Apa persamaan antara Bacaan pertama dan bacaan Injil pada hari ini?

 *P.Benediktus Bere Mali, SVD*


Renungan Harian Kamis 18 Maret 2021

Kel. 32:7-14

Yoh. 5:31-37


Apa persamaan antara Bacaan pertama dan bacaan Injil pada hari ini? 



Setiap orang tua yang mencintai anaknya pasti marah terhadap anaknya yang bertindak salah di hadapan orang tua maupun di hadapan publik. Kemarahan itu berorientasi untuk membangkitkan kesadaran anak setelah salah kembali bertobat dengan meninggalkan kesalahan di masa lalu dan kini fokus pada hal yang baik sesuai kehendak baik arahan orang tua. Anak bertindak baik di depan orang tua dan di depan publik tujuannya untuk kebaikan dan keselamatan anak itu sendiri. 


Bacaan pertama dan bacaan Injil hari ini memiliki persamaan yaitu  kemarahan Allah pada umat-Nya yang tidak setia pada-Nya.  Dalam bacaan pertama Allah murka pada Umat Israel yang telah dibebaskan dari penjajahan dan perbudakan di Mesir itu menyembah berhala pada patung lembu buatan tangan manusia. Tetapi berkat dialog Musa sebagai seorang pemimpin hebat bangsa Israel itu dengan Allah maka Allah menurunkan amarah, kemudian menyelamatkan Bangsa Israel dalam perjalanan-Nya dari perbudakan Mesir ke Tanah terjanji. Musa pemimpin hebat memandu bangsa Israel kembali setia di jalan yang yang benar seturut kehendak Allah. 


Bacaan Injil secara tegas bahwa Allah yang murka terhadap bangsa Israel dalam bacaan pertama itu telah menjadi manusia di dalam diri Yesus yang juga marah terhadap orang Yahudi yang tidak percaya kepada-Nya. Hal ini terungkap melalui mereka mempunyai telinga tetapi tidak mendengarkan Sabda Yesus. Mereka memiliki mata tetapi tidak melihat perbuatan dan tanda yang Yesus lakukan di hadapan mereka. Mereka percaya pada Musa yang bersaksi bahwa seorang nabi besar akan lahir dan orang Yahudi harus mendengarkan Dia yaitu Yesus sendiri yang telah menjadi nyata di dalam Bacaan Injil hari ini. Tetapi orang Yahudi tidak menerima-Nya. 


Kepercayaan orang Yahudi fokus pada Yahweh saja tetapi tidak percaya pada Yesus. Sedangkan kita percaya kepada YAHWEH yang telah menjadi  manusia di dalam diri Tuhan Yesus.


Kita percaya bahwa Yesus adalah wujud nyata Yahweh yang telah lahir dan sedang hadir di antara kita. Kita mau setia dalam iman kita kepada-Nya baik dalam suka maupun duka, baik dalam sukacita maupun dalam dukacita kita. Kita mau setia dalam kesuksesan dan kegagalan kita. Namun demikian bahwa bahaya terbesar bagi orang yang sukses adalah sering dikuasai oleh kesombongannya sendiri dan orang gagal terjerat oleh kegagalannya sendiri. Idealnya adalah orang yang semakin sukses semakin rendah hati selalu setia pada Tuhan Yesus dalam perkataan dan tindakannya. Dan orang yang pernah jatuh lalu bangun kembali melihat ke depan dengan penuh harapan untuk terus bergerak maju di dalam naungan Kasih Tuhan. Tuhan selalu mengalirkan Rahmat-Nya bagi kita. Tuhan Yesus memberkati kita semua.***