Homili Senin 11 Maret 2013




BERJALAN DALAM OPTIMISME


Homili Senin 11 Maret 2013
Biara St. Maria Ursulin
Jl. Darmo Surabaya

Yes 65 : 17 – 21
Mzm 30 : 2, 4,  5-6, 11 – 12a, 13b
Yoh 4 : 43 – 54

P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD


Kita sedang berjalan meninggalkan masa lalu, menuju masa depan. Kita tidak mungkin kembali ke rumah masa lalu karena secara fisik pintu rumah masa lalu sudah tertutup. Tetapi kita pasti berjalan ke masa depan karena pintu rumah masa depan senantiasa terbuka bagi kita. Betapa indahnya kita berjalan menuju masa depan dengan optimisme sebagai kemudi atas seluruh arah perjalanan hidup kita.

Bacaan pertama berbicara tentang optimisme perjalanan umat perjanjian lama menuju perjanjian Baru. Allah senantiasa memberikan optimisme kepada bangsa Israel melalui perantaraNya nabi Yesaya dalam firmanNya  : “Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru. Hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi dan tidak akan timbul lagi di dalam hati. Bergiranglah dan bersoraklah untuk selamanya atas apa yang Kuciptakan. Allah memberikan pengampunan atas masa lalu suram umat Israel dan memberikan arahan baru akan masa depan yang penuh dengan sejuta kesempatan untuk hidup dalam habitus baru yang membawa sukacita yang mendalam.  Suramnya masa lalu sudah lewat dan tidak akan kembali untuk merenovasinya lagi. Tetapi masa depan penuh dengan peluang untuk membarui diri dalam nama Tuhan yang memberikan sukacita sejati.

Mazmur tanggapan berbicara tentang doa orang beriman lahir dari optimismenya. “Aku memujiMu  ya Tuhan, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, Engkau menghidupkan aku”. Pengalaman perlindungan dan penyertaan Allah dalam hidup orang beriman disyukuri di dalam doanya yang sungguh mendalam lahir dari hatinya yang penuh dengan iman dan syukur atas sesuatu yang telah ada yaitu perlindungan dan penyelamatanNya yang dialami pendoa atau pemazmur.

Bacaan Injil berbicara tentang harapan orang yang percaya kepada Kristus Yesus. Orang Samaria percaya kepada Yesus  karena “apa yang dikatakanNya” kepada mereka. Orang Galilea percaya kepada Yesus karena “apa yang dilakukanNya” kepada mereka. Pegawai istana percaya kepada Yesus karena berdasarkan Sabda Allah yang melahirkan Tanda atau mujizat penyembuhan atas anaknya yang sakit demam. Dengan kata lain Orang Samaria percaya atas dasar Kata, Sabda, Firman Allah. Sedangkan orang Galilea percaya atas dasar Tanda dan Mujizat Tuhan Yesus. Pegawai istana percaya atas dasar Kata sekligus Tanda atau Sabda sekaligus Mujizat atau apa yang dilakukan Yesus sekaligus apa yang dibuat Yesus.
                  
Bacaan-bacaan Suci hari ini mempertajam iman kita kepada Yesus dalam konteks zaman kita dewasa ini. Kita belajar dari kepercayaan pegawai istana yang menjadi sintese antara kepercayaan orang Samaria yang beriman berdasarkan “apa yang dikatakan Yesus” dengan iman orang Galilea yang berdasarkan “apa yang dilakukan Yesus” bagi mereka. Kita semestinya beriman berdasarkan Sabda sekaligus Tanda Yesus yang selalu kita rayakan dalam Perayaan Ekaristi setiap hari.  Yesus bersabda kepada kita dalam Liturgi Sabda dan melakukan Tanda dalam Liturgi Ekaristi. Efek sosial Iman atas dasar Tanda sekaligus Sabda Tuhan Yesus ini dapat menampak dalam kepintaran dan kebijaksanaan dalam kata dan teladan hidup kita di dalam komunitas sosial tempat kerja dan keberadaan kita masing-masing.