RUMAHKU ISTANAKU

Rumah Bapa yang Nyaman
***
Prapaskah III A, 15 Maret 2009 PRATAMA
Yoh 2 : 13 – 25
I Kor 1 : 22 – 25
Kej 20 : 1 – 17



Kita semua berasal dari keluarga kita masing-masing. Kita mempunyai rumah. Kita mengharapkan rumah yang memberi kenyamanan, memberi keindahan, kebersihan, memberi kerapian, memberi kepuasan tertentu bagi kita. Kita akan senang kalau rumah kita itu seperti sebuah istana bagi semua anggota keluarga.


Satu orang dalam rumah yang memberi perhatian besar kepada keindahan rumah kita adalah mama, ibu kita atau saudari kita. Biasanya ibu sangat tekun menjaga kerapian dan keindahan rumah. Salah satu orang dalam rumah mengotori rumah, entah itu ayah, atau anak-anak maka yang pertama menegur dan bahkan marah atau paling crewet adalah mama, ibu kita. Kemarahan, atau crewetnya ibu terhadap anggota keluarga yang tidak menjaga kebersihan rumah sesungguhnya mama mau menekankan atau tetap mempertahankan rumah sebagai sebuah istana bagi seluruh anggota keluarga agar semua anggota keluarga tetap merasa nyaman atau kerasan atau tidak lekas ke lain hati sesame yang memiliki rumah yang lebih rapih dan indah.


Yesus mengadakan ziarah menuju Yerusalem untuk merayakan paskah Yahudi di Kenizah Yerusalem. Paskah Yahudi adalah pesta terbesar dalam bangsa Yahudi. Setiap laki-laki dewasa mempunyai kerinduan untuk merayakan paskah di kenizah Yerusalem. Yesus datang bersama para peziarah di luar Palestina menuju Yerusalem. Yesus mengenal segala upaya dan perjuangan para peziarah dari luar Palestina itu.


Ketika tiba di Kenisah Yerusalem, di halaman depan Bait Allah Yerusalem terjadi perdagangan yang sangat rameh. Ada yang menukar mata uang asing dengan mata uang Palestina. Mata uang asing tidak diakui bahkan disebut sebagai mata uang kaum kafir. Label itu membuat mata uang asing tidak diterima untuk membayar pajak Bait Allah Yerusalem bagi para peziarah yang akan merayakan paskah yahudi di Bait Allah itu. Seperti dalam dunia penukaran mata uang asing dengan amata uang setempat terjadi ketidakadilan dalam penukaran mata uang asing dengan mata uang setempat sebagai uang yang beragama Yahudi sebagai mata uang yang memiliki nilai yang lebih tinggi daripada mata uang asing. Barangkali Yesus juga menukar uang asing yang dimilikinya dengan mata uang Palestina untuk membayar pajak Bait Allah Yerusalem. Setidak-tidaknya saudara-saudara yang mengadakan perziarahan bersama Yesus mengalami pemerasan atau ketidakadilan dalam penukaran mata uang asingnya dengan mata uang Palestina sebagai uang yang halal atau berlaku atau diterima untuk membayar pajak.
Para peziarah yang akan merayakan Paskah Yahudi membutuhkan korban binatang merpati dan domba. Merpati untuk mereka yang ekonominya lemah dan domba bagi mereka yang kehidupan ekonominya kelas menengah ke atas. Binatang korban ini juga telah diseleksi oleh para petugas atau penjual di Bait Allah bekerja sama dengan para pemimpin agama Yahudi sebagai binatang yang layak tidak bercacat untuk korban Paskah Yahudi. Setiap peziarah yang merayakan paskah tidak boleh membeli binatang korban di luar dari yang dijual di halaman Bait Allah. Binatang yang dijual itu juga memiliki sertifikat tersendiri yang harus dibeli oleh para peziarah. Sertifikat itu mahal sekali. Pembeli dari luar Palestian harus membeli bintang yang bersertifikat sebagai binatang tak bercacat untuk korban Paskah Yahudi. Disini terjadi pemerasan yang luar biasa dari kerja sama antara para saudagar sebagai pemilik modal dengan para penguasa religius Bait Allah Yerusalem dan dengan pemerintah sipil setempat untuk memanfaatkan kesempatan itu untuk membagi-bagi keuntungan di antara mereka. Paskah Yahudi bukan menjadi sebuah perayaan rohani yang membebaskan tetapi bagi penduduk sekitar Bait Allah Yerusalem sebagai moment untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.


Di mata Yesus, perilaku para saudagar, pemimpin religius dan sipil seperti ini tidak menghidupi arti terdalam makna Paskah yang membebaskan. Pemerasan dan ketidakadilan dalam lingkup Bait Allah justru menciptakan sebuah makhluk penjajah yang berpakain baru, yang menindas umat yang memiliki kerinduan untuk merayakan paskah yang membebaskan secara bathin, fisik dan psikis. Profanisasi dan atau desakralisi hakekat Bait Allah sebagai Rumah Allah (atau Rumah Doa) yang menyelamatkan ini membuat Yesus memarahi para penjual merpati dan domba, para penukar uang dan penjual sertifikat itu. Yesus mengusir mereka yang mengotori Rumah Bapa yang harus memberi kenyamanan bagi para peziarah yang datang untuk merayakan paskah. Yesus mengusir mereka agar mereka tidak mengotori Bait Allah sebagai rumah doa. Yesus membersihkan rumah Bapanya agar memberi ketenangan dan kenyamanan untuk berdoa bagi para peziarah. Yesus lebih dalam melalui peristiwa pengusiran ini mau menekankan bahwa hati dan rumah tubuh mereka, rumah akal budi para saudagar, penguasa religius dan sipil harus dibersihkan agar menyiapkan rumah tubuh, hati, pikiran mereka untuk memberi tempat bagi makna asli Paskah yaitu untuk berkorban bagi kebaikan umum dan bersama. Orang yang kotor dirinya, hatinya, rumah tubuhnya, rumah otaknya tidak layak merayakan Paskah Yahudi. Resiko apapun yang akan diterima dari para saudagar, penguasa sipil dan kaum religius Yahudi, Yesus tetap mewartakan dan menghadirkan peran kenabian di hadapan umum demi kembali ke hakekat dasar Paskah yang membebaskan semua orang.


Supaya Rumah BAPA itu memberi kenyaman bagi semua orang maka rumah Bapa mengeluarkan peraturan yang jelas bagi umum demi kebaikan umum, demi keselamatan bersama. Aturan itu menjadi pengaman bagi semua orang Yahudi untuk mengalami sebuah rumah kediaman rohani atau Rumah Bapa yang memberi kenyamanan. Aturan itu bukan untuk menghalangi kebebasan peribadi. Aturan itu tidak untuk menindas. Aturan itu sebagai arah yang menuntun semua orang untuk menuju Rumah Bapa yang memberi kenyamanan bagi semua orang untuk mencintai Allah yang menyelamatkan dan menghormati dan menjadi pengaman dan penjaga sesama manusia sebagai citra Allah. Hukum itu adalah sepuluh perintah Allah. Hukum ini dilaksakan secara sadar untuk mengamankan pelaksan hukum kepada pemilikan hati yang bersih dan jujur, adil dan memberi kesejukan bagi sesama.
Pada masa prapaskah ini kita semua diajak untuk membersihkan rumah rohani kita atau rumah tubuh rohani kita yang telah dinodai oleh aneka dosa. Untuk kita perlu sebuah kerendahan hati dari dalam diri kita sendiri untuk datang ke Allah yang setia mengampuni dosa-dosa kita lewat dan dalam sakramen Tobat. Kita barangkali di hari-hari yang kemarin telah mengotori tubuh rohani kita dengan aneka dosa. Kalau kita rendah hati mau mengaku dosa berarti rahmat pengampunan dari Allah akan lebih efektif di dalam diri kita. Mari kita membersihkan diri kita agar kita semakin layak di hapan Tuhan untuk nanti merayakan Paskah yang membebaskan dan memberikan kemerdekaan rohani bagi kita. Semoga Rahmat Tuhan membimbing kita untuk berubah dan memperbaharui diri sesuai kehendak Allah yang setia menyelamatkan kita sebagai orang yang percaya dan beriman kepadaNya. ex opere operato – allahex opere operantis - manusia. Membuat Rahmat Keselamatan bekerja di dalam diri manusia secara lebih efektif. ***




Summary : Marah ada alasannya. Profanisasi dan desakralisasi Bait Allah Yerusalem sebagai Rumah Doa. Ketidakadilan, Pemerasan para saudagar, penguasa sipil dan agama Yahudi dalam pembayaran pajak oleh para peziarah, pembelian binatang korban dan pembelian sertifikat binatang korban. Kemarahan Yesus mau membawa hakekat Paskah dan Bait Allah Yerusalem untuk memberi rasa nyaman bagi semua orang dalam membangun komunikasi dengan Allah yang menyelamatkan mereka dan mengantar mereka dari Mesir ke tanah terjanji. Secara konkret kembali ke aturan sepuluh perintah Allah untuk semakin religius/beriman dan semakin berkemanusiaan.