PESTA PERAK HIDUP MEMBIARA BR. OSCAR ROMERO SVD, YANG SELALU TAMPIL BEKERJA DENGAN HATI


Br. Oscar, SVD Bersama para penari di hari bahagianya


Kami tiba di Matraman hari sabtu siang 5 Januari dan disambut pastor paroki Matraman. Kemudian kami melihat soverdi yang sudah diruntuhkan. Soverdi itu bagaikan Yerusalem yang telah diruntuhkan. Tapi akan dibangun lebih baik.


Sore hari Sabtu, saya pimpin misa aksi panggilan para frater SVD Seminari Tinggi Surya Wacana Malang, di Paroki Sto. Yosef Matraman. Fr. Ramlan SVD sharing panggilan mengganti kotbah. Ada tanggapan positif dari umat Matraman. Buktinya kalender seminari tinggi SVD Malang langsung laku dan habis. Aksi Panggilan ini adalah satu kegiatan besar Seminari Tinggi Surya Wacana Malang yang tahun ini merayakan pesta peraknya.



Acara perayaan 25 tahun hidup membiara Br. Oskar dimulai pada jam 6 sore, Minggu 6 Januari 2008, persis pada Hari Raya Penampakan Tuhan, di Gereja St. Yosef Matraman- Jatinegara- Jakarta Timur. Misa dipimpin oleh Pater Martin M Anggut SVD, Provinsial SVD Jawa. Perayaan perka kaul Br. Oscar ini dihadiri 24 imam SVD conselebran.



Dalam Kotbah, Provinsial, Pater Martin M Anggut, SVD menekankan beberapa point penting. Pertama: Hari ini Gereja merayakan Hari Raya Penampakan Tuhan. Tuhan sesungguhnya telah menampakkan diriNya kepada semua orang, semua bangsa, semua suku, semua golongan. Tetapi tidak semua orang melihatNya. Ada halangan-halangan yang menutupi mata manusia untuk melihat Tuhan. Halangan-halangan itu disebut oleh Provinsial dengan sebuah kata TOPENG.



Kedua: Apakah kita juga masih mempunyai topeng sehingga kita sulit melihat Tuhan yang telah menampakkan diriNya kepada kita? Lalu apa arti dan makna Hari Raya Penampakan Tuhan yang kita rayakan pada hari ini?



Dari kedua point di atas, Provinsial SVD Jawa mulai menggulirkan bola kotbahnya. Ada empat Topeng yang menghalangi manusia untuk melihat Tuhan yang telah menampakkan diri. Atau ada empat topeng yang diciptakan manusia dan dikenakannya sehingga manusia tidak dapat melihat Tuhan yang telah menampakan DIRINYA kepada manusia.



Topeng-topeng itu adalah sebagai berikut. Pertama, Topeng Kuasa. Ini jelas terlihat dalam diri wakil penguasa dunia sepannjang zaman yaitu dalam diri HERODES. Dia dikuasai oleh Topeng Kuasa yang membutakan mata hatinya sehingga dia tidak mampu melihat Tuhan. Atau walaupun mata fisiknya melihat jelas bahwa Tuhan telah menampakkan diri kepadanya, tetapi mata hatinya tetap gelap, tertutup, tak rela mengakui dan menerima Tuhan. Dia tidak memberi respons positif. Dia keras sekali memberi satu respons negatif karena dia melihat Tuhan sebagai ancaman terhadap Kuasanya yang sedang jaya pada saat itu.




Kedua, Topeng materialisme. Topeng ini dibuat dan digunakan oleh manusia sebagai penghalang mata hati manusia dalam melihat Tuhan yang telah menampakkan diri. Materi dijadikan tujuan bukan sebagai sarana dalam hidup. Satu efek nyata yang ditemukan dari Topeng Materialisme ini adalah anak muda zaman ini kejar harta duniawi, sulit mengejar hal rohani, terutama sulit mengikuti panggilan Tuhan lewat hidup membiara. Realitas ini menjadi tantangan bagi umat Katholik untuk bertanya diri. Apakah pada zaman ini menjadi biarawan atau imam itu suatu kebodohan? Memilih panggilan hidup sebagai imam, biarawan-biarawati, bruder, frater, pada zaman ini adalah sungguh suatu kebodohan Kalau ditakar oleh ukuran materialisme. Tetapi kalau ada kerinduan umat untuk mencari dan mengalami Tuhan adalah pusat kebahagiaan sejati, dalam kehidupan dunia dengan segala tantangan dan kesulitannya, maka imam sama dengan ada Perayaan Ekaristi pusat iman Katholik. Kesederhanaan dan kesetiaan imam, biarawan, biarawati, frater, bruder pada panggilan hidupnya adalah jembatan umat untuk mengalami dan merasakan penampakan Tuhan. Kesetiaan kaum berjubah dalam hal sederhana dan kelihatan kecil, memberi sentuhan hati umat untuk setia juga dalam panggilan hidupnya sebagai awam, sebagai bapa dan ibu keluarga. Umat melihat penampakan Tuhan dalam teladan hidup kaum berjubah.




Bruder Oskar Yosef Yakob Romero, SVD telah 25 tahun hidup membiara. Kekuatan dia adalah kesetiaannya dalam hal kecil. Kekuatan dia adalah dukungan dari sesama konfrater dalam hidup berkomunitas. Dia setia dalam hal kecil. Dia yakin bahwa hanya setia dalam hal kecil, dia pasti akan setia dalam hal yang besar.



Keunikan lain yang sempat diungkapkan Provinsial dalam kotbah itu adalah bahwa Oscar suka membantu dan rela berkorban serta punya HATI pada tugas dan tanggungjawab yang dipercayakan kepadanya. Banyak konfrater yang datang di SOVERDI Matraman merasakan bahwa Br. Oscar melayani dengan hati. Banyak orang yang datang ke Soverdi Jakarta mengalami kehadiran Tuhan yang hari ini kita rayakan Hari Raya PenampakkanNya, dalam diri Br. Oskar. Keberadaan Br. Oscar ini terungkap dalam moto pesta Perak hidup Membiara yang diambil dari Yoh 1.39: " Marilah, dan kamu akan melihatNya". Tuhan hadir dalam diri manusia. Menghargai dan menghormati serta melayani sesama dengan HATI berarti melayani TUHAN. Manusia yang melihat orang yang melayani dengan HATI, disitu pula dia melihat Tuhan yang menampakkan diri kepadanya.



Ketiga, Topeng Harga Diri. Banyak orang dibutakan oleh topeng harga diri sehingga tidak mampu melihat Tuhan yang telah menampakkan diri kepada manusia. Pribadi manusia yang demikian hanya menjadikan diri sebagai pusat dalam hidupnya. Yang utama adalah aku bukan TUHAN.



Keempat, topeng sukuisme. Topeng ini menutup diri manusia untuk melihat penampakan Tuhan. Orang menggunakan topeng ini, melihat sukunya paling benar. Orang yang bertopeng yang satu ini merasa diri lebih unggul, lebih utama, sedangkan golongan lain, suku lain adalah inferior.



Lalu bagaimana sikap kita sebagai umat beriman yang hadir dalam Hari Raya Penampakan Tuhan ini? Kita sebagai umat beriman yang datang Merayakan Hari Raya Penampakan Tuhan ini, benar-benar mau membuka diri, membuka mata hati kita untuk melihat penampakan Tuhan dan menerima Tuhan itu dalam diri kita agar kita menjadi utusan Tuhan pada zaman ini untuk menampakan Tuhan kepada dunia, kepada sesama dalam kesetiaan kita kepada Allah dalam tugas pelayanan kepada gereja dan dunia. Kehadiran kita menjadi bintang TUHAN kepada dunia. Agar kita mampu dalam hal yang satu ini maka kita harus secara jujur dan dengan rendah hati membuka dan melepaskan topeng-topeng yang kita ciptakan dan kita gunakan agar secara jelas kita melihat Tuhan yang telah menampakan diri kepada kita dan menerimaNya dalam hati sehingga pancaran KasihNya dapat menerangi dunia dan sesama lewat diri kita masing-masing yang mengimaniNya.



Sementara itu dalam sambutan P. Yosef Jaga Dawan SVD, rektor distrik Jakarta, dikatakan bahwa Bruder Oscar adalah orang sederhana, pendiam, tidak banyak bicara, tetapi lebih banyak berbuat, melakukakan tugas, perkerjaan dan tanggungjawab yang dipercayakan kepadanya. Br. Oscar mencintai pekerjaan pokoknya. Dia bekerja dengan HATI. Dia sedikit bicara tapi banyak sekali melaksanakan. Dalam dunia, dimana orang lebih banyak bicara tetapi sedikit melaksanakan, kehadiran Br. Oscar membalik kebiasaan dunia itu, lewat gaya hidupnya yang khas yaitu sedikit bicara banyak bekerja dengan hati.


Dalam sambutan sang Yubilaris, Br. Oscar mengungkapkan isi hati sanubarinya bahwa dia dapat memasuki 25 tahun hidup berkaul dalam SVD karena relasi intimnya dengan Tuhan lewat doa dan Ekaristi. Dia merasa diteguhkan oleh sesama konfrater SVD yang mendukung karyanya dan menerima keterbatasan dan kelemahannya.


Selamat berbahagia di perak Kaul dalam SVD. Teladanmu Bekerja dengan Hati dalam komunitas SOVERDI sungguh memberi inspirasi bagi kami. Kami melihat Tuhan lewat kerjaMu dengan HATI yang penuh Kasih. ***Beny Mali, SVD***