Kotbah Misa, Rabu 9 Januari 2013



BERSATU DENGAN YESUS KITA TEGUH
BERCERAI DENGAN YESUS KITA RUNTUH

Rabu 9 Januari 2013
1Yoh 4:11-18; Mrk 6 : 45 – 52
Dari Surabaya Utk Dunia


P. Benediktus Bere Mali, SVD


Pada tanggal 7 September 2012, saya menghadiri rekoleksi di Kapela  Soverdi Dilli-Timor Leste. Ada satu hal yang sangat menarik sekali dalam rekoleksi itu. Sebelum masuk ruangan rekoleksi, pemimpin rekoleksi memberikan sebatang lidi kepada setiap peserta yang akan masuk dalam ruangan itu.


Setelah di dalam ruangan ada petugas lain yang menerima dan mengumpulkan kembali lidi-lidi itu menjadi sebuah ikatan persatuan yang kuat, lalu petugas itu menyapu bersih sampah yang sudah disiapkan dalam ruangan rekoleksi itu.


Peristiwa ini mengantar peserta rekoleksi memusatkan seluruh perhatian pada tema "Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Bersatu dengan Tuhan Yesus dan bersatu antara konfrater merupakan kekuatan yang luar biasa dalam mewartakan kebaikan dan kebenaran yang bersumber dari Tuhan Yesus sendiri. Berpisah atau bercerai dengan Tuhan Yesus dan dengan konfrater dalam komunitas dan dalam bermisi, akan membawa kehancuran bukan keselamayan". Yesus setelah sibuk dengan berkarya menyepi ke bukit berdoa menimbah kekuatan baru dan untuk mengikat persatuan spiritual yang kokoh dengan Bapa dan Roh Kudus Allah.

Dalam keadaan seperti itu, dalam sela-sela istirahat, ia menatap ke danau sedang angin sakal menghalangi pelayaran para murid sebagai kaki tanganNya dalam bermisi. Keadaan alam semakin mengancam keselamatan jiwa para murid di tengah danau.

Dalam kekelaman malam gelombang yang sangat tidak bersahabat lagi dengan pelayaran manusia, Yesus Sang Terang Sejati menampakkan kuasaNya atas alam ciptaanNya dengan berjalan di atas air, dan meneguhkan para murid dalam SabdaNya  "Tenangalah Aku ini! Jangan Takut.." dalam mengarungi gelombang alam yang sangat tidak bersahabat malah sangat mengancam kehidupan jiwa para muridNya. Yesus lalu masuk ke dalam Perahu, tinggal bersama para murid serta berlayar bersama mereka, maka redahlah gelombang alam yang sangat dahsyat kekuatannya.


Bersama Yesus dalam pelayaran memberikan ketenangan dan kedamaian yang sejati menuju tujuan yang dicita-citakan. Berpisah dengan Yesus membuka pintu lebar bagi amukan gelombang dahsyat mengancam kehidupan.


Kita dalam hidup menciptakan ketenangan bathin dengan pusat pandangan, perilaku dan aksi kita pada sang sumber ketenangan sejati yaitu Tuhan Yesus sendiri. Selama kita selalu bersama Yesus andalan kita, maka kita akan menjadi orang yang tenang di dalam perjalanan panggilan kita.


Tetapi kita pun dapat menciptakan gelombang hidup bahkan gelombang hidup itu dari yang kecil-kecil sampai yang amukannya sangat dahsyat mengancam jiwa panggilan kita, karena kita berjalan meninggalkan Tuhan Yesus menuju kekuatan diri yang sangat rapuh dalam perjalanan panjang panggilan kita di tengah aneka gelombang dunia.


Kita meninggalkan kekuatan Tuhan Yesus dengan mengandalkan kekuatan egoisme dan kesombongan diri yang menjatuhkan kita sampai kita tidak dapat bangun lagi untuk berjalan maju lagi.


Dalam keadaan seperti itu, kita kembali mengakui semua kesalahan dan dosa kita kepada Tuhan dalam sakramen Rekonsiliasi, dan dengan rendah hati berjalan bersama Yesus yang selalu membuka tangan kasihNya menyambut dan merangkul serta memberikan kekuatan kita untuk bangkit kembali terus berlangkah maju bersama Tuhan Yesus sumber keselamatan yang sejati.