GOLDEN RULE
Homili 21 Februari 2013
Ester 4:10a.10c-12.17-19; Mat
7:7-12
P. Benediktus Bere Mali, SVD
Pada
waktu melaksanakan asistensi Natal, saya didatangi Guru TK dengan beberapa
Gurunya untuk ucap selamat Natal dan Tahun Baru. Saat kedatangan mereka di
pastoran saya sedang menonton Televisi tentang Tawuran yang terjadi di sebuah
kota di tanah air. Anak-anak TK pun sempat menonton tema tentang Tawuran yang di
Televisi, yang membawa luka dan bahkan ada yang berdarah karena saling lempar
antara dua kelompok bermusuhan yang bertawuran itu.
Setelah menutup Televisi, saya lalu bertanya
pada anak-anak TK yang sedang nonton bersama tentang kekerasan yang dilakukan
dua kelompok yang musuh bebuyutan di dalam Tawuran itu. Pertanyaan saya
demikian: Apakah adik-adik mau dilempari batu, disakitki dan dilukai seperti
yang kita nonton di dalam televisi tadi? Ada berbagai eskresi jawaban dari
anak-anak TK. Ada yang menggeleng-geleng kepala ketika ditanya, tanda tidak
setujuh dilempari batu, disakikiti dan dilkukai. Ada yang mengatakan secara
langsung tidak mau dilempari, dilukai dan disakiti. Dengan kata lain, semua orang
tidak ingin disakiti dan dilukai baik secara fisik, maupun secara psikologis.
Setiap
manusia tidak mau disakiti, dilukai, baik secara psikologis maupun fisik.
Setiap pribadi manusia sejak menjadi manusia di dalam Rahim Ibu ingin
diperlakukan secara nirkekerasan. Setiap manusia sejak di dalam rahim ibu ingin
diperlakukan berdasarkan kemanusiaan.
Secara
kedalam, setiap manusia ingin diperlakukan berdasarkan azas kemanusiaan
universal. Secara keluar setiap manusia memperlakukan sesama berdasarkan
kemanusiaan juga. Hal ini dirangkum di dalam “Golden Rule” yang mengatakan : “segala
sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian
juga kepada mereka.”