Homili Minggu
Panggilan 21 April 2013
Kis 13 : 14.43-52
Mzm 100: 2.3.5;
Ul:3c
Why 7 : 9.14b-17
Yoh 10 : 27 – 30
GEMBALA
YANG BAIK
Versus
GEMBALA
YANG JAHAT
*P.
Benediktus Bere Mali, SVD*
Kompas
Rabu 17 April 2013 halaman 6 menurunkan sebuah karikatur yang sangat menarik
perhatian saya karena pesannya sangat menyentuh nurani saya dalam gandengan
dengan kepemimpinan dan Ujian Nasional. Karikatur itu adalah sebuah kendaraan yang
sedang mengangkut UN SMU dari pusat ke periferi. Kendaraan itu berplat P dan K
dan Gambar Tut Wuri Handayani. Rodanya gembos sehingga tidak dapat melanjutkan
perjalanan dari pusat ke daerah. Bahan UN SMU pun tidur aman di dalam kendaraan
itu. Siswa SMU di 11 Provinsi pun dihantui aneka perasaan. Salah satu siswa
dari pulau dewata yang mengungkapkan perasaannya atas tertundanya UN, dalam
Opini Jawa pos 20 April 2013. Ia mengatakan bahwa profesionalisme kerja
departemen pendidikan pusat sangat disangsikan dan kehilangan kepercayaan.
Sementara departemen pendidikan menekankan profesionalisme siswa SMU, eh P dan K sendiri kerjanya tidak professional. Orang mengatakan kehilangan harta bisa dicari
dan didapat kembali. Kehilangan kepercayaan kehilangan segala-galanya.
Bacaan-Bacaan
Suci Hari ini berbicara tentang Gembala Yang Baik dengan Gembala yang tidak
baik. Gembala atau pemimpin yang tidak baik terdapat di dalam diri para
pemimpin Yahudi yang mengutamamakan egoismenya dalam hidup bersama. Mereka iri
hati terhadap Paulus yang dulunya teman mereka menganiayah umat Kristen Perdana
yang percaya kepada Kristus yang telah bangkit tetapi kini menjadi pribadi yang
bertobat dan berbalik 180 derajat mengikuti Tuhan Yesus secara radikal. Kelompok Sanhedrin berjuang menghalangi
Paulus dan Barnabas yang mewartakan Kristus Yang telah bangkit di dalam Bait
Allah kepada orang – orang Yahudi. Ada banyak orang yang percaya kepada
Kristus. Kepercayaan mereka kepada Kristus itu melegitimasi bahwa Yesus adalah
sungguh Allah dan sungguh manusia, yang telah kelompok Sanhedrin membunuhNya. Aneka terorisme psikologis dan bahkan ancaman
kematian nyawa terus datang dari kelompok Sanhedrin untuk menghapus jejak Tuhan
Yesus dan para pengikutNya. Tetapi semakin dilawan semakin banyak orang yang
percaya kepadaNya.
Paulus
dan Barnabas menghadapi aneka penolakan dan ketidakpercayaan Sanhedrin dan para
pengikut setia Sanhedrin. Lebih baik menghindar dan mencari tempat pewartaan
yang memberikan banyak peluang membangun kepercayaan penerima warta untuk
percaya kepada Kristus yang telah bangkit daripada memaksa diri mewartakanNya
tetapi nyawa terancam mati. Maka Paulus dan Barnabas pergi ke bangsa-bangsa
lain yang sedia membuka diri menerima warta Paskah. Mereka pergi ke Ikonium dan
Anthiokia. Banyak orang di sana menerima
warta Paulus dan Barnabas dengan penuh sukacita. Memang di sisi lain, umat
Kristen Perdana di Yahudi yang ditinggal Paulus dan Barnabas, senantiasa
mendapat tekanan dan penganiayaan hebat dari Sanhedrin.
Kelancaran
pewartaan Paulus dan Barnabas ini sumber kekuatannya berasal dari Roh Kristus
yang telah bangkit yang setia menyertai mereka. Mereka mewartakan Kristus
kepada bangsa-bangsa lain selain bangsa Yahudi seperti di Ikonium dan Anthiokia
itu, menyatakan bahwa keselamatan yang datang dan dibawah oleh Tuhan Yesus yang
telah bangkit pada dasarnya bersifat universal bukan partikular. Kesombongan
bangsa Yahudi sebagai bangsa isimewa pilihan Yahwe mengalami keruntuhan dengan
terpenuhinya Yesus yang telah bangkit sebagai YAHWE yang telah menjadi manusia
dan menyelamatkan semua orang lintas batas.
Sebetulnya
partikularisme keselamatan Allah itu lahir dari egoisme dan kesombongan bangsa
Yahudi yang terlena dengan pernyataan sebagai bangsa pilihan Allah tetapi
perilaku dan sikap hidupnya tidak mencerminkan keunggulan sebagai bangsa
terpilih Allah. Allah sesunguhnya
mengutamakan universalisme dalam menyelamatkan semua orang melanggar aneka
batas buatan manusia. Pewartaan Paulus dan Barnabas beralih kepada
bangsa-bangsa lain dan banyak orang dari bangsa-bangsa asing menjadi percaya
dan pengikut setia Tuhan Yesus menunjukkan bahwa Tuhan Yesus yang telah bangkit
membawa keselamatan universal.
Bacaan
kedua pun menampilkan Anak Domba Allah yaitu Yesus Kristus yang menuntun semua
orang ke mata air kehidupan abadi, bukan mata air kematian abadi. Semua orang
membuka diri dan mendengarkan Tuhan Yesus dapat dituntun olehNya dalam seluruh
perjalanannya. Yesus Gembala Baik menuntut semua orang tanpa diskriminasi
kepada kehidupan yang kekal, bukan kematian kekal. Domba-domba yang baik setia
dan sabar dalam suka maupun duka mengikuti petunjuk Yesus Gembala Yang Baik
menuju kehidupan dan kebangkitan dalam multidimensi bidang kehidupan untuk
menjadi pribadi yang berbobot di hadapan Tuhan dan di hadapan sesama. Gembala Yang Baik menderita dan berkorban
tanpa pamrih seperti Hamba Yahwe untuk kebahagiaan domba-dombaNya. Domba yang
baik selalu juga melayani sesama tanpa pamrih untuk kebaikan bersama.
Sebaliknya
Gembala yang jahat sangat egois dalam memimpin. Dia senang melihat sesama yang
menderita (SMS). Dia susah melihat sukacitanya sesama (SMS). Gembala yang jahat
memperalat domba-dombanya untuk memeperkaya diri sendiri. Domba yang jahat
melakukan sesuatu selalu ada pamrihnya. Baik Gembala Jahat maupun domba yang
jahat tidak memiliki korban dalam karya-karyanya. Yang ada adalah utamakan diri di dalam segala
segi bidang kehidupan yang mengitarinya.
Hari
ini kita merayakan Hari RA Kartini. Ibu
Kartini itu unik. Dia mewariskan kepada kita untuk berjalan dari kegelapan
menuju terang. Sebaliknya Sanhedrin menuntun kita berjalan dari Terang menuju
kegelapan. Barnabas dan Paulus telah
memilih melaksanakan moto RA Kartini “Habis Gelap Terbitlah Terang” dan tinggal
di dalam TERANG. Sebaliknya Sanhedrin Habis Terang Terbitlah Gelap dan tetap
tinggal dalam Kegelapan. Gembala Yang Baik
membawa kita kepada Terang dan tinggal dalam TerangNya. Gembala yang
jahat membawa kita kepada Kegelapan dan tinggal di dalam Kegelapan. Domba yang
baik tinggal dalam TerangNya. Domba yang jahat tinggal dalam Kegelapan iblis.