Homili Sabtu 13 April 2013


Kacamata Hitam vs Kacamata Polos
Homili Sabtu 13 April 2013
Kis 6 : 1 – 7
Mzm 33 : 1 -2. 4 – 5. 18 – 19
Yoh 6 : 16 – 21

P. Benediktus Bere Mali, SVD

Saya pernah mengenakan kacamata reben atau hitam. Saya juga sedang mengenakan kacamata polos atau putih. Ketika saya mengenakan kacamata hitam mellihat semuanya berwarna hitam termasuk yang putihpun warnanya hitam. Sebaliknya ketika saya menggunakan kacamata polos melihat yang putih adalah putih dan yang hitam adalah hitam.

Injil hari ini bagi saya melihat segala sesuatu dengan kacamata polos tanpa kepalsuan. Pusat Injil adalah Yesus. Saya menemukan bahwa Yesus menggunakan kacamata polos dalam melihat diri, sesama, alam dan BapaNya di Surga. Yesus otentik menyatakan diri kepada manusia. Yesus tidak “slinthutan” dalam menyatakan identitas dirinya kepada dunia. Yesus bersabda kepada para muridNya di dalam penampakanNya: “Inilah Aku”(Yoh 6 : 20). Yesus secara polos menyatakan diri secara pasti kepada para muridNya.
          Kekaburan para Murid melihat Tuhan Yesus disembuhkan dengan pernyataan diriNya secara pasti kepada Para muridNya.  Pernyataan identitas diri yang pasti dan jujur serta meyakinkan kepada para murid yang sedang galau oleh karena kematian Tuhan Yesus, menunjukkan bahwa Yesus sungguh bangkit dan membangkitkan kembali iman mereka yang nyaris mati.
          Bacaan pertama secara jelas menggunakan kacamata yang polos, jujur, otentik, tidak “slinthutan” dalam melihat realitas social pelayanan misi para rasul. Para Rasul memberikan kesaksian tentang Kristus Yang Telah bangkit. Warta dan mujizat mereka lakukan di dalam nama Yesus. Mereka yang menerima penyembuhan dalam nama Tuhan Yesus yang telah bangkit memberikan kesaksian kepada  sesama sekitar termasuk Mahkamah Agama yang senantiasa menghalang-halangi misi keselamatan para Rasul kepada segala manusia lintas batas.

Warta dan mujizat yang dilakukan para Rasul dalam nama Yesus yang telah bangkit, menarik banyak orang yang percaya kepada Yesus yang telah bangkit. Sejumlah imam Yahudi pun mulai percaya kepada Kristus Yesus yang telah bangkit. Umat Gereja perdana semakin hari semakin bertambah. Tenaga pelayan berkurang atau belum cukup. Maka diadakanlah pemilihan tujuh diakon. Tugas utama para diakon terpilih adalah pelayan para janda dan orang-orang yang miskin. Para Rasul mewartakan Injil dan melakukan mujizat dalam nama Yesus. Kita disini menemukan bahwa sejak Gereja Perdana sudah dimulai dengan Pastoral Kategorial. Diakon melayani janda dan orang miskin. Para Rasul mewartakan Injil dan melakukan Mujizat di dalam karya pelayanan. Demikian orang yang menggunakan kacamata polos dalam analisa sosial pastoral dan misi.
          Kita seringkali melakukan kesalahan publik lantas mengganggap diri benar dan mempersalahkan orang lain. Itu artinya kita sendiri masih pribadi yang “slinthutan” di dalam hidup panggilan kita. Kita masih menggunakan kacamata hitam dalam perjalanan panggilan kita. Kita semestinya mengenakan kacamata polos seperti Yesus. Orang yang mengenakan kacamata polos melihat, berpikir, berbicara, bertindak, secara polos, jujur, otentik terhadap diri sendiri, sesama baik laki-laki maupun perempuan, dan terutama Tuhan sendiri. Sebaliknya orang yang memakai kacamata hitam, melihat, berpikir, berbicara, berkata-kata, bertindak secara negatif, “ber-dasa muka”, yang benar disalahkan, yang salah dibenarkan. Di hadapan manusia boleh boleh saja dilakukan. Tetapi di hadapan Tuhan yang Mahatahu semua kebohongan akan mendatangkan pembalasan di dalam agenda pendidikan Tuhan yang akan dijatuhkan kapan saja atas kehendakNya sendiri. Doakanlah Mazmur 138 yang berisi tentang  : Doa di hadapan Tuhan yang Maha Tahu.