Teologi Jalan



ORIENTASI vs DISORIENTASI JALAN…
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*


Tulisan Sindhunata tentang GARAM yg kurang asinnya, sangat menyetuh hati saya saat saya membacanya. Sentuhan itu dari dua arah yang berlawanan dan sangat mengenakan benak untuk terus mengikuti sentuhan-sentuhan yang memberikan pencerahan kepada saya dan tentu kepada banyak orang yang sempat mengelaborasi tulisan itu. Dua sentuhan itu adalah soal perjalanan Gereja dewasa ini. Tampaknya Gereja gencar mengalirkan segala sesuatu dari atas ke bawah sehingga yang ada dibawah yang menjadi komunitas basis gerejani hanya manut-manut saja yang di atas. Rupanya Tuhan Allah telah menjadi manusia bukan di kandang Bethlehem tetapi di kandang istana kekuasaan atau hirarki Gereja. Hal ini yang membuat Gereja itu seperti GARAM yang kurang asinnya.  Gereja itu seperti bara api yang tidak kelihatan karena tertutup oleh abu.  Bara api Gereja itu akan tampak kelihatan kalau abu yang menutupinya dbersihkan. Abu itu adalah dominasi hirarki Gereja yang membonsai Gerakan Roh Pembaharu yang sedang bergerak di dalam Bait Allah Hati Setiap Anggota Gereja di seluruh dunia.
Gerakan Pembaharu dari Komunitas Basis itulah yang didengarkan dan diberi peluang untuk berjalan di jalan menuju Gereja seperti GARAM yang pas asinnya.  Pusat  Gereja adalah Kitab Suci atau Sabda Allah.  Setiap individu di seluruh dunia membaca dan merenungkan Kitab Suci. Ada banyak hasil refleksi yang sangat inspiratif. Hasil refleksi bermutu yang mebuat GEREJA seperti GARAM yang pas asinnya dari setiap individu itulah yang diberi porsi lebih agar bara api Gereja tidak tertutup oleh abu Hirarki Gereja yang lebih feudal.
Sintese antara Allah yang menjelma menjadi manusia di Komunitas Basis Bethlhem dan Komunitas Basis Istana Hirarki, diberi peluang yang seimbang, serasi dans selaras. Sintese “dari atas” dengan “dari bawah” itu yang membuat Gereja Seperti GARAM yang pas asinnya. Disitulah Sabda Allah hari ini menjadi nyata. Yesus bersabda : “ Akulah Jalan” ketika Gereja disorientasi di jalan panggilannya menuju GEREJA yang seperti GARAM yang pas asinnya. “Akulah Kebenaran” ketika Gereja mengalami Relativisme yang memberikan ketidakpastian akan aneka prinsip yang membingungkan. “Akulah Kehidupan” ketika Gereja berada dalam ketidak berdayaan mengangkat kembali harkat dan martabat manusia yang berkemanusiaan.
Kita sedang menjalani masa paskah. Pengalaman akan paskah itu tampak dalam diri kita ketika kita memberikan jalan yang pasti kepada semua orang untuk berjalan menuju Rumah Bapa yang kelihatan yaitu GEREJA yang  seperti GARAM yang pas asinnya, juga ke Rumah Bapa di Surga yang dicapai hanya melalui Salib Yesus yang telah bangkit, sebagai jembatan keselamatan bagi semua orang lintas batas, yang beriman dan percaya kepadaNya. Kita menghadirkan pengalaman kebangkitan Tuhan, ketika kita memberikan kebenaran yang sejati yang ditemukan hanya di dalam diri Kristus, dalam relativisme yang semakin gencar menyerang kebenaran sejati dari berbagai sisi.  Kita menghadirkan pengalaman paskah, ketika kita membangkitkan kemanusiaan di dalam berbagai segi bidang kehidupan yang mengitari kita.

Homili Jumat 26 April 2013
Kis 13 : 26 – 33
Mzm 2 : 6 – 7. 8 – 9. 10 – 11
Yoh 14 : 1 – 6

Akulah Jalan Kebanran dan Kehidupan (Yoh 14 : 6).
Dalam Nama Yesus ada Keselamatan (Kis 4 : 12).
Orang Kristen adalah Orang Yang Percaya kepada Kristus Yang Telah Bangkit membawa keselamatan kepada semua orang lintas batas (Kis 11 : 26).