MANUSIA SERUPA ALLAH
Kej 1 : 20 – 2 : 4a; Mrk 7 : 1 – 13
Homili Selasa 12 Februari 2013
Dari Surabaya Untuk DUnia
*P. Benediktus Bere
Mali, SVD*
Keunikan apa yang
membedakan manusia diciptakan serupa Allah dengan manusia yang hadir serupa setan? Perbedaan antara manusia
citra Allah dengan manusia citra setan sebetulnya terletak di dalam penjelasasn
sebagai berikut. Manusia tercipta serupa setan mengutamakan kemunafikan
sedangkan manusia secitra Allah mengutamakan kejujuran di dalam hidup bersama.
Kitab Kejadian
yang barusan kita dengarkan menyampaikan keunikan manusia sebagai citra
Allah. Tuhan memberi kepercayaan kepada manusia untuk mengatur
semua ciptaan yang lain berdasarkan kehendak Allah yang membuat segalanya indah
seperti di taman Eden. Bacaan Injil
menampilkan manusia sebagai citra Allah dalam kejujuran dan ketulusan. Kejujuran dan ketulusan melahirkan pikiran
kata-kata dan tindakan yang menyelamatkan sesama dan alam sekitar.
Tetapi orang
yang tampilkan citra setan terlihat di dalam pikiran perkataan dan perbuatan
yang merusak alam sekitar yang mendatangkan kehancuran bagi banyak
orang. Sesama citra setan menampilkan
kemunafikan dan ketidakjujuran di dalam kehidupan bersama.
Kita hadir
sebagai citra Allah. Tetapi kita juga boleh jadi menjadi citra setan. Tergantung
kita berada dimana. Kalau berada di Gereja kita boleh jadi munafik tampil seperti
malaikat walau hati kita penuh dengan kajahatan dan dosa. Kalau kita berada di
tempat yang remang-remang kita seperti setan menikmati dosa.
Kehadiran kita
yang dituntun oleh ketidakjujuran, cepat
atau lambat akan terpublikasi di depan umum.
Misalnya, kemunafikan di dalam sebuah institusi resmi, cepat atau lambat
akan terungkap. Partai-partai yang
dulunya berwibawa kini mulai tidak terpercaya rakyat karena mereka tidak
memenuhi janji-janji kepada rakyat pada kampanye dahulu. Mereka dulu
berkampanye “tidak pada korupsi” ternyata di dalam perjalanannya para tokoh
partai berjalan di jalan koruptor yang mencuri uang rakyat untuk menguntungkan
diri secara materi tetapi merugikan diri sendiri karena moralitas diri yang buruk
di mata publik. Dengan kata lain koruptor
adalah orang yang dituntun oleh adat
Kerajaan Setan mematikan banyak orang. Tetapi orang yang jujur dan tulus dalam
karyanya adalah orang yang hidup dibimbing oleh adat Kerajaan Allah yang
menghidupkan banyak orang.