DARI KEMAH DERITA KE KEMAH
BAHAGIA
Homili
Minggu 24 Februari 2013
Kej 15 :
5 -12. 17 – 18
Flp 3 :
20 – 4 : 1
Luk 9 :
28 – 36
P. Benediktus Bere Mali, SVD
Dalam
buku Quo Vadis, dikatakan ada penampakan Yesus kepada Petrus di Kota Roma yang sedang
dilanda penganiayaan Kaisar kepada umat Kristen. Yesus bertanya kepada Petrus:
Kemanakan engkau pergi? Petrus menjawab : saya hendak lari menghindari
penganiayaan Kaisar atas umat Kristen. Yesus membalas Petrus: “Jika engkau lari menghindari
penderitaan Roma maka saya akan masuk kembali Roma dan disalibkan lagi di Roma”.
Pertanyaan
kita adalah mengapa ketika ada Penderitaan Yesus di Yerusalem, Petrus tidak
serta merta membangun kemah derita, malah lari dari derita Yesus dengan sangkal
Yesus, sedangkan ketika di Tabor mengalami sukacita Tuhan dan kemuliaanNya, Petrus segera mengatakan mendirikan
kemah kemuliaan atau kemah kebahagiaan? Atau kita ketika ada di Cisarua atau
Ledug yang udaranya sejuk dan nyaman kita mendirikan kemah kita sedangkan
ketika ada derita masyarakat di sekitar kita, kita tidak membangun kemah
derita? Bukankah ini adalah konsep kita adalah konsep Petrus bukan konsep
Yesus?
Hari ini terjadi
Peristiwa Transfigurasi Tuhan Yesus di atas Gunung Tabor. Perubahan rupa Yesus
yang berkilau-kilau itu terjadi di dalam doaNya kepada Bapa di Surga. Perubahan
itu terjadi ketika Yesus dalam doa menemukan kehendak Allah dalam menyelamatkan
dunia. Perubahan kemuliaan Tuhan itu terjadi ketika Yesus menyatukan diri
dengan misi Bapa dan Roh Kudus yang menyelamatkan semua melintas batas.
Perubahan itu membawa sukacita dan kebahagiaan yang sejati bagi semua orang.
Petrus, Yohanes dan Yakobus sangat berbahagia mengalami kemuliaan Tuhan Yesus
di Tabor yang disaksikan Musa dan Elia.
Ungkapan bahagia yang luarbiasa itu dinyatakan oleh Petrus dengan
mengatakan bahwa betapa bahagianya kami di tempat ini. Kami akan mendirikan
kemah bahagia di tempat ini. Satu untuk Musa, satu untuk Elia dan satu untuk
Engkau.
Rencana
Petrus itu didengarkan. Tetapi lebih mendengarkan suara Bapa dalam awan “
Inilah anak yang kukasihi, DENGARKANLAH DIA.” Para murid boleh berencana tetapi
rencana Tuhan Yesus lebih didengarkan dan dilaksanakan. Karena rencana Yesus
selalu menyelamatkan sedangkan rencana Para murid kadang mengutamakan
kepentingan pribadi.
Yesus
tidak mengabulkan permintaan Petrus untuk mendirikan kemah kemuliaan di Tabor.
Tetapi Yesus turun dari Tabor kembali ke penderitaan Yerusalem sebagai jalan
menuju kemuliaan yang sejati. Kemuliaan
yang sejati melewati jalan penderitaan di Salib. Rencana Pembangunan Kemah Tabor ditunda dan
kembali ke Yerusalem untuk membangun kemah derita sebagai kediaman yang harus
dialami dalam perjalanan menuju Kemuliaan yang sejati.
Sengsara
Tuhan Yesus di jalan Salib membawa kemuliaanNya di Surga. Sengsara Tuhan Yesus
di jalan salib mengantar semua orang berjalan menuju kebahagiaan yang sejati di
surga. Orang yang berziarah menuju kebahagiaan Surga melewati jalan yang paling
tepat yaitu jalan Salib Tuhan Yesus.
Yesus
adalah Musa Baru yang membawa Umat Manusia dari perbudakan dosa menuju Surga
tujuan ziarah spiritual manusia. Yesus adalah Elia Baru yang mengangkat manusia
darijurang dosa yang dalam naik ke Surga melalui tangga SalibNya.
Keberhasilan
yang berbobot melewati jalan kerja keras mencucurkan air mata. Sebagaimana
Pemazmur berdoa : “ barangsiapa bekerja dengan mencucurkan keringat dan air
mata akan menuai dengan sorak sorai”. Tetapi dalam kenyataan ketika melihat
para koruptor yang kebanyak dari kelas elit, pernyataan ini yang lebih tepat: “
barangsiapa memperolah hasil tanpa kerja mencucurkan keringat dan air mata,
pintu penjarah terbuka lebar baginya”. Bagi Pemazmur berlaku “Sengsara membawa
nikmat.” Tetapi bagi koruptor yang berlaku adalah nikmat membawa sengsara.”