KESELAMATAN MELANGGAR
BATAS
Jumat, 1
Februari 2013
Ibr 10 : 32 –
39; Mrk 4 : 26 -34
Homili Jumat
Pertama
Dari
Surabaya Untuk Dunia
P.
Benediktus Bere Mali, SVD
Setiap
orang yang dalam keadaan kepanasan yang berasal dari matahari akan mencari
suasana yang sejuk yang didapat di bawah naungan pohon yang rindang, bila
sedang berada di alam yang lapang. Setiap orang yang datang kepada naungan pohon
yang rindang itu tidak pernah menolak semua orang yang datang kepadanya. Pohon yang rindang itu memberikan naungannya
kepada para penikmatnya secara gratis.
Demikian
juga Biji sesawi yang paling kecil di antara semua benih yang bertumbuh dan
berkembang menjadi Pohon yang paling besar
dan menjadi rumah tempat tinggal burung-burung bersarang di atasnya
dalam naungannya. Kerajaaan Allah yang menjadi nyata di dalam Yesus Kristus
diumpamakan dengan Pohon Sesawi. Semua
manusia diumpamakan dengan burung-burung yang membangun rumah sarangnya di atas
naungan pohon sesawi. Seperti pohon
sesawi yang membuka naungan kepada setiap burung yang datang dan bersarang di
atasnya di bawah naungannya demikian juga Kerajaan Allah yang menjadi nyata di
dalam Yesus membuka pintu RumahNya seluas-luasnya bagi setiap orang yang
berjalan menuju kepada Tuhan dan kemudian tinggal di dalamNya.
Kerajaan
Allah yang menjadi manusia di dalam diri Yesus membawa pembaruan di dalam
kehidupan iman dan kepercayaan bangsa yahudi. Yesus adalah satu dari banyak
orang Yahudi yang membawa sistem berpikir tentang keselamatan secara baru.
Kalau mayoritas bangsa Yahudi berpikir sempit tentang keselamatan itu hanya milik
mereka sebagai bangsa terpilih, maka Yesus datang membawa keselamatan universal
bagi semua orang langgar batas. Keselamatan universal tanpa pembedaan itu diumpamakan
dengan Pohon yang terbuka memberikan naungan kepada setiap orang yang datang tanpa
undangan untuk bernaung dibawahnya.
Kita
ini sebaiknya bagaikan Pohon keselamatan Allah yang memberikan naungan
kegembiraan, sukacita, damai dan keadilan bagi semua orang langgar batas tanpa
pembedaan. Keberadaan kita di dalam
komunitas ataupun di mana saja, sebaiknya
memberikan warna kesejukan dan sukacita yang membangun rasa at home bagi semua yang datang dan
tinggal di dalam komunitas kita. Aura kehidupan bersama di dalam komunitas itu
membangkitkan semangat dalam melayani Tuhan dan sesama. Jiwa atau aura yang
memikat itu lahir dari kekuatan doa kita dan komitmen kita tetap setia
kepadaNya walaupun ada perubahan-perubahan zaman terus berlangsung dan
berubah-ubah dari waktu ke waktu.