Tanggal 30 Januari 1901 tibalah suatu khabar Gembira bahwa Sri Paus Leo XIII telah mensahkan nama konggregasi menjadi SERIKAT SABDA ALLAH. Pada siang hari itu Bapak Arnoldus Janssen bergerak dari bilik untuk menyampaikan berita sukacita itu. Dan pada malam harinya diadakan suatu upacara syukur, dimana dinyanyikan madah syukur TE DEUM. Sekrang Bapak Arnoldus Janssen benar-benar percaya bahwa semua samasaudaranya pasti yakin bahwa mereka merupakan anggota dari suatu Serikat Religius dengan Tuhan sebagai pendirinya.
1. Arti Sabda Allah
Dalam Peraturan tahun 1885 ( dirumuskan oleh Kapitel Jenderal I ), Pater Arnoldus Janssen menjelaskan bahwa Sabda Allah harus dipahami dalam kerangka hubungannya yang istimewa dengan setiap pribadi Ilahi, yaitu Sabda Bapa, Sabda Putra dan Sabda Roh Kudus.
1.1. Sabda Bapa
Tidak lain adalah Putra, Pribadi kedua Tritunggal Mahakudus. Menurut theologi St. Yohanes Sabda Allah sebagai sebagai Sabda Bapa mengandung dua arti, yakni cinta dan kehidupan Bapa di satu pihak, dan di lain pihak mengungkapkan panggilan kita sebagai warga Sabda Allah, untuk memberikan kesaksian tentang Sabda itu kepada semua orang. Sabda Bapa bukan pertama-tama berarti penyampaian pengertian atau gagasan atau pemikiran tentang Allah. Melainkan merupakan pengungkapan diri Bapa atau penyampaian diri Bapa. Ketiga pribadi itu saling memberikan kehidupan, saling menyerahkan diri mereka masing-masing atau dengan ungkapan manusia yang lazim : MEREKA SALING MENCINTAI. Sabda Bapa mengungkapkan panggilan kita untuk memberi kesaksian tentang Sabda itu kepada semua orang. Hal itu berarti bahwa kita dipanggil supaya membuka diri bagi Sabda Bapa; supaya Dia meresapi hidupku dan mengubah seluruh hidup dan karyaku menurut hidup dan karyaNya.
Karena itu jelaslah bagi kita bahwa Yesus adalah Sabda Bapa yang diungkapkan kepada kita, dan melalui kita kepada semua orang. Suatu konsekuensi yang sulit ditawar ialah bahwa secara utuh menyerahkan diri sebagai warga Sabda Allah kepada Sang Sabda : "HidupNya adalah hidup kita dan perutusanNya adalah perutusan kita" (Pembukaan Konstitusi SVD).
1.2. Sabda Putra
Ialah Injil Yesus Kristus. Yesus Kristus sesungguhnya adalah kasih Bapa, sebab Ia mewartakan cinta kasih Bapa dengan mengutamakan orang-orang miskin sebab "milik merekalah Kerajaan Allah". Pater Arnoldus Janssen pernah menulis: "Cinta Bapa, Putra dan Roh Kudus dinyatakan melalui perasaan-perasaan kasih sayang, kemesraan dan kelemahlembutan Kristus Sebagai manusia".
Yesus Kristus sebagai Abdi Yang Menderita (Ebed Yahwe), Sabda Allah yang dikasihi Bapa memberikan diriNya secara utuh kepada Bapa. Kristus telah menjadikan pengabdianNya yang penuh kasih dasar hidupNya sendiri dan juga dasar hidup kita para pengikutNya.
"Para pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka, hendaknya ia menjadi hambamu, sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani" (Mat 20:25-28). Yang menarik pada Yesus bukannya karena Ia adalah Allah, melainkan bahwa sebagai Allah Ia memberikan diri sehabis-habisnya kepada manusia. Dalam diriNya sebagai Allah, terdapat pengabdian yang penuh kasih. Yesus ingin menunjukkan bahwa kebesaran yang sejati bukan terletak dalam melaksanakan karya-karya agung. Manusia disebut agung dan luhur, karena ia dengan bebas dan tanpa syarat memberikan dirinya kepada orang lain melalui pengabdian yang melupakan diri sendiri. Allah Putra datang sebagai utusan Bapa dan mengutus Gereja untuk melanjutkan tugas membangun Kerajaan Allah. Perutusan inilah yang merupakan alasan kehadiran kita sebagai Serikat Sabda Allah.
1.3.Sabda Roh Kudus
Yaitu seluruh Kitab Suci, perkataan para nabi, rasul dan imam sejauh mereka menulis dengan bantuan ilham Roh Kudus. Kristus hadir dalam Gereja oleh Roh Kudus yang berbicara melalui Kitab Suci serta membentuk Gereja, Tubuh Mistik Kristus. Roh Kudus itulah yang memberikan kekuatan untuk mewartakan Kristus. Jadi oleh Dia, dengan Dia dan melalui Dia serta dalam Dia kita mampu menjadi misionaris (Konst. 105).
2. Buah Karya Roh Kudus
Sekalipun nama Serikat kita merupakan pilihan dari Pendiri kita Santo Arnoldus Janssen, namun ia merupakan karya Roh Kudus. Bahwa kita sebagai Serikat Sabda Allah adalah hasil karya Roh Kudus, dapat kita ketahui dari penegasan mantan Superior Jenderal Josef Grendel SVD pada tahun 1934 dalam surat edaran itu beliau menulis sebagai berikut : "Sesuai dengan rencana Allah, Pater Arnoldus Janssen mendirikan Serikat Sabda Allah dan memberi kepadanya sebuah nama yang istimewa. Gagasan itu bukan berasal dari dia sendiri, melainkan diberikan kepadanya oleh Allah. Dengan kata lain, Arnoldus Janssen hanyalah merupakan alat dalam tangan Tuhan. Sebab dari kekal Serikat kita telah ada dalam pikiran Allah sebagai SabdaNya yang kekal" (Nuntius SVD, II, 1934 - 1938, p.74). Bagaimanapun juga kita harus akui, bahwa pemakluman nama Serikat Sabda Allah sungguh menjadi kebanggaan dan kemenangan, karena merupakan hasil perjuangan yang hebat melawan beberapa penantang dari Curia Romana. Kegembiraan dan keputusan itu masih dirasakan sampai hari ini, karena ditulis cukup jelas dalam konstitusi kita "Kasih karunia Allah telah menghimpun kita dari pelbagai bangsa dan benua ke dalam suatu persekutuan misioner-religius yang dibaktikan kepada sabda Allah dan oleh karena itu dinamakan Serikat Sabda Allah" (Pembukaan Konstitusi SVD).
3. Nama Sebagai Ekspresi Identitas
Tak dapat dipungkiri bahwa nama yang diberikan kepada satu Serikat Religius, mengungkapkan suatu keistimewaan atau kekhasan. Dari kitab Suci nama itu bukan sekedar suatu etiket yang diberikan kepada seseorang. Sebaliknya, nama itu merupakan ekspresi dari identitas pribadi yang dasariah. Identitas tampak dalam tujuan yang sudah ditetapkan oleh Pendiri untuk kelompok. Bila Allah sendiri adalah Pendiri, maka tujuan kita sesungguhnya merupakan sesuatu yang istimewa, karena mengacu kepada prinsip dasar yang memberikan kekuatan dan orientasi. Berdasarkan hal ini, Serikat kita mempunyai dasar dan tujuan ialah pengabdian kepada Sabda Allah dan keputusan untuk hidup dalam kesetiaan yang sempurna.
Pembukaan konstitusi kita memberikan kita jawaban yang menggembirakan: "Di dalam nama Serikat kita, terungkaplah pengabdian yang khusus kepada Sabda Allah dan perutusanNya: HidupNya adalah hidup kita dan perutusanNya adalah perutusan kita". Pernyataan ini meminta dari kita penyesuaian diri yang radikal dengan hidup dan perutusan Yesus dari Nazareth, sebagai misionaris yang diutus Bapa ke dunia "untuk mewahyukan nama Bapa dan memaklumkan Kerajaan cintaNya" (Pembukaan Konstitusi SVD). Dialah Sabda Allah. Karena itu semua orang menerima hidup dari padaNya dan kita juga menerima panggilan sebagai misionaris diinkarnasikan ke dalam persekutuan:
"Dengan bimbingan Roh Kudus-Nya kita mengikuti Dia dan berdasarkan bimbingan tersebut ke mana pun kita diutus oleh Gereja, haruslah kita memaklumkan Injil "(Pembukaan Konstitusi SVD). Kita siap mengikuti jejak Kristus Pewarta Injil, Pembawa Khabar Sukacita kepada orang miskin yang memerlukan penebusan. Kalau benar bahwa Yesus Kristus merupakan satu-satunya Guru bagi semua pengikutNya, maka pasti benar juga bahwa tiap Serikat Religius berdasarkan panggilannya yang khusus, menggarisbawahi dalam hidupnya satu aspek dari kepribadian Yesus. Kita sebagai misionaris Serikat Sabda Allah, merupakan utusan dan pembawa khabar gembira.Oleh karena itu karya misioner merupakan dasar dan tujuan Serikat kita. Semua kegiatan meskipun berbeda-beda akhirnya berorientasi pada usaha membantu Gereja menunaikan tugas perutusannya" (Pembukaan Konstitusi SVD).
TULISAN INI DIAMBIL TANPA PERUBAHAN DARI "REFLEKSI TENTANG KONSTITUSI SERIKAT SABDA ALLAH" oleh P. Dr. Nikolaus Hayon, SVD, yang diterbitkan oleh Sekretariat Provinsi SVD, ENDE, halaman 12-16.