NABI HANA: PRIBADI YANG "MATANG" LAHIR & BATHIN




* P, Benedict Bere Mali, SVD * 


Christmas Octave Mass Devotional 

Wednesday, 30 December 2020

Bible Reading for the Liturgical Year B

Luke 2: 36- 40




Among the many views about the cloaked people, there is one view that often appears and is heard in our ears that the robed people are perfect people so that God called and chosen to work from and in the Church or Temple of God.


The general view that cloaked people are Perfect beings is sometimes consciously or unconsciously accepted by some people who call themselves part of the group of cloaked people. 


Whether they realize it or not, they often find it difficult to accept corrections and evaluations as well as constructive criticism of the mistakes and shortcomings that have surfaced in the public eye. 


Dengan demikian antara  kematangan personal dan Sosial, serta kematangan spiritual sulit didamaikan. Antara kematangan lahir dan bathin masih ada gap atau jurang pemisah yang cukup lebar. 


Bacaan Injil Hari ini menampilkan Hana seorang Nabi Perempuan. Tentu di pikiran Kita, sebagai Nabi, dia tidak memiliki persoalan yang menjadi pergulatan hidupnya. Tetapi kalau kita mengenal Hana secara lebih dekat maka sebetulnya Hana memiliki persoalan yang menjadi pergulatan yang cukup serius di dalam hidupnya. Pertama, Ia adalah keturunan Suku Asyer yang pernah melawan Yahweh sehingga mereka jatuh dan dibuang ke Asyur. Orang Israel yang setia pada Yahweh memiliki prasangka Negatif pada Suku Asyer ini. Hal ini pasti secara Sosial menjadi sebuah pergulatan yang hebat dalam Diri Hana. Kedua, Hana adalah janda miskin. Mengapa dikatakan Hana itu miskin. Dalam Agama Yahudi ada tiga syarat kesalehan yang harus dimiliki oleh seseorang yaitu Berdoa, berpuasa, dan bersedekah bagi sesama. Tetapi dalam Injil tidak disebutkan bahwa Hana bersedekah. 


Apakah kedua persoalan itu meghalangi Hana untuk menjadi seorang Nabi bagi Sang Mesias yang membawa kelepasan bagi umat manusia yang terbelenggu oleh dosa? 


Tampaknya kedua pergulatan itu tidak dapat membatalkan karya keselamatan yang harus dialami secara Fisik dalam Diri Yesus Sang Mesias di dalam Bait Allah. Itu dari sisi Allah. Tetapi dari sisi manusiawi Hana, sesungguhya ia telah berdamai dengan persoalan dan pergulatan personal dan Sosial. Ia telah Damai dengan Diri dan Sesama. Ia telah selesaikan kedua persoalan tersebut. Dan Karena itu ia boleh dikatakan  pribadi yang cukup matang  secara personal dan Sosial dan dapat  fokus sebagai seorang Nabi yang mengalami Yesus Sang Mesias yang membawa kelepasan bagi dosa umat manusia. Ia mewartakan Yesus Sang Pembebas manusia dari belenggu dosa dengan kata dan perbuatan. Ia mewartakan Sang Mesias yang membawa kelepasan bagi manusia lewat usahanya  mengalami kelepasan secara lahir, personal dan Sosial dalam dirinya sebagai seorang Nabi Allah. 


Dari Nabi Hana Kita belajar. Kita sebagai Nabi tentang Natal Yesus Sang Mesias pada zaman ini. Seperti Hana, Kita Perlu wartakan Natal Yesus Sang Mesias dengan kata dan Teladan hidup berupa Berdoa, berpuasa dan bersedekah bagi sesama di Masa pandemik Covid-19 ini. Kita barangkali seperti Hana, tidak memiliki materi yang cukup untuk bersedekah secara materil tetapi Kita bersedekah lewat doa dan Ekaristi sebagai tanda nyata kelepasan bagi umat manusia. ****