* P. Benediktus Bere Mali, SVD*
Renungan Misa Harian Oktaf Natal
Sabtu 26 Desember 2020
Tahun Liturgi B
Kis 6:8-10; 7:54-59
Mat 10: 17-22
Martir pertama dalam Gereja Katolik adalah Stefanus. Ia menjadi martir pada tahun 34. Kita tahu bahwa Tuhan Yesus wafat pada usianya yang ke-33. Itu berarti Stefanus menjadi martir saat setelah satu Tahun Tuhan Yesus wafat.
Bacaan pertama, Kisah Para Rasul menampilkan Stefanus seorang diakon yang memiliki tugas utama melayani jemaat. Stefanus adalah seorang yang dipilih menjadi anggota Kelompok dua belas Rasul Yesus. Sebagai Rasul Stefanus melayani jemaat secara sangat Istimewa. Keistimewaan itu tampak di dalam diri Stefanus yang melayani umat dengan mengadakan mujizat dan tanda-tanda. Tentu banyak Umat Agama Yahudi merasa tersentuh oleh pelayanan Stefanus dan menjadi percaya dan menjadi pengikut Kristus. Pasti banyak pengikut atau pengagum Stefanus.
Struktur Yesus dan para Rasul berada di Luar struktur resmi keagamaan pada zaman itu yaitu struktur resmi dan Tradisi Agama Yahudi yang berlaku pada saat itu. Pengagum dan pengikut Stefanus semakin Hari semakin banyak jumlahnya berkat Ia melayani dengan aneka mujizat dan tanda-tanda. Ada banyak yang suka dan tertarik pada mujizat dan tanda Stefanus dalam melayani umat. Tetapi ada juga yang menolak dan merasa terancam dengan mujizat dan tanda-tanda yang tampak dalam pelayanan. Orang yang menolak Stefanus adalah orang Yahudi yang beragama Yahudi dengan dogma Agama yang sangat ketat bahwa Orang Taat pada Yahweh sebagai satu-satunya Allah yang mahabesar. Di luar dogma itu adalah sesat. Mujizat Stefanus terjadi dalam nama Yesus anak Tukang kayu yang sangat sederhana.
Semua yang dilakukan Stefanus adalah sesat dan Karena itu orang -orang Yahudi beragama Yahudi khususnya Mahkamah Agama mempersoalkan cara pelayanan Stefanus yang diteguhkan mujizat dan tanda dalam nama Yesus.
Mahkamah Agama Yahudi sangat tertusuk hatinya melihat cara Stefanus melayani. Mereka menggertakan Gigi melihat Stefanus yang bersoal jawab dengan mereka. Pada saat itu Stefanus melihat ke atas dan melihat “ Anak manusia berdiri di sebelah Kanan Allah.” Reaksi orang Yahudi semakin lama semakin meningkat tensi marahnya dari gertakan Gigi menjadi teriakan – teriakan anti Stefanus yang mewartakan Yesus dalam mujizat dan tanda. Tidak hanya teriak tetapi tensi marahnya mengarahkan orang Yahudi menyerbuh dan menyeret Stefanus keluar Kota lalu melemparinya dengan Batu. Sementara ia dilempari, Stefanus berdoa, “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.”
Stefanus mewartakan Yesus dalam mujizat dan tanda. Kata-katanya diteguhkan dalam mujizat yang terjadi dalam nama Yesus Putera Allah, Roh Kudus dan Allah Bapa.
Stefanus berbuat baik di luar struktur Agama Yahudi yang sudah baku dan berlaku bagi penganut Agama Yahudi. Mahkamah Agama Yahudi bukan mendukungnya tetapi melihatnya sebagai sesat Karena gerakan iman Stwfanus merevolusi tradisi Agama Yahudi dan dengan demikian Anggota Agama Yahudi akan kehilangan penganut atau pengikut Agama Yahudi. Bagi Stefanus, berbuat baik di luar sistem Agama Yahudi adalah normal tetapi bagi Mahkamah Agama Yahudi hal yang dilakukan Stefanus adalah abnormal karena tidak berpihak pada mereka. Demi berbuat baik di dalam nama Yesus di luar sistem Agama Yahudi, Stefanus tidak mundur satu langkah pun dan bahkan Stefanus tidak lari dari aniaya dirinya hingga meninggal sebagai martir.
Komitmen beriman Stefanus yang tetap mewartakan Kristus yang diteguhkan dalam tanda san mujizat inilah membentuk Stefanus mati sebagai martir, orang yang mati Karena iman kepada Kristus Yesus. Anti Stefanus adalah anti Kristus yang diwartakan Stefanus. Mereka yang anti berasal dari sebagian orang Yahudi yang beragama Yahudi, merasa terancam dengan kehadiran Kesaksian Stefanus tentang Tuhan Yesus Kristus.***