Hanya Orang yang Merasa tidak Sakit yang tidak Membutuhkan Penyembuh

*Benediktus Bere Mali*

 


Refleksi Misa Harian

Jumat 12 Februari 2021

Kej.3:1-8

Mrk.7:31-38

 

 

Banyak orang yang menuntun kita kepada jalan yang baik dan benar dan indah menuju masa depan yang cerah. Tetapi di antara sekian banyak pengarah itu tidak kalah penting perannya adalah ibu dan ayah kita yang sejak awal mula di dalam Rahim ibu telah memiliki rencana yang mantap bagi masa depan kita kelak. Seluruh energi orang tua dicurahkan untuk menyertai kita sampai kita menjadi pribadi yang dewasa dan mandiri. 

 

Allah pencipta dalam bacaan-bacaan suci hari ini seperti kedua orang tua kita. Allah menyediakan segala sesuatu bagi manusia yang diciptakan-Nya. Semua yang diciptakan-Nya itu diberikan kepada manusia pertama Adam dan Hawa yang Allah Bapa ciptakan. Manusia diberi kuasa untuk mengatur semua ciptaan yang Allah Bapa serahkan kepadanya dengan aturan yang jelas dan tegas kepada Adam dan Eva di Taman Eden. Aturan itu adalah pohon pengetahuan tentang kebaikan dan kejahatan yang memberi pengertian kepada manusia tentang kebaikan dan kejahatan itu sendiri. Pohon itu Tuhan letakan di Taman Eden untuk memberikan pengertian tetapi buah pohon itu tidak boleh dimakan oleh siapapun. Manusia yang diciptakan Tuhan itu dilengkapi dengan kebebasannya. Tuhan memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia. Tuhan memberi kuasa, kebebasan dan kepastian aturan. Tuhan memberikan psikoedukasi yang jelas, tepat dan benar bagi keselamatan manusia dan ciptaannya.  

 

Simbol penggoda manusia tampil dalam ular yang licik menggunakan Bahasa manusia dan berdialog dengan manusia untuk menggunakan kelemahannya untuk menjerumuskannya ke dalam jalan yang bertentangan dengan jalan Tuhan. Tuhan telah mengedukasi manusia untuk tidak makan buah terlarang dari pohon pengetahuan yang memberi pengertian tentang kebaikan dan kejahatan. Tetapi manusia mengikuti keinginan ular yang menggoda Hawa untuk makan buah pohon terlarang itu sehingga mereka menjadi malu dan merasa bersalah karena telah melanggar aturan Tuhan dengan sadar tahu dan mau. Mereka menjadi buta dan tuli serta bisu pada suara Tuhan karena dikuasai oleh ular yang merayu dan menggoda. Tuhan datang menemui mereka dalam keadaan telanjang dan malu yang sangat mendalam.  Mereka sudah terlanjur jatuh dalam melanggar aturan Tuhan dan mereka mengharapkan belaskasihan Allah Bapa untuk menyembuhkan rasa bersalah yang sedang menghantui mereka. Mereka telah menjadi bisu dan tuli secara rohani terhadap kehendak Tuhan.

 

Bacaan Injil hari ini menampilkan orang tuli dan bisu secara fisik. Orang bisu dan tuli itu datang kepada Tuhan Yesus dengan iman yang mendalam. Tuhan Yesus menyembuhkan orang yang tuli dan bisu sehingga ia dapat berbicara dan mendengar. Penyembuhan fisik ini bermakna bagi kita bahwa kita pun adalah orang yang bisu dan tuli akan kehendak Allah yang kita mengerti-Nya sebagai penyelamat kita dan alam semesta seperti yang telah terjadi dalam diri Adam dan Hawa di dalam bacaan pertama. Berkat teladan orang bisu dan tuli dalam bacaan Injil ini yang datang kepada Yesus untuk disembuhkan, kita yang bisu dan tuli secara rohani juga datang kepada Yesus untuk disembuhkan-Nya dari sakit tuli dan bisu rohani agar kita kembali dapat berbicara dan mendengarkan Suara Allah yang selalu mengarakan kita kepada jalan yang menyelamatkan kita, sesama dan alam sekitar.***