SATPAM
ORANG – ORANG FARISI
Homili
Sabtu 16 Maret 2013
Yer
11 : 18 – 20
Mzm
7 : 2 – 3.9b-10.11-12
Yoh
7 : 40 – 53
P.
Benediktus Bere Mali, SVD
Sebuah
rumah pejabat memiliki Satpam di pintu masuk ke Kompleks rumah jabatan itu.
Biasanya satpam bertugas membuka dan menutup pintu gerbang saat mobil
pejabat keluar atau masuk rumah jabatan. Satpam juga memeriksa
atau meminta identitas utama setiap orang hendak masuk ke rumah jabatan untuk
bertemu dengan si pejabat.
Pertanyaannya
adalah: Apa perasaan pejabat itu, kalau ada orang yang tidak dikenal
identitasnya tembusi pintu gerbang langsung bertemu dengan pejabat? Pasti
pejabat itu sangat marah satpam itu. Bahkan pejabat itu sesegera mungkin
memecat satpam itu karena kurang bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas.
Injil
hari ini berbicara tentang Bos dan satpam. Orang-orang Farisi adalah atasan
atau berada pada posisi sebagai bos. Para
penjaga adalah satpamnya. Ketika Yesus tampil secara meyakinkan dan menarik
banyak orang menjadi pengikutNya, orang-orang Farisi merasa tersaingi dan
terancam kehilangan pengikutnya.
Kehadiran Yesus sangat mengganggu posisi dan status sosial mereka. Orang-orang Farisi tidak ingin disaingi dan
tidak ingin diancam kehilangan pengikutnya. Upaya yang mereka tempuh adalah menghalalkan segala
cara membekukan warta dan karya Yesus. Mereka mengutus para penjaga atau
satpamnya menuju ke kediaman Yesus dengan satu tujuan menangkap Yesus kemudian membawaNya
kepada orang-orang Farisi untuk diadili secara
hukum. Apakah para penjaga itu melaksanakan perintah orang - orang Farisi sebagai atasannya? Para penjaga
itu di tengah jalan dan sampai di depan Tuhan Yesus mengalami perubahan yang
luar biasa. Mereka pergi kepada Yesus
terkagum-kagum dengan “public speaking” Tuhan Yesus. Kekaguman itu
membuat para penjaga itu tidak mempunyai alasan yang mendasar untuk menangkap
Yesus dan membawaNya kepada orang-orang Farisi yang berjuang dengan berbagai
cara untuk membekukan kata dan karya-karya Tuhan Yesus. Para penjaga setelah
mengalami Tuhan Yesus secara personal dari dekat, mereka semakin mengenal
identitas Tuhan Yesus dan bahkan menjadi percaya. Dalam kesederhanaan dan
kerendahan hati serta ketulusan hati para penjaga itu, dilaporkan kepada Orang
Farisi tentang pengakuan mereka kepada Tuhan Yesus. Mereka kembali bukan
menyampaikan hasil perintah orang – orang Farisi tetapi mereka menyampaikan
bahwa sesungguhnya mereka juga percaya kepada Tuhan Yesus.
Kita semestinya belajar beriman dari
para penjaga itu. Mereka memiliki relasi personal dekat dengan Tuhan Yesus.
Semakin dekat dengan Tuhan Yesus semakin mendalam pengakuan dan iman mereka
kepada Tuhan Yesus. Kita menambah bobot kedekatan kita dengan Tuhan Yesus dalam
doa, dan Ekaristi, dalam membaca Kitab Suci dan sakramen-sakramen lainnya. Paus
Fransiskus memberikan perhatian pada orang-orang kecil sebagai mandala tumbuh
dan kembangnya iman kepada Tuhan Yesus. Sebaliknya orang-orang yang semakin
jauh dari Tuhan Yesus, seperti orang-orang Farisi, semakin berjalan di atas
jalan yang menyesatkan yaitu mereka menjadi orang-orang yang dikuasai oleh
kesombongan dan kefasikan.