratu Damai, kepada Sesama di sekitar. Mereka bukan lagi hamba. Tetapi mereka adalah anak-anak Allah.
Kita belajar dari Para gembala. Bahwa di antara begitu banyak orang yang mendengar tentang kelahiran Yesus pembawa Damai sejati, hanya para gembala yang memberi respons Positif. Mereka menerima dan Percaya kepada Yesus dan pergi menjadi missionaries pertama tentang Yesus kepada Dunia. Sedangkan yang lain setelah mendengar tentang kelahiran Yesus sebatas kagum dan berbicara tanpa menjadi misionaris tentang kelahiran Yesus Pangeran Perdamaian. Para gembala secara manusiawi memiliki inisiatif yang Tinggi terhadap Natal kelahiran Yesus sumber Sukacita sejati. Mereka menerima, Percaya dan mewartakan Yesus kepada Dunia dengan kepolosan dan kejujuran serta penuh Sukacita. Bagi Kita dan bagi para gembala Yesus adalah pembawa Damai Sukacita bagi semua. Kita terima suka cita natal. Kita juga pergi membagi Sukacita natal itu kepada Dunia. Selamat Tahun Baru. Tuhan memberkati.***
Coretan asli dari tanganku di era online