TEKUN BERIMAN
MELAHIRKAN MUJIZAT
Ibr 12 : 1 – 4; Mrk 5 : 21 – 43
Homili
Selasa 5 Februari 2013
Dari
Surabaya Untuk Dunia
P. Benediktus Bere
Mali, SVD
Ketika
diumumkan di koran bahwa akan ada penyembuhan di sebuah mol terkenal di sebuah kota, pada waktu yang
telah ditentukan dalam pemberitaan itu, disambut dengan lautan manusia yang
membanjiri tempat terlaksananya penyembuhan sampai-sampai tidak ada lagi tempat
untuk parkir kendaraan dekat tempat pelaksanaan penyembuhan. Sebaliknya ketika diadakan sebuah doa bersama
di sebuah wilayah, yang sudah diumumkan atau sudah direncanakan bahkan sudah
disampaikan melalui undangan, yang hadir sangat sedikit dibandingkan dengan doa
penyembuhan.
Sadar atau
tidak sadar lautan manusia yang menghadiri doa penyembuhan itu berharap mengalami
mujizat penyembuhan seketika itu juga. Sebaliknya orang-orang yang setia
mengikuti doa lingkungan dan misa harian setiap hari secara sadar bahwa
ketekunan dalam beriman kepada Yesus yang melahirkan pengalaman akan mujizat.
Dengan kata lain, bagi lautan manusia yang
berduyun-duyun datang ke tempat penyembuhan itu bisa jadi termasuk orang-orang
yang tidak tekun mengikuti doa lingkungan dan misa harian tetapi melalui jalan
tol langsung mau mengalami mujizat Tuhan atau mereka itu berpegang pada prinsip
“Mujizat melahirkan iman” sebaliknya orang yang
secara tekun dan setia mengikuti doa lingkungan, doa pribadi, perayaan Ekaristi
adalah orang yang memiliki prinsip “tekun beriman
kepada Yesus melahirkan mujizat”.
Kepala
Rumah Ibadat dan Perempuan Janda memiliki upaya dan ketekunan beriman kepada
Yesus. Perbedaannya terletak di sini bahwa tekun beriman kepada Tuhan Yesus dari Pribadi Perempuan
Janda yang telah sakit selama belasan
tahun mengalirkan mujizat penyembuhan atas dirinya, sedangkan tekun beriman
kepala rumah ibadat kepada Tuhan Yesus memancarkan mujizat kebangkitan yang
dialami anaknya Yairus.
Ketekunan
keduanya terletak di dalam pengalaman Perempuan Janda yang sakit berjuang
berjalan menuju Yesus dan menjamah jumbai jubahNya serta mengungkapkan isi
hatinya atas maksud semuanya itu kepada Tuhan Yesus. Mujizat penyembuhan
terjadi atas dirinya.
Ketekunan
Kepala Rumah Ibadat yang anaknya Yairus meninggal, setia dan tekun serta sabar
datang kepada Yesus menjemput Yesus dan kemudian berjalan bersama Yesus sesuai
agenda keselamatan Yesus yang dilaksanakan di dalam perjalanan menuju rumahnya,
tanpa suatu sungutan karena keterlambatan menuju rumahnya. Bahkan di dalam
perjalanan, ketika masih menyembuhkan perempuan janda, keluarga kepala Rumah
Ibadat itu menyampaikan kepadanya bahwa Yairus telah mati, untuk apa Yesus
datang ke rumahnya untuk menyembuhkan Yairus. Ada putus asa dari keluarga besar
Kepala Rumah Ibadat. Artinya iman mereka lemah. Hal ini terungkap juga ketika
Yesus bersama para murid tiba di Rumah Kepala Rumah Ibadat itu, banyak orang
menertawakan Yesus. Tertawa sinis pada Yesus adalah ekspresi iman lemah dari
banyak orang yang hadir di sekitar Yairus yang telah meninggal secara fisik.
Tetapi
bagi Yesus tidak ada yang mustahil. Bagi Kepala Rumah Ibadat yang tekun sabar
serta setia beriman kepada Yesus melahirkan mujizat kebangkitan atas anaknya
Yairus yang telah meninggal.