IDENTITAS SVD DI JOGJAKARTA

1. Pengantar
Serikat Sabda Allah mulai berkarya di Jogyakarta, Keuskupan Agung Semarang pada tahun 1981. Tulisan ini memuat refleksi atas perjalanan karya kerasulan kategorial Serikat Sabda Allah di Jogyakarta, Keuskupan Agung Semarang. Untuk mengantar pembaca lebih mengenal jati diri Serikat Sabda Allah (SVD) secara terfokus, penulis memandu pembaca melewati tata urutan sebagai berikut: Sejarah SVD Internasional, Sejarah SVD Indonesia, Identitas SVD yang tercetus dalam Visi, Misi, Spiritualitas, Karya-karya SVD, Sejarah SVD di Jogyakarta, Keuskupan Agung Semarang.
2. Sejarah SVD Internasional
Santo Arnoldus Janssen adalah pendiri Serikat Sabda Allah. Arnoldus dilahirkan pada tanggal 5 November 1837 di Goch (Jerman) dan ditahbiskan menjadi imam projo Keuskupan Muenster-Jerman pada tahun 1861. Pada 8 September 1875 beliau mendirikan SVD (Societas Verbi Divini) atau yang akrab dikenal dengan nama Serikat Sabda Allah, sebuah tarekat biarawan misioner yang beranggotakan imam dan bruder.
Arnoldus Janssen mendirikan SVD di Steyl pada usia 37 tahun 10 bulan dan usia imamatnya 14 tahun. Sesungguhya sebuah konteks usia Arnoldus yang diwarnai oleh kekayaan imajinasi kreatif yang berbuah tampak keluar melalui mendirikan SVD bagi Misi Allah dan Misi Gereja sejagat untuk menyelamatkan manusia.Imajinasi kreatif Arnoldus tidak mati setelah mendirikan SVD.
Imajinasi kreatif Arnoldus terus mengalir dengan mendirikan sebuah serikat biarawati “Suster-suster Abdi Roh Kudus” (SSpS = Congregatio Servarum Spiritus Sancti) pada 8 Desember 1889 di Steyl. Suster-suster SSpS ini disebut sebagai suster-suster misi yang diutus ke seluruh dunia sebagai misionaris Allah. Bagi Arnoldus Janssen misi SSpS ini masih lebih berfokus pada pembangunan lahir.
Misi aktif keluar harus mengalir dari dasar yang kuat yaitu hidup doa yang kokoh. Aksi misi harus bertumbuh dan berkembang dari sumber doa dan kontemplasi yang mendalam.Untuk mewujudkan imajinasi kreatif itu, Arnoldus Janssen mendirikan lagi serikat biarawati “Suster-suster Abdi Roh Kudus Penyembah Abadi” (SSpS AP = Congregatio Servarum Spiritus Sancti de Adoratione Perpetua), pada 8 Desember 1896 di Steyl - perbatasan Belanda-Jerman. Arnoldus Janssen memiliki suatu keyakinan kuat dalam dirinya bahwa misi pertama-tama adalah suatu karya doa.
Dia yakin bahwa rumah misi induk yang didirikan di Steyl harus dilengkapi oleh satu bagian lain yaitu SSpS AP yang secara khusus berdoa bagi karya misi selain SVD dan SSpS.Karena itu sejak awal dia menerima anggota-anggota yang menunjukkan minat dan bakat untuk hidup dalam kesunyian guna melaksanakan karya doa yang tak berkeputusan dalam SSpS AP. Tugas para suster SSpS AP ialah berdoa siang-malam di depan Sakramen Mahakudus untuk para imam, para misionaris dan pelaksanaan karya misi.
Tiga serikat misi telah didirikannya sebagai sumbangan yang sangat berharga kepada Gereja pada umumnya dan mewartakan Sabda Allah pada khususnya. Semoga teladan hidup Arnoldus Janssen menggerakkan kita untuk selalu solider dengan Gereja dan melibatkan diri dalam karya kerasulannya. Hidup Arnoldus Janssen yang mirip dengan sebuah petualangan untuk Kerajaan Allah, kiranya memberikan inspirasi untuk menjadi misionaris. Teladan Arnoldus Janssen tetap menarik banyak pengikutnya sampai detik ini.
Tiga belas tahun kemudian, setelah mendirikan SSpS AP, tepatnya tanggal 15 Januari 1909 Arnoldus Janssen tutup usia di Steyl. Berkat karya-karya agung yang lahir dari imajinasi kreatifnya, Arnoldus Janssen digelarkan Beato pada 19 Oktober 1975 dan menjadi Santo Arnoldus Janssen pada 5 Oktober 2003.
2.1. Konteks Awal Arnoldus Mendirikan SVD
2.1.1. Kulturkampf
Kulturkampf adalah perselisihan antara Gereja Katolik di bawah Paus Pius IX dengan Kerajaan Prusia atau kekaisaran Jerman di bawah Kanzler Otto von Bismark antara tahun 1871 dan 1878.
Alasan kulturkampf adalah: Pertama, penerbitan atau pengumuman sebuah ajaran Paus Pius IX yang salah satu isinya mengucilkan atau menolak ajaran-ajaran seperti sosialisme, komunisme, nasionalisme dan liberalisme.
Kedua, dikeluarkannya salah satu dogma tentang „ketidakdapatsalahan paus“ ketika Paus berbicara atau mengeluarkan ajaran tentang iman dan kepercayaan. Dogma ini menuai protes terutama di daerah-daerah yang berbahasa Jerman dan menimbulkan perpecahan dalam Gereja. Selain itu Departemen Katolik dalam kementerian kebudayaan mengijinkan digunakannya bahasa Polandia di daerah-daerah yang berbahasa Polandia dalam pelajaran di sekolah-sekolah. Hal ini membangkitkan semangat kebangsaan orang-orang Polandia yang waktu itu berada di bawah kekuasaan kekaisaran Jerman. Orang-orang Polandia juga menggunakan jalur Gereja dan mulai menentang pendudukan kekaisaran Jerman di daerah mereka.Sebagai akibatnya, pada 8 Juli 1871 Departemen Katolik dalam kementerian kebudayaan dihapus. Penghapusan ini mendapat tantangan dari Gereja Katolik. Bismarck membuat pemisahan antara gereja dan negara. Ia melihat pengaruh politik Gereja Katolik sebagai sesuatu yang membahayakan kepentingan negara. Karena itu ia mulai menekan dan menindas Gereja Katolik sebagai musuh kerajaan.Setelah itu ia mengeluarkan aturan yang melarang seorang rohaniwan untuk melakukan pewartaan Injil dan kegiatan-kegiatan kerasulan lainnya. Barangsiapa yang melanggar larangan ini akan diancam dengan hukuman penjara. Akibatnya para rohaniwan dengan latar belakang politik ditangkap dan banyak uskup ditahan. Tahun 1872 Bismarck mengeluarkan larangan terhadap Serikat Yesuit dan pemutusan hubungan diplomatik dengan Vatikan pada tahun yang sama.
Puncak kulturkampf adalah dikeluarkannya Maigesetze atau Undang-undang pada bulan Mei tahun 1873 yang memuat aturan-aturan sebagai berikut: Pertama, rohaniwan hanya boleh menduduki suatu jabatan kerja setelah mengikuti atau menyelesaikan ujian kebudayaan negara (ujian yang dibuat oleh negara).
Kedua, semua rohaniwan harus melapor dan mendaftarkan diri kepada negara. Ketiga, mempermudah urusan keluar dari gereja (bagi yang mau meninggalkan Gereja Katolik). Akibat lanjutnya adalah pada Februari 1875 dibuat perkawinan sipil yang dilimpahkan oleh gereja kepada negara. Pada bulan Mei 1875 penghapusan kehidupan membiara.
2.1.2. Kerasulan Doa
Kulturkampf berorientasi menempatkan identitas Jerman di atas segala segi bidang kehidupan. Dampaknya terasa sampai pada wilayah religius dan agama. Arnoldus Janssen hidup dalam suatu zaman yang tidak menguntungkan Gereja di tanah airnya. Kehidupan Gereja dilumpuhkan oleh tindakan pemerintah yang anti agama. Imam-imam diusir. Seminari-seminari dan biara-biara ditutup.
Sebaliknya Kulturkampf atau perjuangan kebudayaan merajalela di seluruh Jerman. Banyak imam kehilangan pekerjaan. Bruder-bruder pun mengalami pengangguran. Larangan ketat Bismark terhadap kegiatan keagamaan semakin menyuramkan masa depan perjalanan Gereja. Saat itu imajinasi kreatif Arnoldus Janssen mulai menampilkan jati dirinya. Ia mulai mengumpulkan para imam projo, bruder, awam dan guru-guru ke dalam kelompok kerasulan doa yang mendoakan keprihatinan akan kehidupan iman dalam negeri dan juga untuk karya misi universal agar hati Yesus Yang Mahakudus hidup di dalam hati semua manusia baik di dalam negeri para elite politik Jerman dan para kafir di Timur Jauh yang belum mengenal Kristus. Timur jauh yang dimaksudkan pada waktu itu adalah China.
Kerasulan doa ini perlu disosialisasikan ke paroki-paroki agar semakin banyak orang yang menjadi anggota kerasulan doa yang dikoordinir Arnoldus Janssen. Usaha ini membutuhkan banyak uang untuk mencetak majalah dan brosur kerasulan doa yang isinya, “Di hadapan terang Sabda Allah dan Roh pemberi karunia, lenyaplah kegelapan dosa dan kebutaan manusia tak beriman. Dan semoga Hati Yesus hidup dalam hati semua manusia”. Uang-uang itu diperoleh dari derma kelompok kerasulan doa dan sumbangan dari para penderma yang memiliki kepedulian terhadap perkembangan iman dalam negeri yang tidak menentu karena kulturkampf dan karya misi universal. Di saat serba sulit ini Arnoldus Janssen menemukan jalan yang tepat yaitu melalui doa. Dengan doa semua kesulitan dapat ditemukan jalan keluarnya karena Arnoldus Janssen percaya kepada bimbingan Roh Kudus dalam merintis karya media komunikasi untuk memberi informasi secara mendalam kepada umat mengenai misi dan karya pewartaan Injil.
2.1.3. Mengapa Steyl ?
Sosialisasi Kerasulan doa lewat media cetak ke paroki-paroki berdampak positif yaitu banyak paroki yang menjadi anggota aktif kerasulan doa yang dikoordinir Arnoldus Janssen. Anggota kerasulan doa ini adalah awam, suster, para imam dan bruder yang kehilangan pekerjaan karena kulturkampf. Arnoldus berpendapat bahwa doa untuk perkembangan iman di dalam negeri dan karya misi universal khususnya di daerah-daerah kafir di Timur Jauh tidaklah cukup. Arnoldus memiliki imajinasi untuk mengutus misionaris-misionaris ke daerah-daerah kafir yang belum mengenal Sabda Allah yang menjelma dalam diri Yesus Kristus.
Arnoldus ingin menyiapkan tenaga-tenaga imam yang tidak dipakai lagi di Jerman karena kulturkampf untuk karya pewartaan Injil ke daerah-daerah Timur Jauh. Pilihan tempat yang tepat bagi pembinaan tenaga-tenaga misionaris adalah Steyl. Arnoldus Janssen beralih ke Belanda dan mendirikan SVD di Steyl dekat Goch (perbatasan Jerman-Belanda). Steyl adalah tempat yang baik dan memudahkan ruang gerak pembinaan rohani bagi para calon misionaris karena berada di luar pengaruh kulturkampf yang memanas pada waktu itu.
Misionaris yang telah dipersiapkan diutus ke segala penjuru dunia. Prinsip dasar perutusan para misionaris ke negeri kafir adalah “Di hadapan terang Sabda Allah dan Roh pemberi karunia, lenyaplah kegelapan dosa dan kebutaan manusia tak beriman. Dan semoga Hati Yesus hidup dalam hati semua manusia”.Negeri kafir yang dimaksud pada saat itu adalah negeri Timur jauh, yang secara khusus disebutkan adalah Cina. Sasaran misi pertama SVD adalah Cina. Yosef Freinademetz, misionaris pertama SVD diutus ke Cina pada tanggal 2 Maret 1879. Pada 18 Januari 1882 karya misi SVD di China dimulai di Puoli-Shantung Selatan.Perutusan Josef Freinademetz, misionaris pertama SVD ke Cina ini sekaligus membuka pintu bagi perutusan misionaris-misionaris lain ke seluruh dunia. Arnoldus Janssen mengirim dan mengutus hampir 800 misionaris ke daerah-daerah misi misalnya ke Papua Nugini, Togo, Jepang, Filipina, Argentina, Brasilia, Chile dan Amerika Utara.Ketika Arnoldus Janssen wafat pada 15 Januari 1909, jumlah anggota serikat-serikat misi yang didirikannya sebanyak 430 orang imam, 660 orang bruder, 236 orang mahasiswa biarawan, 600 orang suster misionaris dan 35 orang biarawati kontemplatif. Sejak awal berdirinya, SVD dikhususkan oleh Arnoldus Janssen untuk karya misioner di seluruh dunia terutama di tempat di mana Injil belum dikenal. Karya misi SVD dewasa ini telah berkembang di 66 negara yang berasal dari lima benua yaitu Asia, Australia, Amerika, Afrika dan Eropa.
3. Sejarah SVD Indonesia
Misionaris-misionaris Portugis mulai bermisi di Flores dan Timor pada abad ke- 16. Tahun 1863 Serikat Yesuit mengirim beberapa misionaris ke pulau Flores dan Timor. Pada waktu itu umat Katolik masih sangat kecil jumlahnya kira-kira 9.000 orang sebagai buah-buah misi para misionaris Portugis. Para misionaris Yesuit bekerja melayani kelompok umat yang kecil itu. Hasilnya jumlah umat Katolik mencapai kurang lebih 30.000 orang 50 tahun kemudian.Pada tahun 1913 para misionaris SVD mulai bermisi di Kepulauan Sunda Kecil yang meliputi Bali sampai bagian Barat Pulau Timor kecuali pulau Flores. Serikat Yesuit ingin terus bermisi di Flores sebagai wilayah kerja mereka.
Akibat perubahan pola pikir dalam bermisi pada waktu itu, akhirnya pada tahun 1914 Serikat Yesuit menentukan pilihan menyerahkan pulau Flores kepada para misionaris SVD. Pulau Flores berada di bawah penjajahan Hindia Belanda ketika para misionaris SVD memulai karya misi di pulau ini.
Para misionaris pertama yang masuk wilayah daerah misi Flores berjumlah tiga orang yang semuanya berbangsa Belanda, yaitu Pater Petrus Noyen, yang sebelumnya misionaris di Cina, Pater Arnoldus Verstraelen, yang sebelumnya misionaris di Togo dan Pater Fransiskus de Lange, yang sebelumnya misionaris di Amerika Serikat.Mgr. Noyen, Prefek Apostolik pertama di Kepulauan Sunda Kecil menentukan Ende sebagai tempat strategis dan sekaligus menjadi pusat untuk mengendalikan seluruh misi SVD di Indonesia. Tahun 1921 Mgr. Noyen menutup usianya ketika sedang mengikuti Kapitel Jenderal di Steyl. Mgr. Verstraelen menggantikannya dan memperluas karya misi secara lebih baik berkat dukungan para misionaris baru. Sepuluh tahun sebagai Vikaris Apostolik, dia wafat karena kecelakaan mobil. Pater Henrikus Leven SVD menggantikannya dan memimpin wilayah misi ini dari tahun 1933 sampai 1951. Pada zaman Pater Henrikus Leven ini misi Flores terbagi dalam tiga Keuskupan.Benih-benih iman yang telah dihasilkan oleh misi Yesuit di Flores, terus berkembang dalam tangan karya misi para misionaris SVD.
Bangunan strategi misi yang paling tepat adalah melalui bidang pendidikan formal. Seminari Menengah dan Seminari Tinggi yang didirikan para misionaris menjadi dasar yang kokoh bagi pertumbuhan dan perkembangan iman.
Hasilnya tampak jelas pada saat uskup mentahbiskan dua imam SVD pribumi pada tahun 1941. Lalu pada tahun 1942-1943, Uskup mentahbiskan tiga imam SVD pribumi. Imam diosesan Flores untuk pertama kalinya ditahbiskan pada tahun 1944.Pertambahan jumlah panggilan menjadi SVD dan imam projo yang dari tahun ke tahun ini karena berkat berlimpah dari Allah atas karya, upaya dan perjuangan para misionaris.
Misi di pulau Flores ini berkembang pesat juga karena berkat kurban dan doa para misionaris SVD, para suster SSpS, Santa Ursula, CIJ dan Putri Renha Rosari (PRR). Iman yang ditanam di NTT oleh para misionaris sungguh berakar dalam membentuk sumber daya manusia beriman yang kini diutus tersebar ke segala pelosok dunia baik sebagai awam maupun imam, bruder dan suster menjadi pewarta Sabda Allah yang menyelamatkan manusia.
SVD terus berkembang dalam karya misinya bukan hanya di NTT, tetapi juga di pulau lain seperti Jawa. Pada tahun 1954 SVD diserahi paroki Santo Yoseph Matraman, Jatinegara, Jakarta Timur. Ada lima paroki yang dilayani oleh SVD di Keuskupan Agung Jakarta hingga saat ini yaitu Paroki St. Yoseph Matraman, Paroki St. Arnoldus Janssen Bekasi, Paroki St. Alfonsus Rodriguez Pademangan, Paroki St. Mikhael – Kranji, dan Paroki St. Bartolomeus Taman Galaxi.SVD terus berkembang dalam karya misinya.
Pada tahun 1963 SVD mulai berkarya di Keuskupan Surabaya. Paroki pertama yang diterima oleh SVD dari Keuskupan Surabaya adalah Paroki St. Yohanes Pemandi. Paroki ini telah melahirkan anak parokinya yaitu Paroki Gembala Yang Baik Jemur Handayani, Paroki Salib Suci Tropodo, Paroki Sakramen Mahakudus Pagesangan, Paroki Santo Paulus Juanda, Paroki Roh Kudus Rungkut.
Selain itu para misionaris SVD juga berkarya di Aceh, Medan, Nias, Batam, Kalimantan, Bali-Lombok, Malang. Pada tahun 1981 SVD masuk Keuskupan Agung Semarang tepatnya di Jogyakarta.
4. Identitas SVD
4.1.Visi SVD
Visi SVD adalah “Mengambil bagian dalam misi Allah (Missio Dei) untuk membangun Kerajaan Allah dalam misi sebagai dialog profetis, di mana kita menjangkau semua orang dengan penuh cinta, penghargaan terhadap martabat manusia dan mengupayakan keadilan dan perdamaian bagi semua orang”.
4.2. Misi SVD
4.2.1. Mengupayakan perwujudan Kerajaan Allah dalam semangat dialog dengan prioritas empat patner dialog:
1.1. Dialog dengan orang miskin dan terpinggirkan;
1.2. Dialog dengan orang dari berbagai budaya lain;
1.3. Dialog dengan orang dari berbagai agama lain;
1.4. Dialog dengan para pencari iman dan penganut ideologi sekular.
4.2.2. Memberi warna pada misi sebagai dialog dalam koridor matra-matra khas SVD, yakni Kitab Suci (Biblical Word), Komunikasi (Communicating Word), Animasi Misi (Animating Word) Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (Justice, Peace, and Integrity of Creation).
4.3. Spiritualitas SVD
Serikat Sabda Allah memiliki spiritualitas khusus warisan Bapa Pendiri sebagai semangat dasar yang menjadi sumber kekuatan dalam menjalankan seluruh karya misinya:
4.3.1. Spiritualitas Triniter.
Kasih kepada Allah Tri Tunggal menjadi dasar hidup dan kekuatan bagi kerasulan SVD. Inilah intisari dan kekuatan yang membantu semua orang dan anggotanya untuk memperoleh kepenuhan martabat manusia yakni mengambil bagian hidup komunitas Allah Tritunggal dalam hubungan yang mesra dengan semua manusia dalam Allah Tritunggal. Hal ini diwujudkan dengan semangat hidup berkomunitas, persaudaraan dan internasionalitas.
4.3.2. Spiritualitas Misioner.
Sebagaimana Bapa mengutus Putera, dan Bapa serta Putera mengutus Roh Kudus, demikian juga SVD mengambil bagian dalam tugas perutusan, mewartakan Sabda Allah sebagai seorang misionaris.
4.3.3. Spiritualitas Passing-over.
Seorang misionaris SVD harus memiliki semangat beralih (passing-over), di mana setiap misionaris rela dan berani berpikir luas mengatasi kepentingan bangsa, suku, budaya atau kelompok serta berani untuk meninggalkan kemapanan diri yang eksklusif menuju semangat keterbukaan yang inklusif dengan orang dan budaya lain dalam melaksanakan karya misionernya.
4.4. Bidang-bidang Karya SVD
Karya misioner sesuai dengan kharisma SVD. Oleh karena itu para anggota SVD terjun langsung sebagai pelayan pastoral teritorial maupun kategorial misioner. Bidang karya yang mendapat prioritas utama:
4.4.1. Kerasulan Kitab Suci
4.4.2. Pendidikan dan pembentukan komunitas religius misioner, termasuk animasi misioner dan pengembangan kesadaran misioner Gereja universal; dialog antar agama.
4.4.3. Penelitian dan pendidikan misiologis.
4.4.4. Media komunikasi dan media cetak, penerbitan majalah, surat kabar, radio / TV, studio rekaman.
4.4.5. Keadilan dan perdamaian (JPIC), termasuk karya pastoral misioner wilayah pinggiran / rintisan; pelayanan kelompok-kelompok tersisih.
4.4.6. Kerasulan Keluarga.
4.4.7. Pendidikan formal dan non-formal atau kejuruan dari Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi.
4.4.8. Pastoral Parokial
5. Sejarah SVD Jogyakarta
5.1. Mengapa Jogyakarta?
Karya pelayanan Serikat Sabda Allah di Keuskupan Agung Semarang bermula dari perkembangan Sejarah Misi Katolik dan Sejarah Misi Serikat Sabda Allah di Kawasan Asia Pasifik dan di Indonesia khususnya. Para misionaris SVD membaca secara lugas Sabda Tuhan “ Pergilah kepada segala bangsa..., dan ajarilah mereka melaksanakan semua yang sudah Kuperintahkan kepadamu...” (Matius 28: 19-20). Para misionaris diutus ke segala bangsa dengan strategi bermisi yaitu mengajar dan merintis pendidikan dalam arti luas yaitu pendidikan formal atau sekolah, pendidikan non formal atau kursus-kursus ketrampilan dan pendidikan informal yaitu melalui latihan rohani, retret, rekoleksi dan pengajaran agama.
Di sini tampak jelas bahwa pendidikan menjadi karya pastoral dan karya misioner strategis Serikat Sabda Allah.Kapitel Jenderal SVD 1976 dan tahun 1982 mengingatkan seluruh anggota serikat bahwa pendidikan kaum muda adalah bagian integral dari karya misi SVD. Pendidikan kaum muda dan sekolah adalah karya misioner strategis dengan karakter esensial yaitu berpihak kepada kaum pinggiran, lintas batas, agama, budaya, suku dan ras yang bersifat inklusif. Kapitel Jenderal mengingatkan kapitel-kapitel provinsi dan seluruh anggota serikat akan perlunya mendalami masalah pendidikan kaum muda sebagai salah satu prioritas karya missioner serikat.Jogyakarta sudah sejak lama dikenal sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tinggi. Universitas Besar seperti Universitas Gajah Mada, Universitas Atmajaya, IKIP Sanata Dharma (kini Universitas Sanata Dharma) dan sekolah-sekolah Tinggi seperti STIKAT ( Sekolah Tinggi Kateketik – kini IPAK - Ilmu Pendidikan Agama Katolik, di bawah Universitas Sanata Dharma) tumbuh dan berkembang di kota Jogyakarta.
Mengingat kebutuhan pihak SVD Provinsi Ende, Timor, Ruteng akan tenaga-tenaga ahli dan profesional untuk menyelenggarakan karya pastoral misioner bidang pendidikan, komunikasi, katekese, ekonomi, musik gerejani dan bahasa, Serikat Sabda Allah mengirim banyak imam SVD dan bruder SVD untuk melanjutkan studi di beberapa perguruan tinggi dan universitas bermutu di Jogyakarta.
Karena belum adanya rumah komunitas SVD di Jogyakarta, maka para imam SVD dan bruder SVD yang sedang belajar di Jogjakarta dititipkan di beberapa biara seperti di Biara Caritas Nandan, Realino Gejayan atau di rumah-rumah kost. Dari situasi ini para imam SVD dan bruder SVD yang sedang belajar memohon kepada pihak SVD Provinsi Jawa untuk menyediakan rumah komunitas imam dan biarawan SVD di Jogyakarta. Permohonan tersebut ditanggapi secara positif oleh Provinsi SVD Jawa.
Rencana pendirian rumah Biara SVD Jogyakarta dibicarakan dalam rapat anggota SVD di Jogyakarta pada 23 September 1979. Kunjungan Ekonom General Pater Bob Scmitz SVD ke Jogyakarta pada 30 Maret 1980 memantapkan rencana pembangunan rumah Soverdi Jogyakarta. Tanggal 3 Juni 1980, Pater Provinsial SVD Jawa, Pater Adrianus Wetzer SVD menulis surat permohonan ijin kepada Mgr. Yustinus Kardinal Darmojuwono, Uskup Agung Semarang untuk mendirikan rumah SVD di Jogyakarta sebagai komunitas mahasiswa para imam SVD dan bruder SVD di Jogyakarta dan untuk memberi pelayanan kepada mahasiswa NTT yang berada di kota Jogyakarta. Setelah mendapat surat persetujuan dari Mgr. Yustinus Kardinal Darmojuwono tertanggal 23 Juli 1980 dengan nomor surat 1210/A/XII/4/80, Pater Provinsial SVD Jawa, Pater Adrianus Wetzer SVD dengan bantuan Bapak Sutiyoso, SH membeli sebidang tanah di desa Santan, Kalongan, Maguwoharjo, Jogyakarta.
5.2. Masa-masa “nomaden”
Karya pelayanan pastoral Serikat Sabda Allah di Keuskupan Agung Semarang dimulai dengan ditugaskannya Rm. Daniel Siga, SVD di Jogyakarta pada tahun 1981. Beliau diberi tugas sebagai promotor panggilan hidup imamat dan hidup membiara sekaligus sebagai pengajar agama Katolik di Universitas Atmajaya Jogyakarta.
Selama dua tahun Rm. Daniel Siga, SVD tinggal di sebuah rumah sewaan di Jl. Dirgantara, Babarsari Jogyakarta. Setiap pagi, pada misa harian, rumah dipenuhi mahasiswa yang menghadiri Ekaristi Kudus. Pada sore hari, banyak anak-anak sekolah datang mengadakan berbagai kegiatan rohani seperti doa, pendalaman iman atau rekoleksi.
Selain itu, pelayanan pastoral sakramental kepada umat secara umum juga menjadi tugas Rm. Daniel Siga.Sesudah dua tahun, Rm. Daniel pindah ke rumah sewaan di Janti. Di rumah ini, karya pelayanan juga berjalan dengan baik. Rumah selalu dipenuhi mahasiswa dan umat yang menghadiri perayaan Ekaristi harian. Kenyataan ini mendorong munculnya pemikiran bahwa rumah Soverdi Jogyakarta yang direncanakan untuk dibangun juga akan digunakan sebagai pusat pembinaan mahasiswa ( Student Center).
Rumah Soverdi harus menjalankan karya misioner pendidikan mahasiswa yakni pendidikan informal (pendidikan nilai dan kepribadian, pendidikan rohani) melalui retret, rekoleksi, pelayanan-pelayanan kerohanian-sakramental, seminar, ceramah dan pertemuan-pertemuan mahasiswa di Jogyakarta.
5.3. Berdirinya Soverdi “Dharma Wacana.”
Sebagai tindak lanjut pembelian tanah di Dukuh Santan Maguwoharjo yang direncanakan untuk pembangunan rumah SVD, pada tanggal 30 Agustus 1983, Pater Provinsial SVD Jawa, Pater Pancratius Mariatma, SVD menulis surat kepada Yang Mulia Uskup Agung Semarang, Mgr. Julius Darmaatmadja, SJ., dengan Nomor Surat : 0109/PJ/VIII/83, berisi tentang permohonan dan kesediaan Yang Mulia, Uskup Agung Semarang untuk bertatap muka dengan Provinsial SVD Jawa guna membicarakan rencana pembangunan sebuah rumah biara bagi para imam dan biarawan SVD yang sedang belajar di Jogyakarta.
Permohonan Provinsial SVD Jawa tersebut ditanggapi secara positif oleh Uskup Agung Semarang, Mgr. Julius Darmaatmadja, SJ., melalui suratnya tertanggal 3 September 1983, tentang agenda Yang Mulia Mgr. Julius Darmaatmaja, SJ., untuk bertatap muka dengan Provinsial SVD Provinsi Jawa. Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 14 September 1983, pukul 16.00 WIB, di Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan, Jogyakarta.Pertemuan “Kentungan” tanggal 14 September 1983 antara Uskup Agung Mgr. Julius Darmaatmadja dengan Provinsial SVD Jawa Pater Pancratius Mariatma, SVD itu menjadi langkah awal pembangunan rumah Biara Soverdi “Dharma Wacana” Jogyakarta. Pada tahun yang sama mulai dirintis rencana pembangunan rumah Biara.
Pembangunan rumah Soverdi Jogyakarta dimulai pada 15 Pebruari 1984 dengan pembentukan panitia pembangunan sebagai berikut:Ketua : Pater Pancratius Mariatma, SVDWakil/Ekonom : Pater Franz Schaaf, SVDPelaksana : Ir. Agus NursalimPengawas Lapangan : Sr. Ir. Bernardia, CBArsitek & Konstruktur : Prof. Dr. Ir. A. Sulistiawati danStaff. PT Bina Cipta Utama – Denpasar - Bali Pada akhir bulan April 1985, pembangunan rumah dinyatakan selesai dan rumah siap untuk diberkati dan ditempati.
Tanggal 1 Mei 1985, Pater Provinsial SVD Jawa, Pater Pancratius Mariatma, SVD menulis surat kepada Bapa Uskup Agung Semarang Mgr. Julius Darmaatmadja, SJ. Melaui surat itu P. Pancratius Mariatma, SVD menyampaikan kepada Yang Mulia, Mgr. Julius Darmaatmadja, SJ bahwa : Pertama, gedung pastoran dan pusat pembinaan mahasiwa di Jogyakarta sudah selesai. Kedua, Pater Provinsial SVD Jawa memohon kesediaan Bapa Uskup Agung Semarang untuk memberkati gedung pastoran dan pusat pembinaan mahasiswa tersebut.Biara Soverdi Jogyakarta diberkati pada 10 Juli 1985. Upacara pemberkatan dipimpin oleh Vikjen Keuskupan Agung Semarang. Sehari sebelum pemberkatan, Bapa Uskup Agung Semarang menandatangani Prasasti Peresmian di Wisma Imam Praja, Jetis Jogyakarta.
Rumah biara Soverdi kemudian diberi nama Pastoran Soverdi “Dharma Wacana.” “Dharma” berarti kebenaran atau kebaikan dan Wacana adalah Sabda. Maka “Dharma Wacana” berarti Sabda Kebenaran. Dari rumah biara ini, diharapkan memancar Sabda Kebenaran bagi sesama dan bagi siapa saja yang tinggal dan datang di rumah ini. Secara khusus, rumah pastoran soverdi “Dharma Wacana” dipersembahkan kepada Hati Yesus Yang Maha Kudus.
5.4. Maksud dan Tujuan Pendirian “Soverdi Dharma” Wacana
Berbagai surat dan dokumen awal pendirian menunjukkan bahwa maksud dan tujuan rumah ini didirikan mengalami perkembangan sesuai dengan perjalanan waktu dan perkembangan jaman. Pertama-tama, rumah biara Soverdi “Dharma Wacana” didirikan dengan maksud untuk menampung para imam dan biarawan SVD yang bertugas belajar di Jogyakarta dan untuk memberi pelayanan kepada mahasiswa Nusa Tenggara Timur yang berada di Jogyakarta.
Uskup Agung Semarang Mgr. Justinus Kardinal Darmojuwono menyatakan persetujuannya tetapi dengan syarat agar kelompok yang dimaksud, entah para imam maupun mahasiwa yang dilayani, tetap berintegrasi dengan masyarakat, baik dalam dunia kemahasiswaan maupun lingkungan parokial.Kemudian lebih jauh, rumah berkembang menjadi Student Center bukan hanya sebagai tempat para mahasiswa yaitu imam dan pruder SVD tinggal, tetapi lebih dari itu sebagai tempat pendidikan informal bagi para mahasiswa. Pendidikan informal ini berupa pendidikan nilai dan kepribadian melalui retret-retret, rekoleksi, latihan kepemimpinan, bimbingan mental, ceramah, seminar dan juga pelayanan sakramental kepada mahasiswa.
Maka dalam perkembangannya rumah ini kemudian menjadi tempat ret-ret, tempat di mana mahasiswa dan kaum muda Katolik mengadakan latihan kepemimpinan, latihan kepribadian dan tempat pembinaan nilai serta pembinaan rohani bagi mahasiswa. Rumah ini digunakan pula sebagai tempat aksi panggilan, tempat pembinaan rohani, ceramah, maupun seminar-seminar yang membuka wawasan para mahasiswa Katolik dan kaum muda katolik pada umumnya.
5.5. Para Praeses Soverdi “Dharma Wacana” Jogyakarta
5.5.1. Rm. Daniel Siga, SVD (1981-1985)
Rm. Daniel Siga, SVD adalah misionaris pertama SVD yang ditugaskan secara resmi untuk berkarya di Jogyakarta. Selain sebagai dosen agama di Universitas Atmajaya, beliau juga sebagai promotor panggilan untuk menjaring calon-calon SVD putera-putera Jawa. Rumah Soverdi “Dharma Wacana” Jogyakarta menjadi pusat pembinaan bagi para calon SVD yang berasal dari Jawa Tengah. Sebelum komunitas “Dharma Wacana” dibangun, Rm. Daniel Siga SVD tinggal di kost. Tahun 1985 Soverdi “Dharma Wacana” selesai dibangun dan Rm. Daniel Siga, SVD ditunjuk sebagai praeses pertama. Sejak awal mula SVD di Jogyakarta, karya kerasulan yang dilaksanakan Rm. Daniel adalah memberi retret, rekoleksi, seminar dan pendampingan rohani kepada para mahasiswa serta membantu pelayanan pastoral umat, khususnya di wilayah Lingkungan Janti dan Babarsari. Boleh dikatakan Rm. Daniel Siga, SVD adalah perintis terbentuknya Stasi Babarsari.
5.5.2. Rm. Cyprianus Setiawan, SVD (1985-1986)
Rm. Cyprianus Setiawan, SVD diangkat sebagai asisten pastor mahasiswa Daerah Istimewa Jogyakarta, oleh Yang Mulia Mgr. Julius Darmaatmadja, SJ., Uskup Agung Semarang melalui surat pengangkatan tertanggal 16 Desember 1985 dengan no surat: 356 / B / V / b-3 / 85. Disamping berkarya dalam pelayanan rohani kepada para mahasiswa awam, Rm. Cypri, demikian beliau lebih sering disebut, banyak membantu dalam pembinaan rohani mahasiswa biarawan atau biarawati khususnya para suster yang sedang studi di Jogyakarta.Kepedulian beliau terhadap perkembangan kaum muda baik perkembangan rohani maupun juga perkembangan intelektual mendorong Rm.Cypri untuk mendirikan perpustakaan bagi kaum muda dan mahasiswa di Soverdi “Dharma Wacana” Jogyakarta. Untuk itu dirintis pembelian buku-buku yang bernilai rohani, budaya, sosiologi, dan psikologi. Pada tanggal 9 Mei 1986, Provinsial SVD Jawa Pater Pancratius Mariatma menyetujui pendirian perpustakaan di Soverdi “Dharma Wacana” untuk pembinaan kaum muda dan mahasiswa di Jogyakarta.
5.5.3. Rm. Pius Kila, SVD (1986-1993)
Terhitung mulai tanggal 2 November 1986, Rm. Pius Kila, SVD diangkat oleh Yang Mulia Mgr. Julius Darmaatmadja, SJ., Uskup Agung Semarang menjadi asisten pastor mahasiswa Daerah Istimewa Yogyakarta. Rm. Pius adalah pimpinan komunitas terlama yakni selama tujuh tahun. Dalam karya pelayanan pastoral, beliau mengajar Agama di IKIP Sanata Dharma (sekarang Universitas Sanata Dharma).
Rm. Pius juga banyak berkecimpung dalam training-training berupa latihan kepeloporan dan kepemimpinan mahasiswa atau Student Spiritual Encounter – disingkat SSE. Latihan ini dimaksudkan untuk memberi bekal kepada para mahasiswa dan kaum muda Katolik dalam perkembangan mental, disiplin dan pembangunan nilai intelektual dan spiritual. Untuk mendukung kegiatan ini, keberadaan perpustakaan bagi mahasiswa dan kaum muda disempurnakan dan jumlah buku dilengkapi.
Di samping itu Rm. Pius juga memberikan retret, rekoleksi bukan hanya kepada para mahasiswa dan kaum muda, tetapi juga kepada umat di wilayah Lingkungan Janti dan Babarsari, Wilayah paroki Kristus Raja Baciro dan memperhatikan pelayanan pastoral berupa rekoleksi dan ret-ret bagi para karyawan-karyawati dari biara-biara di Daerah Istimewa Jogyakarta. Atas persetujuan Vikep Jogyakarta, dibentuklah paguyuban karyawan-karyawati Katolik. Paguyuban ini terdiri dari dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok bujangan dan kelompok yang kedua adalah dari mereka yang sudah berkeluarga. Pertemuan dan misa perdana dimulai tanggal 6 Januari 1991. Sejak itu pertemuan diadakan secara berkala, setiap bulan satu kali. Rm. Pius menjadi pembimbing rohani mereka.
5.5.4. Rm. Remigius Sene, SVD (1993-1995)
Tertanggal 24 Juni 1993, Rm. Cyprianus Setiawan SVD, Provinsial SVD Jawa, menempatkan Rm. Remigius Sene, SVD sebagai pemimpin komunitas Soverdi “Dharma Wacana” Jogyakarta. Yang Mulia Uskup Agung Semarang Mgr. Julius Darmaatmadja, SJ., mengangkat Rm. Remi sebagai asisten pastor mahasiswa Daerah Istimewa Jogyakarta dalam surat tertanggal 9 Agustus 1993, No. 322/B/V/b-3/93. Selain itu beliau juga sebagai tenaga pastoral membantu Paroki Kristus Raja Baciro secara khusus melayani pelayanan pastoral di wilayah stasi Babarsari.Selain pelayanan pastoral kepada mahasiswa dan warga sekitar, pelayanan para imam dan biarawan SVD tetap pada tujuan utama yaitu melayani kehidupan rohani para mahasiswa. Rumah biara senantiasa terbuka untuk digunakan sebagai tempat ret-ret, rekoleksi bagi para mahasiswa-mahasiswi, kaum muda, siswa-siswi SMP-SMA dan umat pada umumnya.
5.5.5. Rm. Hermanus Sigit Pawanta, SVD (1995-1996)
Rm.Hermanus Sigit Pawanta, SVD diangkat menjadi pimpinan komunitas Soverdi “Dharma Wacana” Jogyakarta oleh Provinsial SVD Jawa, Rm.Cyprianus Setiawan SVD melalui surat keputusan Provinsial SVD Jawa tertanggal 25 Februari 1995, No. PJ-1d/SK/433. Beliau melanjutkan apa yang telah dilaksanakan dalam pelayanan-pelayanan pastoral para pendahulunya.Di bidang pelayanan kaum muda, wisma dipergunakan untuk retret-retret kaum muda, rekoleksi, seminar-seminar dan pertemuan kelompok-kelompok doa.
Secara khusus Rm.Sigit memberi pelayanan retret kepada para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi dan akademi di Jogyakarta seperti Universitas Sanata Dharma, YKPN, UPN dan Universitas Atmajaya. Rekoleksi dan retret juga diberikan kepada siswa-siswa SMP dan SMA. Para siswa atau mahasiswa Katolik yang belajar di sekolah atau universitas Negeri diberi perhatian dan dukungan secara khusus.
Selain pelayanan kepada mahasiswa dalam berbagai macam bentuknya baik yang bersifat intelektual maupun spiritual, pelayanan diberikan juga kepada umat di Stasi Babarsari dan Pangkalan serta beberapa wilayah Stasi dari paroki Kalasan. Para imam selalu siap untuk melayani segala permintaan yang bersifat pelayanan sakramental, sejauh sudah membawa restu dari pejabat, entah itu paroki ataupun wilayah yang bersangkutan. Selain itu, Soverdi “Dharma Wacana” dibuka untuk para peziarah dari berbagai kota, seperti Jakarta, Surabaya, Malang, yang mengadakan perziarahan ke Jawa tengah dan Jogyakarta.
5.5.6. Rm. Elenterius Bon, SVD (1997-1998)
Terhitung sejak tanggal 1 Januari 1997, Rm. Elenterius Bon, SVD menjalankan tugas menjadi pemimpin komunitas Soverdi Dharma Wacana, pembimbing rohani para suster SSpS yang tinggal di Jogyakarta, tugas kerasulan pastoral kaum muda dan mahasiswa di Jogyakarta, berdasarkan surat Wakil Provinsial Rm.Bosco Isdaryanto, SVD tertanggal 2 Desember 1996, No: NAS – 4 / KAS / 1151.
Tidak jauh berbeda dari para pendahulunya, beliau tetap menyediakan rumah, yang kemudian lebih dikenal sebagai wisma untuk tempat ret-ret, rekoleksi dan seminar bagi kaum muda dan mahasiswa. Pelayanan kepada umat Stasi Babarsari dan lingkungan-lingkungan sekitarnya masih dilaksanakan sesuai dengan permintaan umat. Pelayanan kepada kelompok peziarah juga semakin mendapat perhatian mengingat semakin banyak kelompok yang datang untuk menginap maupun sekedar transit di Wisma Soverdi “Dharma Wacana.”
5.5.7. Rm. Peter Bruno Sarbini, SVD (1998-2002)
Mulai tanggal 21 Agustus 1999, Rm. Sarbini SVD diangkat untuk menjalankan tugas sebagai pemimpin komunitas Soverdi “Dharma Wacana.” Selain ditugaskan sebagai pimpinan komunitas, beliau juga ditugaskan untuk belajar Islamologi di Universitas Islam Indonesia di Jogyakarta. Tidak jauh berbeda dari para pendahulunya, beliau tetap menyediakan rumah untuk ret-ret, rekoleksi dan seminar bagi kaum muda dan mahasiswa. Pelayanan kepada umat stasi Babarsari dan lingkungan –lingkungan masih dilaksanakan sesuai dengan permintaan umat. Kerjasama dan dialog dengan berbagai kelompok beda agama khususnya kaum muslim mulai dirintis. Pelayanan kepada kelompok peziarah juga tetap mendapat perhatian. Permintaan pelayanan pastoral dari berbagai wilayah seperti Maguwo, Brebah, Kalasan, Wonosari, terus dilayani sesuai kemampuan para imam dan juga kebutuhan umat.
5.5.8. Rm. Yosef Purwo Tjajanto, SVD (2002 – 2006)
Tertanggal 31 Agustus 2002, Rm. Martin Anggut, Provinsial SVD Jawa mengangkat Rm. Yosef Purwo Tjahjanto, SVD menjadi pimpinan komunitas Soverdi “Dharma Wacana” Jogyakarta. Karya pelayanan anggota serikat tetap melanjutkan karya pelayanan para pendahulu. Prioritas pelayanan tetap pada pelayanan rohani kepada kaum muda dan mahasiswa. Pelayanan pastoral umat berjalan bersama dengan koordinasi dari Romo Paroki Baciro dan Kalasan. Permintaan pelayanan sakramen secara aksidental tetap dilayani oleh para imam yang tinggal di Soverdi.
5.5.9. Rm. Hermanus Sigit Pawanta, SVD (2006 sampai sekarang)
Rm. Sigit kembali ke Soverdi Jogyakarta sebagai pimpinan komunitas setelah menerima surat pengangkatan dari Rm. Martin Anggut SVD, Provinsial SVD Jawa tertanggal 6 Februari 2006. Rm.Sigit dibantu oleh wakil pimpinan komunitas Soverdi “Dharma Wacana”, Rm. Martinus Fatin SVD, dalam menjalankan karya pelayanan pastoral kategorial di Jogjakarta, wilayah Keuskupan Agung Semarang.
Meskipun semakin menekankan fungsinya sebagai rumah studi, rumah soverdi tidak melupakan komitmen awalnya yaitu untuk menjalankan pelayanan bagi kaum muda dan para mahasiswa. Pelayanan sakramental kepada kaum muda dan mahasiswa setiap hari diberikan. Pada hari Minggu sekitar dua ratusan kaum muda selalu berkumpul untuk merayakan perayaan Ekaristi di Kapela Soverdi. Kapel diperluas dan diperbaiki untuk menampung lebih banyak orang dan supaya memungkinkan kaum muda melaksanakan berbagai aktivitas rohani. Kapela dibuka untuk berbagai kegiatan rohani kaum muda dan mahasiswa seperti ret-ret, rekoleksi, latihan koor atau kelompok doa. Sepanjang hari kapela disediakan sebagai tempat doa bagi kaum muda dan mahasiswa yang membutuhkannya.
Pelayanan umat pada umumnya terus berjalan dalam bekerjasama dengan pastor paroki Baciro dan Kalasan. Pelayanan Ekaristi selain setiap hari diadakan di Biara Soverdi, para imam juga melayani biara-biara seperti di biara SSpS, OP, PRR, SPC dan Bruderan CSA.
6. Penutup
Lebih dari dua puluh lima tahun SVD masuk Jogyakarta sejak tahun 1981. Serikat Sabda Allah sedikit banyak memberi sumbangan kepada Gereja lokal pada umumnya dan kaum muda dan mahasiswa pada khususnya. Mungkin bukan sebuah sumbangan yang istimewa, namun kehadiran Biara SVD di Jogyakarta telah mampu merangkul sekian banyak mahasiswa dan kaum muda “yang tercecer” seperti domba tanpa gembala. Tanpa bermaksud untuk menunjukkan jasa-jasa, namun sejarah membuktikan bahwa ada cukup banyak mahasiswa dan kaum muda yang tertampung dan terakomodasi bahkan terbantu oleh keberadaan SVD di Jogyakarta, Keuskupan Agung Semarang.
Perjalanan waktu dan kenyataan menunjukan bahwa puluhan orang muda setiap hari dan beberapa ratus kaum muda dan mahasiswa pada hari minggu berkumpul berdoa di rumah Biara Soverdi “Dharma Wacana”, semakin membesarkan hati kami dan meneguhkan niat kami untuk tetap pada komitmen awal kami yaitu menyediakan tempat untuk pembinaan rohani mahasiswa dan kaum muda yang tidak terjaring oleh pelayanan paroki maupun organisasi Katolik lainnya. Tidak terlalu banyak yang bisa kami kerjakan, namun semoga niat dan usaha kami yang kecil ini dapat menjadi sumbangan bagi mekar dan berkembangnya Gereja Keuskupan Agung Semarang.***
Sumber:
Alex Beding SVD (penerjemah), ARNOLDUS YANSSEN, Misi-misinya : Misi-misi kita, Komisi Komunikasi Provinsi SVD Ende, 1992
Alex Beding SVD (penerjemah), SEJARAH SERIKAT SABDA ALLAH, ANALEKTA SVD-54, Komisi Komunikasi SVD Ende, 1993
Alex Beding SVD (penerjemah), ARNOLDUS YANSSEN Seorang Beriman Menempuh Jalannya, Komisi Komunikasi Provinsi SVD Ende, 1989
Zakharias Kadju SVD (Penerjemah), HANYA SATU PILIHANKU KEHENDAK ALLAH YANG KUDUS, Komisi Komunikasi Provinsi SVD Ende, 1988


Diposting tepat hari meninggalnya Mgr. Darius Nggawa, SVD pada hari Rabu, 09 Januari 2008