WISUDA
SARJANA ATAU WISUDA DURJANA
*P.
Benediktus Bere Mali, SVD*
Kis
8:26 – 40 ; Mzm 66 : 8 – 9.16 – 17.20; Yoh 6 : 44 – 51
Homili
Misa Syukur Wisuda, Kamis 18 April 2013, Pukul 19.30 – 20.30 WIB di Rumah
Kediaman Ibu Merici Sri Puji Artanti di
Lingkungan St. Katarina dengan Ketua Lingkungan Bapak Albertus, Wilayah III St.
Mikael dengan Ketua Wilayah Bapak Simbolon, Paroki St. Stefanus Jl. Manukan
Rukun 23 – 25, dengan pastor Parokinya
Rm. Setefanus Kholik Kurniadi, Pr, -
Keuskupan Surabaya. Perayaan Ekaristi Syukur atas Wisuda saudari Nesya
Pramesthi Anggun Kusuma dan Syukur atas Penempatan Kantor di Surabaya dan
mutasi Saudari Natasia Raras Indah Puspita dari Jakarta ke Surabaya serta
Pemberkatan Rumah Kediaman Ibu Merici Sri Puji Artanti.
Saya
pada saat menerima sms dan telephone untuk merayakan misa syukur wisuda saudari
Nesya Pramesthi Anggun Kusuma, saya langsung teringat akan pengalaman saya
diwisuda di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Malang pada tanggal 4 Mei 2004. Usai
acara resmi wisuda disusul makan bersama. Di sela-sela makan bersama itu ada
banyak orang yang memberikan selamat kepada saya. Di antara sekian banyak orang
yang memberi salam kepada saya, ada seorang pastor senior yang sempat menyampaikan
pesan kepada saya seperti ini. Peristiwa
Wisuda adalah peristiwa yang penting dimaknai. Diwisuda sebagai sarjana bukan
diwisuda sebagai durjana. Diwisuda sebagai sarjana berarti perilakunya
semestinya dijiwai oleh sifat kesarjanaan bukan perilakunya mengarah kepada
kedurjanaan.
Mendengar
kata-kata itu membangkitkan saya untuk bertanya di dalam diri saya. Pertanyaan
yang muncul adalah mengapa Pastor Senior itu mengatakan demikian? Barangkali
pastor yang banyak makan asam garam dalam hidupnya telah menemukan banyak orang
yang memang secara legal diwisuda sebagai sarjana tetapi perilakunya seperti seorang
durjana. Perilaku durjana adalah orang yang melakukan kejahatan di dalam
multidimensi bidang kehidupan. Sebaliknya perilaku seorang sarjana adalah orang
yang hidup dalam hakekat kesajarnaan yaitu melakukan yang baik dan benar dalam
multidimensi kehidupan.
Bacaan
– bacaan Kitab Suci pada hari ini membicarakan ciri khas seorang sarjana.
Keunikan seorang sarjana adalah senantiasa berdialog yang baik dengan Tuhan,
sesama, dan diri sendiri.
Seorang
Sarjana yang suka dialog dapat terungkap secara konkret di dalam doa-doanya, di
dalam buku-buku yang dibacanya, dan di dalam percakapan langsung dengan sesama manusia
lintas batas terutama penatua-penatua sebagai perpustakaan hidup/ buku tua yang
selalu hidup dan membangkitkan secara langsung ataupun melalui dunia maya
misalnya melalui telephon, email,
chating, BBM dan sebagainya. Dunia maya menyediakan peluang bagi manusia lintas
batas untuk semakin berkembang dalam dialog untuk memajukan diri atau
menyesatkan diri dan sesama.
Kita
membangun dialog untuk kebaikan dan kebenaran universal. Dialog itu bertujuan
mencari dan menemukan kebenaran yang universal. Pencarian dan penemuan kebenaran universal itu memandu pencari dan
penemu melaksanakan kebenaran itu di dalam hidup sehari-hari. Hanya orang yang
rendah hati di hadapan Tuhan dan sesama dapat dituntun oleh kebenaran yang
sejati.
Bacaan
Pertama memberikan contoh ciri seorang sarjana. Bagi saya Filipus adalah
seorang Sarjana yang baik. Dia berdialog dengan Tuhan dan mendengarkan Tuhan
sebagai sang dialog yang sejati. Allah mengutus MalaikatNya membuka dialog
dengan Filipus. Filipus melaksanakan hasil dialog dengan Tuhan itu. Kemudian
Filipus menemukan seorang Etiopia, yang sedang berdialog dengan Tuhan secara
tidak langsung di dalam Kitab Nabi Yesaya tentang Hamba Yahwe yang melakukan
yang baik dan benar dalam penderitaanNya bagi banyak orang langgar batas. Hasil
Dialog dengan Tuhan dari Filipus dengan
Seorang Etiopia itu dipertemukan oleh Allah sang dialog sejati yang selalu
menyelamatkan semua orang lintas batas. Pertemuan hasil dialog itu akhirnya
berjumpa dengan Tuhan sebagai sang dialog yang sejati membawa kebenaran dan
kebaikan bagi dunia melintas batas. Filipus menemukan kebenaran Tuhan dalam
diri Malaikat utusan Tuhan. Orang Etiopia itu menemukan kebenaran di dalam Buku
khususnya di dalam Kitab Yesaya. Kebenaran dari atas dan dari bawah bertemu
dalam diri Yesus Kristus yang telah bangkit sebagai pemenuhan kebenaran Kitab
Suci dan Kebenaran Malaikat utusan Tuhan.
Penemuan
Tuhan sang dialog sejati itu dalam diri Hamba Yahwe dalam Kitab Nabi Yesaya,
yang menjadi nyata di dalam diri Tuhan Yesus yang telah bangkit. Penjelasan dan
pewartaan Filipus kepada seorang Etiopia yang dulunya kafir karena belum
dibaptis, kemudian berjalan menuju sumber air Hidup lalu Filipus membaptisnya
dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Pembatisan itu terjadi karena
kepercayaan tulus dari seorang Etipia itu kepada Kristus Yesus sang Air Hidup
yang selalu memberikan kehidupan yang abadi kepada setiap orang yang percaya
kepadaNya.
Yesus
adalah sang dialog yang sejati. Yesus adalah Air Hidup dan Roti Hidup. Perayaan
Ekaristi adalah puncak pemberian Yesus adalah Air Hidup dam Roti Hidup kepada
umat manusia yang percaya kepadaNya yang senantiasa setia mengikuti dan
merayakan Perayaan Ekaristi. Seorang imam tertahbis senantiasa setia menyiapkan
makanan dan minuman kekal dalam ekaristi bagi semua orang beriman. Absen dalam
Ekaristi adalah tanda kemalasan dan ketidaksetiaan kepada Tuhan dan sesama yang
Tuhan percayakan kepada Imam terpanggil dan tertahbis.
Tanda
imam adalah Sarjana yang sejati yaitu selalu dialog dengan Tuhan dan sesama
dalam freim Yesus adalah Hamba Yahwe dan Yesus adalah Sang Dialog Sejati yang
selalu berjalan di atas jalan-jalan yang membawa keselamatan universal bagi
semua orang.
Kita
barangkali bukan sebagai sarjana secara legal diwisuda. Tetapi kita bisa hidup
dijiwai oleh ciri khas seorang sarjana yaitu sebagai insan dialog dalam nama
Yesus untuk menyelamatkan semua orang melanggar batas. Artinya kita bisa
berjuang dan berupaya hidup secara baik dan benar di hadapan Tuhan dan sesama,
dalam rangka menjadi pribadi yang berkualitas secara iman maupun dalam freim
kemanusiaan.
Orang
yang bermutu senantiasa mudah mendapat pekerjaan. Orang yang berkualitas selalu
dibutuhkan banyak orang langgar batas. Orang yang bermutu membahagiakan banyak
orang. Maka kita semestinya menjadi pribadi-pribadi yang bermutu dalam keluarga
kita, di tempat kerja kita, dan di dalam lingkungan masyarakat kita. Amin.