Homili Minggu TRANSFIGURASI 24 Februari 2013



“SENGSARA MEMBAWA NIKMAT”

Homili Minggu 24 Februari 2013
Kej 15 : 5 -12. 17 – 18
Flp 3 : 20 – 4 : 1
Luk 9 : 28 – 36

P. Benediktus Bere Mali, SVD


Bacaan Injil hari ini menampilkan identitas Yesus sebagai " ... Anak yang terkasih, Dengarkanlah Dia". Injil Sinoptik menyampaikan identitas Yesus sebagai Anak Allah, dengarkanlah Dia, secara bertahap sebanyak tiga kali, dimulai dari Pembaptisan di Sungai Yordan,  Transfigurasi di Gunung Tabor, dan di kemudian berpuncak di Penderitaan dan kematian Yesus di Bukit Golgota di atas Kayu Salib.

Pernyataan di atas menerbitkan sinar pertanyaan di dalam pikiran saya. Mengapa Pengakuan Yesus sebagai Anak Allah pada akhirnya berpuncak pada penderitaan Salib dan kematian Yesus di Golgota serta pengakuan itu berasal dari seorang serdadu yang dulunya kafir, bukan dari seorang yang beriman seperti para muridNya?

Karena Ke-Allahan Tuhan Yesus itu bersifat universal, baik bagi orang beriman maupun orang kafir. Pengakuan itu berpuncak pada pengakuan serdadu yang mengatakan "Sungguh Yesus Anak Allah", menyatakan bahwa dalam keadaan yang paling sadis yang dialami Tuhan Yesus di jalan salib dan berpuncak di Kalfari, orang yang dulunya kafir dilahirkan kembali dalam iman kepada Yesus yang menerbitkan sinar MujizatNya dari atas Kayu Salib kepada Serdadu. Mujizat itu adalah gempa bumi yang menyertai kematian Yesus.

 Pegakuan orang kafir itu menjadi masukan yang berarti bagi orang yang sudah mengakui Yesus sebagai Mesias Anak Allah, supaya para beriman semestinya ada dan hadir juga dalam Penderitaan sesama di sekitar sebagai kehadiran wajah Allah yang menderita di Salib. Pengakuan Serdadu itu merupakan sebuah kritikan terhadap para murid yang lari dari Salib Yesus bahkan sangkal Yesus sebagai Anak Allah yang menderita.  Petrus sangkal Yesus di saat terjepit ketika Yesus menderita di Yerusalem sedangkan serdadu dari kekafirannya mengakui Yesus sebagai Anak Allah dalam puncak penderitaan dan penghinaan di atas Kayu Salib di bukit Golgota.

Aplikasi untuk kita adalah : Kita boleh jadi begitu mudah mengakui Tuhan Yesus ketika di Baptis dan di puncak Tabor yang membahagiakan. Tetapi kita bisa jadi  menyangkal Yesus di dalam deritaNya di Yerusalem menuju Puncak Salib di Golgota.  Kita perlu membuka diri belajar lebih banyak cara beriman serdadu di kaki salib. Iman kita lahir dalam sukacita Tuhan. Iman serdadu lahir dalam dukacita kematian Tuhan awal kehidupan abadi di dalam Kemah abadi di Surga. Kita semestinya beriman kepada Yesus dalam suka dan duka hidup kita.
Atau mengapa identitas Yesus itu diakui serdadu di puncak Golgota di saat Yesus di Salib? Karena Salib adalah jembatan yang dilewati para peziarah dari dosa dunia menuju surga. Yesus adalah Musa baru yang membebaskan manusia dari perbudakan dosa menuju keselamatan abadi di Surga dalam jalan salibNya. Yesus adalah Elia baru yang mengangkat naik umat manusia dari jurang dosa yang mendalam menuju medan bahagia surga dalam tangga salibNya tempat pendosa yang bertobat naik dari  tinggalkan lumpur dosa di dalam jurang yang dalam menuju mandala surga yang aman sentosa abadi.