“MERAPIKAN
JALAN TUHAN
KE TERMINAL
HATI”
Bar 5 :
1-9; Flp 1 : 4-6; 8-11; Luk 3 : 1-6
Minggu
Adven II.C., 9 Desember 2012
Dari
Jakarta Untuk Dunia
P.
Benediktus Bere Mali, SVD
Beberapa
waktu lalu, orang nomor satu di negeri ini datang ke Pulau Timor, khususnya di
Atambua. Setelah ada kepastian
kedatangannya, jalan dari Kupang ke Atambua, dirapikan. Para pembuat jalan
bekerja siang malam. Jalan yang berlubang-lubang diratakan. Ketika Orang nomor satu di Indonesia itu
melewati jalan Kupang-Atambua, berjalan
di atas jalan yang telah diratakan dan tiba di tempat tujuan dengan aman dan
selamat.
Persiapan jalan secara fisik bagi kedatangan orang nomor
satu tersebut mengantar kita pada persiapan jalan spiritual bagi kedatangan
pemimpin rohani yang sejati. Para tokoh sipil menyiapkan segala sesuatu bagi
kedatangan presiden di Atambua. Para tokoh dalam bacaan-bacaan suci hari ini,
menyiapkan jalan rohani bagi kedatangan Tuhan sang pemimpin yang sejati.
Nabi Baruk dalam bacaan I bernubuat bahwa sekali kelak orang
Israel yang sedang mengalami pembuangan di Babel dan dijajah oleh Babel, akan kembali ke Tanah Terjanji untuk
berkumpul dengan keluarga , merupakan suatu kebahagiaan yang diharapkan.
Kebahagiaan mereka akan bertambah sesudah merdeka dari penjajahan Babel.
Kemerdekaan itu akan dialami dalam diri seorang pemimpin sejati yang mereka harapkan
untuk memerdekakan mereka. Pemimpin
sejati itu adalah Dia yang membawa kebenaran, keadilan dan kedamaian yang
sejati, yang diharapkan semua orang melintas batas. Siapakah pemimpin sejati
itu? Siapakah yang menyiapkan
kedatanganNya sebagai pemimpin sejati yang membawa perubahan yaitu kebaikan,
kebenaran dan kesejahteraan serta keselamatan bagi semua orang melintas batas?
Yohanes Pembaptis
adalah nabi yang mempersiapkan jalan Tuhan yang melewati padang gurun hati,
yang berlembah, bergunung, berbukit, berliku, berlekak-lekuk. Yohanes
menyiapkan hati yang bertobat sebagai jalan tol bagi kedatangan Tuhan, menuju
hati manusia agar hati manusia hidup di dalam hati Allah yang penuh kedamaian,
keadilan, kejujuran, kebaikan dan kebenaran. Hati Allah yang demikian ditemukan
di dalam Yesus Kristus.
Hati manusia yang bertobat adalah mereka yang dibaptis.
Pembaptisan itu membersihkan hati yang penuh dengan noda dosa sehingga menjadi
tempat atau jalan yang bersih bagi jalan Tuhan ke dalam hati manusia.
Tuhan datang di hati kita pada Hari Natal sebagai kedatangan
Tuhan dalam jangka pendek. Tuhan juga datang pada akhir zaman sebagai
kedatangan Tuhan dalam jangka panjang. Persiapan kita juga terdiri dari
persiapan jangka pendek dan jangka panjang. Kita mengadakan persiapan bagi
kedatangan Tuhan Yesus pada hari Natal. Kita juga mengadakan persiapan bagi
kedatangan Tuhan pada akhir zaman.
Intisari persiapan adalah sama yaitu menyiapkan hati sebagai
jalan bagi Tuhan datang di Hati kita untuk menjadi pemimpin sejati yang selalu
memimpin kita pada jalan yang baik, benar, adil,jujur dan damai. Persiapan hati itu adalah bertobat dari dosa
jadi tobat. Kalau dulu hati dinodai oleh kebencian dan iri hati, maka kini harus
memiliki kasih yang melintas batas. Kalau dulu kurang rukun, kini harus hidup
rukun dengan semua melintas batas. Kalau dulu, kurang doa bersama keluarga,
kini harus berdoa bersama keluarga. Dengan demikian tobat kita menjadi hidup,
bukan berhenti di terminal kata dan teori belaka.